Friday 9 October 2015

FF When Rain Comes (End)



sebelumnya di When Rain Comes (Part 2)

    Akhirnya tiba juga pesta panen, yah… semacam syukuran yang diselenggarakan para petani untuk menyambut hasil panen yang melimpah. Biasanya pesta ini semarak dengan tarian dan nyanyian serta berbagai macam kuliner yang dimasak secara ramai-ramai oleh penduduk desa.
            “Ini baju untukmu, pakailah di pesta panen nanti malam!” ucap Appa menyodorkan sebuah bungkusan padaku, kubuka bungkusan itu, wah… hanbok! Biasanya kalau ke pesta aku menggunakan gaun mewah rancangan Andre Kim, Louis Vitton, Giordano Armani, Dior, atau Calvin Klein tapi kali ini aku harus puas dengan selembar Hanbok. Haermoni yang mendandaniku, beliau cekatan sekali memasangkan setiap helai hanbok di tubuhku.
            “Haermoni…” ucapku,
            “Aku merasa aneh ada seorang gadis seumuran anakku memanggilku Haelmoni,”
            “Aku juga merasa aneh bila harus menyebut ajumma pada hearmoni-ku!”
            “Sudahlah… tak apa, kenapa memanggilku?”
            “Appa dan Ommanya Kyu ke mana? Aku tidak pernah melihatnya!” entah kenapa aku jadi penasaran,
            “Appa dan Ommanya Kyuh telah meninggal terseret banjir dua tahun yang lalu. Saat itu hujan sangat lebat sehingga warga desa sulit menolong mereka. Kasihan Kyu… kini dia tinggal bersama paman dan bibinya, itulah mengapa kami sangat menyanginya apa lagi dia anak yang rajin dan penurut,” jelas Haermoni.
“Seandainya hujan tidak lebat, kira-kira Appa dan Ommanya masih tertolong?”
“Ya… tentu saja, hujan lebat itu mengakibatkan warga tak dapat melihat dengan jelas sehingga tak sempat menolong mereka!” Jeongmal? Kalau begitu nasibnya lebih tragis dibanding aku, kalau dibanding kehilangan orang tua, aku lebih memilih kehilangan kemampuan menariku. Entah apa yang terjadi bila aku yang berada di posisi Kyuhyun.
“Nah… sudah jadi! Noe nomu yeppo!” puji Haermoni,
“Gomawoyo Haermoni!” aku bercermin, ternyata Haermoni tidak bohong, aku memang sangat cantik dengan hanbok ini dibanding saat aku menggunakan gaun mewah koleksiku. Aku keluar kamar, di luar Appa telah menunggu.
“Appa… bagaimana penampilanku?!”
“Wah… nomu kyeopta!” puji Appa. Kamipun segera menyusul warga lain ke halaman SMU Mokpo, ya… pesta panen tentunya membutuhkan tempat yang luas dan tempat yang paling tepat adalah halaman SMU Mokpo.
Kulihat Kyuhyun sedang membantu ajumma dan ajussi menyusun makanan sementara anak-anak yang lain asik bermain petasan.
“Kyu~a…!” teriak Appa, seketika dia menoleh. Kami bertemu pandang, dia tersenyum padaku.
Noe nomu kyeopta!” pujinya padaku.
Gomawo!” balasku,
“Ayo… kita menari!” dia menarik tanganku, eh… aku belum memberimu izin kan’? lagi pula aku mana bisa! Selain menari dan bernyanyi, kami juga berfoto bersama. Aku kebagian foto berdua dengan Kyuhyun, karena fotonya langsung jadi maka aku dapat melihat hasilnya. Kalau pakai kamera digital pasti hasilnya lebih cerah, tapi jangankan kamera digital, kamera berklise saja tidak ada!
“Aku saja yang pegang!” seru Kyuhyun. Uh… padahal aku juga mau, dasar anak itu.
