Note : This story is inspirated from Manga Best Seller Hanayori Dango
Sebelumnya di FF - Flower + Guys Season 2 (Part 1)
“Tunggu… Sungyeon harus
diberitahu!” ucapku. Segera kuraih ponselku dan menghubunginya. Aduh, kenapa
tidak aktif? Berkali-kali kuulang namun hasilnya sama. Kemana anak itu?
Bagaimana kalau dia tidak dapat melihat Sungmin-ssi untuk terakhir kali?
“Kirimkan saja pesan agar begitu ponselnya
aktif, dia akan langsung membacanya!” perintah Siwon yang melihatku gusar
sendiri. Kami pun menyusul Sungmin-ssi ke bandara, Kyuhyun menyetir seperti
orang yang memiliki sembilan nyawa, benar-benar cepat. Dalam waktu beberapa
menit kami akhirnya tiba di Bandara Seoul. Kami kebetulan melihat Sungmin-ssi
yang baru masuk ke bandara, tak perlu waktu lama, kami pun segera
menghampirinya.
“Hyung!!!!” teriak
Kyuhyun, spontan Sungmin-ssi berbalik. Dia terkejut,
“Kenapa kalian datang?
Bukannya sudah kubilang…”
“Mana mungkin kami
membiarkanmu pergi begitu saja Hyung! Bagaimana pun kau melarang kami, kami
tetap ingin melihatmu untuk berpamitan!” ucap Kyuhyun lirih.
“Sungmin-ssi, tidak
bisakah kau mencegah kepergianmu?” ucapku
“Kang In Hyung bukan tipe
orang yang mau bernegosiasi, dia bukan orang yang dapat kasihan melihat orang
lain. Meski aku menangis sambil berlutut di hadapannya, dia akan tetap
menyuruhku pergi,” ucap Sungmin-ssi.
“Hyung… maafkan kami yang
tidak dapat berbuat banyak untuk menolongmu!” sesal Siwon, Sungmin-ssi
tersenyum dan menepuk bahu Siwon,
“Aku tak pernah menyalahkan
siapa-siapa, kalian tidak ada hubungannya dengan masalah ini jadi kalian tentu
tidak salah, bahkan Kang In Hyung juga tidak salah. Akulah yang salah,
seandainya saja aku tidak menyimpang, dia tidak mungkin mengirimku ke Rusia!”
“Lalu apa kau akan berangkat
sendiri ke Rusia?” tanyaku.
“Tidak, Hyung-ku akan
menemaniku untuk memastikan aku benar-benar berangkat!”
“Lalu di mana orang itu?”
tanya Kyuhyun kesal,
“Dia sudah menunggu di
dalam!”
Kami pun meneruskan
langkah kami ke tempat Kang In-ssi menunggu Sungmin. Alangkah terkejutnya aku
saat kulihat di sana ada Sungyeon, dia sedang berdebat dengan pria menakutkan
itu.
“Gadis Gila?” tanya
Sungmin-ssi kaget, kulihat ekspresi Siwon dan Kyuhyun tak jauh beda.
“Kau hanya akan
buang-buang waktu saja Nona, lebih baik kau memikirkan kuliahmu dan tak perlu
mencampuri urusan orang lain!” seru Kang In-ssi pada sahabatku. “Oh… kau sudah
datang, cepat, kita tidak punya banyak waktu!” ucap Kang In-ssi dingin saat
melihat adiknya menghampirinya, begitu pun kami.
“Yeon~a…” gumamku sambil
memegang bahunya yang bergetar berhadapan dengan Hyung-nya Sungmin-ssi.
“Semuanya, aku pergi
dulu!” pamit Sungmin-ssi,
“Sungmin jangan pergi!”
teriak Sungyeon, “Untuk apa kau menuruti perintah orang yang tidak punya belas
kasih seperti dia!” aku kaget, kubujuk Sungyeon untuk diam. “Apa kau yakin kau
dapat hidup dengan baik di Rusia? Apa kau yakin kau akan mendapat teman-teman
yang perhatian padamu di sana? Orang yang membawamu ke sana saja tidak sayang
padamu, apalagi mereka yang berada di sana!”