Malam semakin larut dan pesta tak kunjung usai, kakiku sudah pegal, aku memilih beristirahat di sudut sekolah. Aku penasaran keadaan sekolah Appa-ku ini, aku pun masuk dan berkeliling sendiri. Sekolah zaman dulu, lantainya masih dari kayu, atapnya sebagian menggunakan atap rumbia, tentu sekolah ini tidak punya ruang internet, tak punya laboratorium digital, tak punya ruang orchestra, dan tak punya parkiran mobil. Sungguh berat perjuangan orang-orang di zaman ini, aku yang hidup dengan segala fasilitas yang memadai kenapa masih selalu mengeluh dan tidak pernah bersyukur.
Kyuhyun yang kehilangan orang tuanya di saat hujan saja tidak pernah mengeluh atau bahkan membenci hujan sementara aku… aku… aku sangat membenci hujan yang telah merenggut kemampuan menariku. Perlahan kurasakan dadaku sesak, kulihat ada asap yang mengepung ruangan dan masuk melalui celah-celah jendela.
“Kebakaran…!” kudengar teriakan seseorang dari luar ruangan, aku baru tersadar bahwa yang terbakar adalah sekolah ini saat melihat api membakar atap sekolah. Aku berlari ketakutan mencoba keluar ruangan namun mataku perih karena asap yang memenuhi ruangan sehingga penglihatanku berkurang. Kututup hidungku agar aku tidak menghirup asap terlalu banyak namun itu membuatku sulit bernapas. Aku mencoba menuruni tangga namun aku terjatuh sebab kesandung oleh hanbokku. Aw… kakiku yang keseleo kemarin kembali sakit. Api cepat membakar ruang sekolah ini sebab sekolah ini terbuat dari kayu, belum lagi atapnya dari daun rumbia.
“Appa… tolong aku!!” aku menangis, aku menyeret badanku sekuat tenaga menuju pintu keluar, tiba-tiba saja sebuah balok menimpa jalanku dan tanganku terkena jilatan api. Aku mencoba berdiri namun aku tidak bisa, tak ada lagi tempat yang dapat kugunakan bertumpu sebab api sudah menghanguskan semuanya. Hanbokku ikut terbakar, aku segera memadamkannya sebelum api menjilat semuanya.
“Hyena…!” kudengar Appa memanggilku,
“Appa!” balasku, “Aku di sini… tolong aku!” berulang kali Appa berteriak namun belum juga menemukanku, kalau begini terus aku bisa mati terbakar.
“Hyena!!!” seseorang memanggilku, mataku perih karena asap sehingga samr-samar aku melihatnya, Kyuhyun?! Dia segera menggendongku,
Hyung…!! Aku sudah menemukannya!” samar-samar kulihat dua orang pemuda seumuran denganku berusaha keras menolongku, satu orang menggendongku dan satunya lagi membuka jalan.

“Hyena…irona!!”
“Hyena…irona!!” berulang kali kudengar suara itu, perlahan kubuka mataku, kulihat Appa dengan wajah cemasnya berusaha menyadarkanku.
“Appa!!” aku segera memeluknya dan menangis, “Aku takut sekali!”
Gwencana…!” tidak apa-apa, bujuk Appa. Dari jauh kulihat Kyuhyun dan beberapa anak berusaha memadamkan api yang membakar sekolah mereka. Tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya, aku menoleh ke langit, pantas tidak ada bintang malam ini ternyata tertutup awan mendung, karena langit malam gelap maka mendung tidak nampak. Perlahan api yang membakar seluruh sekolah menjadi padam terguyur hujan, kulihat tarikan napas lega dari semua orang yang berusaha memadamkan api itu. Untunglah turun hujan sehingga sekolah Appa tidak hangus, Appa dan yang lain masih bisa sekolah meski harus memperbaiki kembali sebagian ruang yang termakan api.  
“Lihatlah… hujan membantu menyelamatkan sekolah kami!!!” bisik Kyuhyun saat kami termangu memandangi sekolahnya yang hangus sebagian, “Tidak selamanya apa yang kau benci adalah buruk, jangan langsung membenci sesuatu hanya karena satu kesalahannya lantas kau melupakan hal-hal baik yang pernah terjadi karenanya. Seperti hujan ini, kau membencinya karena satu musibah yang menimpa namun kau melupakan manfaat hujan yang lain!”
“Kau benar, kurasa selama ini aku sangat keterlaluan, bukannya berterima kasih pada pemberian Tuhan malah membencinya.” Kau benar Kyuhyun… orang yang lebih pantas membenci hujan sebenarnya adalah kamu namun kau tetap berbesar hati, menerima bahkan masih sangat menyukai hujan.
“Kyu~a…” suaraku serak, “Pasti berat melalui hidup ini tanpa orang tua, tapi kau tetap optimis, kau tetap kuat menghadapi semuanya dengan hati yang lapang. Aku sunguh iri padamu, aku ingin sepertimu yang dapat menerima semua takdirmu dengan senyuman. Jarang ada orang sepertimu Kyu…”
“…” kami terdiam.
“Aku akan menjadi psikolog dan mengamalkan ilmu yang kau berikan padaku, aku telah menerima keadaan bahwa aku tak dapat menjadi penari. Aku berjanji akan membantu orang lain yang merasa putus asa karena takdirnya, aku akan mengajari mereka untuk bisa bertahan meski apa yang mereka inginkan tidak tercapai,” dia tersenyum ke arahku, “Kyunghee University… tunggu aku, aku pasti tak akan gagal menjadi mahasiswimu!” teriakku kencang.
“Kyunghee?” tanya Kyuhyun
“Uhm… Kyunghee… aku akan bersekolah di sana, aku pasti bisa!”
“Kenapa ingin bersekolah di sana?”
“Appaku adalah salah satu lulusan terbaik universitas itu sahingga aku ingin menjadi penerusnya!”
“Semangat!!!” aku terkejut saat dia memberi dukungan padaku.  
~~♥ when rain comes ♥~~
Pagi ini kulihat beberapa anak mengangkut balok dan beberapa papan, mereka berjalan ke arah sekolah. Wah… kegotongroyongan warga desa ini sangat kental, baru semalam kejadian kebakaran itu, paginya mereka telah beramai-ramai membangun sekolah.
“Hyena…palli!” Kyuhyun memanggilku, aku melihat dia memegang satu bibit pohon. Dia menarik tanganku dan membawaku ke sebuah tempat, “Bukannya kau bilang kalau desa kami akan terendam air dan menjadi danau?” tanyanya, akupun mengangguk. “Akan kutanam banyak pohon biar air yang akan menenggelamkan desa kami terserap oleh akar-akar pohon ini!”
“Benar, akar pohon akan membantu menyerap air sehingga mencegah banjir. Baiklah aku akan membantumu!” seharian kami menanam bibit pohon itu di sepanjang garis jalan, tak kusangka dia percaya pada kata-kataku. Aku saja bila berada di posisinya tidak akan termakan perkataanku mengenai desa yang akan menjadi danau ini, aku saja tidak percaya pada diriku sendiri tapi kenapa dia percaya padaku?! Kyu~a… gomapta sudah mau percaya padaku.
“Hyena…” panggil Kyuhyun, aku berbalik ke arahnya. “Aku tahu kita pasti akan berpisah maka dari itu aku minta padamu jangan lupakan aku!”
“Kau ini bicara apa?!” balasku
“Suatu saat kau pasti akan kembali ke zamanmu dan meninggalkan kami, aku memang sangat menyebalkan dan sering membuatmu marah…tapi aku sungguh senang dapat berkenalan denganmu. Aku tak tahu apakah kita akan bertemu lagi di zamanmu nanti atau tidak, satu yang kuminta darimu, jangan lupakan aku!”
“Aku janji tidak akan melupakanmu!” ucapku, bagaimana mungkin aku akan melupakan orang yang telah menarik hatiku. “Yaa… aku ke Mokpo untuk menghadiri reunian Appaku, itu berarti kita akan bertemu! Aku jadi penasaran bagaimana penampilanmu di saat kau menjadi ajussi!” dia tertawa mendengarku
“Aku pasti tetap tampan dan berkharisma!” balasnya, kali ini aku yang tertawa, orang ini benar-benar gokil. 