“Nona… jangan membuatku
kesal, sudah sedari tadi kau mengangguku namun aku hanya diam…” Kang In-ssi
terdengar emosi.
“Aku tidak akan seperti
ini bila kau tidak membuang adikmu sendiri!”
“Aku tidak membuangnya!”
“Kau membuangnya! Apa
tindakanmu yang mengasingkannya tidak dapat dikatakan membuang?”
“Gwansim tenangkan dia!”
perintah Sungmin, dia sendiri takut melihat ekspresi Hyung-nya sekarang.
“Apakah menjadi seorang
gay salah?” tanya Sungyeon,
“Dan apakah menjadi gay
adalah tindakan yang benar?” tantang Kang In.
“Tapi itu bukan maunya!
Dia juga tidak ingin menyimpang seperti ini, dia juga ingin hidup normal
seperti pria lain yang mencintai wanita. Apakah tindakanmu adil untuknya, kau
menghukumnya untuk sebuah kesalahan yang dia sendiri tidak ingin melakukannya!”
“Yaak… Han Sungyeon diam!”
bentak Sungmin.
“Sampai kapan kau akan
diam dan ditekan seperti ini? Kau juga punya hak untuk bicara! Katakanlah
padanya kalau kau tidak dapat meninggalkan kami di sini! Bersikaplah seperti
laki-laki!” balas Sungyeon pada Sungmin. Sungmin menguatkan rahangnya dan
mengepalkan tangannya, jelas sekali dia menahan perih yang begitu besar.
“Adikmu menyimpang seperti
ini, kenapa kau malah mengucilkannya? Dia ‘sakit’ begini kenapa kau malah
menghukumnya. Kau seharusnya membantunya, sembuhkan dia! Buat dia kembali
tempat yang semestinya, bila kau membuangnya, hal itu tidak akan merubah
apapun!”
“Kau pikir gay ada obatnya? Tak perlu merasa tahu
banyak Nona, aku tahu sampai di mana kapasitas berpikirmu sebagai mahasiswi
ingusan!” ucap Kang In dingin. Keributan kami sontak mengundang perhatian para
pengunjung di bandara ini, kami menjadi tontonan gratis saat ini.
“Setidaknya mahasiswi
ingusan sepertiku tidak akan membuang keluarga hanya karena takut malu.
Sedangkan pria intelek sepertimu nyaris lebih menyedihkan dibanding aku yang
masih ingusan!”
“Kau…!” Kang In gusar, tangannya
berayun ke arah Sungyeon, Siwon dan Kyuhyun segera memalang untuk melindungi Sungyeon
sementara Sungmin-ssi sudah lebih dulu menahan tangan Hyung-nya.
“Hyung… jangan kasar pada
teman-temanku!” pinta Sungmin-ssi.
“Ayo… kita pergi
sekarang!” perintah Kang In yang berhasil menguasai emosinya. Sebenarnya dia
hanya merasa risih oleh tontonan para pengunjung di bandara ini. Tanpa banyak
bicara, Sungmin menurut saja.
“Bagaimana bila aku dapat
membuatnya jatuh cinta pada wanita?! Apa kau akan melepasnya?!” sontak aku dan
yang lain melotot kaget ke arah Sungyeon.
“Kau bicara apa?” tanya
Kyuhyun,
“Yeon~a…” kuguncang
bahunya agar dia sadar,
“Kau malu karena adikmu
gay bukan? lalu bagaimana bila aku bisa membantunya sembuh?” tantang Sungyeon
lagi pada Kang In.
“Sungyeon jangan bicara
sembarangan!” desak Siwon,
“Wanita gila!” cibir Kang
In, “Ayo…!” perintahnya pada Sungmin.