Gelap menjelang, Appa datang menjemputku. Akhirnya aku dan Kyuhyun menyudahi pekerjaan kami.
“Kita ke sungai dulu untuk mencuci tangan dan kaki, lihat kau belepotan lumpur!” ajak Kyuhyun, aku menurut saja apalagi Appa mengizinkan. Kami bertiga ke sungai terdekat, Appa menunggu di tepi sementara aku dan Kyuhyun lebih ke tengah karena airnya lebih banyak.
“Hati-hati Hyena… arusnya kencang!” Appa memperingatiku,
Nde…!” balasku, Parkk… ada sesuatu yang menyangkut di kakiku, reflex aku melompat dan byuuurrr… aku jatuh dan terbawa arus. “Appa!!! Kyu…!!! Tolong aku!” teriakku, kulihat Kyuhyun berusaha menolongku, dia berlari di sepanjang tepi sungai begitupun Appa, mereka berusaha menolong dan menjangkauku. Aku terseret jauh… semakin jauh… kepalaku berat sekali sehingga akhirnya aku kehilangan kesadaran.
~~♥ when rain comes ♥~~
            Mataku perlahan terbuka karena silau cahaya mentari, aku bangun dan memandang keadaan di sekitarku. Aku berada di sebuah ruangan mirip klinik, seorang dokter masuk,
            “Bagaimana keadaanmu?!” tanyanya,
            “Aku merasa baikan, aku di mana sekarang?”
            “Oh… ini klinik desa, kau mau ke mana, siapa namamu?”
            “Joneun Park Hyena imnida, aku tadinya mau pulang ke rumah Appa tapi malah terseret arus di sungai!”
            “Sungai?! Di sini tidak ada sungai, yang ada hanya danau itupun tidak berarus. Semalam seorang warga menemukanmu tersangkut di akar pohon dan segera membawamu ke klinik.
            “Mwo? Danau?” aku tersentak, “Dokter… sekarang tanggal berapa?” tanyaku,
            “13 Oktober! Memangnya kenapa?” tanya dokter itu balik, itu tanggal reunian Appa, jadi aku telah kembali ke zamanku?! Appa, Haermoni, Haerboji, Imo, dan… Kyuhyun, aku telah berpisah dengan mereka. Aku bangun dan berlari sekencangnya, tak kupedulikan dokter yang berteriak memanggilku. Aku berlari, secepatnya…
            “Cholgi… tempat reuni siswa SMU Mokpo di mana?” tanyaku pada seorang warga yang kulalui.
            “Oh… di ujung jalan sana kau belok kiri saja, kau akan menemukan SMU Mokpo, nah… acaranya di halaman sekolah!” jelasnya
            “Gamsahamnida!” ucapku sambil membungkukkan badan. Aku kembali berlari melalui jalan yang digambarkan ajussi tadi. Aku menemukan SMU Mokpo! SMU yang hampir hangus terbakar bersamaku di malam itu. Tanpa basa-basi aku masuk ke halamannya dan menghampiri beberapa ajussi dan ajumma yang sedang asik berbincang-bincang.
            “Anyeong Haseo!” sapaku pada mereka,
            “Oh… Anyeong haseo,” balas mereka, “nuguseo?” tanya salah seorang dari mereka,
            “Joneun Park Hyena imnida, saya putri Park Jungsu!”
            “Ommo! Putrinya Jungsu ya!! Wah… sudah besar, ke mana Appamu Nak, kenapa dia tidak datang?”
            “Appa ada tugas mendadak ke Busan makanya saya yang diminta mewakilinya!”
            “Oh… begitu ya!! Ayo… duduklah, biar ajumma mengambilkan minum untukmu!”
            “Cholgi… saya mencari Kyuhyun, Cho Kyuhyun ajussi, apa dia datang?” tanyaku. Mereka saling berpandangan, raut wajah mereka aneh sekali.
            “Dari mana kau tahu Kyuhyun?” tanya ajussi itu,
            “Em…” aduh aku harus beralasan apa? Tidak mungkin aku menceritakan kejadian aneh yang kualami. “Appa dan Kyuhyun ajussi adalah teman dekat, Appa memintaku untuk mencarinya!”
            “Itu…” mereka terlihat sedih. “Kyuhyun telah meninggal tiga bulan yang lalu, katanya kecelakaan saat menjalankan tugas!”
            “Huh… padahal dia seorang polisi yang handal! Kasihan dia!”
            “Tapi… putranya akan datang ke sini, dia juga sepertimu, mewakili mendiang Appanya!”
            “Bohong! Ajumma dan ajussi pasti bohong, kami telah berjanji bertemu di sini, mana mungkin Kyuhyun bohong padaku!” tak terasa air mataku jatuh, aku segera pergi dari tempat itu. Aku berlari kecil sampai ke gerbang, mana mungkin ini terjadi? Kyuhyun bilang di saat dia menjadi ajussi, dia akan tetap tampan dan berkharisma, aku belum sempat melihatnya bagaimana mungkin dia lebih dulu pergi!
            Bruk… tubuhku terpental saat aku menabrak seseorang, selembar kertas berayun ke arahku karena tertiup angin. Kuamati kertas itu, tidak… bukan kertas tapi selembar foto, kuambil foto itu, degggg… fotoku bersama Kyuhyun saat di pesta panen. Aku mengangkat kepalaku ingin mengetahui siapa orang yang memegang foto ini, kenapa foto ini ada padanya? Bukannya foto ini dipegang oleh Kyuhyun. Henry? Kenapa… kenapa dia memegang foto ini, apa dia adalah…
            “Gwencanayo?!” tanyanya, seberkas bayangan Kyuhyun terlintas di wajah Henry, persis ekspresi Kyuhyun saat menanyakan keadaanku setelah terpeleset.
            “Igon…!” hiks… perlahan-lahan air mataku menetes,
            “Appaku titip salam untukmu, beliau memberiku mandat untuk menemuimu di reuni ini. Sebelum meninggal, Appaku berpesan menyampaikan permintaan maafnya karena tak dapat menemuimu!” ucapan Henry membuat tangisanku semakin kencang, aku bahkan belum sempat mengucapkan selamat tinggal padanya namun dia sudah terlanjur pergi. Henry merangkulku, pelukannya hangat seperti punggung Kyuhyun saat menggendongku. Perlahan hujan turun membasahi halaman sekolah dan sekitarnya, turunlah… turunlah dengan lebat… basuhlah luka yang kurasakan saat ini, luka karena kehilangan orang yang kusayangi.  
~~♥ when rain comes ♥~~
            Aku duduk termenung memandang tetesan-tetesan air hujan yang turun melalui atap sekolahku, kurasakan di setiap tetes hujan ada senyummu, aku sangat merindukanmu di saat hujan turun, lebih-lebih di saat hujan berhenti. Akan kuingat semua pesanmu, terima kasih kau telah membuatku mengerti bahwa hujan begitu berarti! Perjalanan indahku menelusuri waktu hingga dapat bertemu Appa dan Kyuhyun akan kusimpan rapat-rapat, tak akan pernah kubongkar ke orang lain. Appa… terima kasih karena telah memintaku menghadiri reuni itu, sebab aku bisa mengalami pengalaman yang tak akan pernah kulupakan seumur hidupku.
            Kupandangi fotoku bersama Kyuhyun di pesta panen itu, aku tersenyum dan air mataku mengalir setiap melihatnya. Di belakang, Kyuhyun menulis pesan untukku:
‘Bila kau ingin tahu seberapa besar aku merindukanmu…
Cobalah menggenggam hujan yang turun
Hujan yang berhasil kau genggam, begitulah kau merindukanku
Dan…sisa yang tidak tergenggam olehmu, begitulah aku merindukanmu’

Saat hujan turun, pertanda kau datang menemaniku. Saat hujan turun, kurasakan kau berada di sisiku. Saat hujan turun aku merasa hangat. Saat hujan turun, kuyakin kau mengajakku berbicara. Kyu… terima kasih, di sana apa kau bertemu Haelbojiku? Tolong jaga dia untukku!


When Rain Comes
End


No comments:

Post a Comment