“Tidak! Aku tidak mau
pergi!” keputusan Sungmin membuat kami terkejut, “Aku mana mungkin meninggalkan
teman-temanku yang begitu menyayangiku seperti ini. Belum tentu aku akan
mendapat teman-teman seperti mereka di sana!”
“Jangan membuatku marah!”
ancam Kang In,
“Hyung juga jangan
membuatku marah…!” balas Sungmin, Kang In-ssi tersenyum dingin. Bbbuuuukkkk,
sebuah pukulan keras mendarat di pelipis Sungmin.
***
Hari ini, 3 Februari,
Kyuhyun mengajak kami ke rumahnya, katanya Eommanya ingin merayakan ulang tahun Kyuhyun, putra sulung sekaligus
putra tunggal keluarga Cho itu. Karena acara ini sangat sederhana, bahkan
Kyuhyun bilang hanya kami tamunya, maka kami dibolehkan memakai pakaian casual.
Siwon tak sempat menjemputku, jadilah aku dan Sungyeon datang duluan ke rumah
keluarga Cho. Wow… orang kaya benar-benar hebat ya! Rumah Keluarga Cho sangat
megah dan besar, kalau rumah Keluarga Choi dan Keluarga Lee bergaya arsitektur
Eropa klasik, maka Rumah Keluarga Cho ini mirip castil di cerita-cerita
dongeng.
“Apa tidak apa-apa kita
berdandan begini? Siapa tahu begitu pintu dibuka, ada banyak undangan yang
berpakaian ala kerajaan!” tegur Sungyeon saat kami tepat berada di depan pintu
masuk castil ini.
“Kyuhyun sendiri yang
bilang kalau kita bisa memakai jeans dan kaos biasa ‘kan?” balasku,
“Iya…sih, tapi siapa tahu
Kyuhyun bohong!”
“Dia tidak mungkin
bohong...” perkataanku terputus saat pintu tiba-tiba terbuka. Dari dalam nampak
seorang gadis manis tersenyum ramah pada kami. Rambutnya ikal sepinggang
berwarna coklat gelap. Matanya bulat besar dengan bibir pink tipis dan hidung
bangir. Dia menggunakan dress pink lembut dengan renda tipis. Wah… seperti
Boneka Barbie.
“Kalian temannya Kyuhyun
ya?” tanyanya dengan senyum yang tak lepas.
“Iya!” jawabku kompak
dengan Sungyeon.
“Masuklah, Kyuhyun
menunggu di dalam!” ajaknya, kami pun masuk. Jreng… rumah ini benar-benar
seperti castil yang ada di dongeng anak-anak. Air mancur di tengah ruangan
berhiaskan taman bunga kecil. Lantainya dari keramik dan background dindingnya
adalah mawar.
“Kakaknya Kyuhyun cantik
ya?!” bisik Sungyeon padaku, aku pun mengangguk menyetujui. Dia melangkah
dengan ceria dan menuntun kami ke ruangan tempat Kyuhyun berada.
“Kyu~a… temanmu sudah
datang!” seru gadis itu,
“Oh… kalian sudah datang,
aku baru saja menelpon Siwon Hyung, katanya dia dalam perjalanan sekarang!”
“Uhm… katanya dia singgah
menjemput Sungmin-ssi!” tambahku. Kakaknya Kyuhyun memandangku dengan senyuman
jahil, aku jadi bingung.
“Apa kau yang bernama Kim
Gwansim?” tanyanya. Aku mengangguk, “Ommo… jadi ini pacarnya Siwon! Cantik ya!”
serunya. Aku jadi malu sendiri, aku yakin wajahku saat ini sudah jadi merah.
“Kyuhyun banyak cerita tentang kau dan Siwon…” perkataan gadis itu terpotong
ketika Kyuhyun langsung menutup mulutnya.
“Eomma… masuklah ke dapur,
nanti cake buatan Eomma gosong!” Kyuhyun tersenyum horror ke arah gadis itu.
“Eomma??????” aku dan Sungyeon
berbarengan memekik.
Untuk beberapa waktu aku
dan Sungyeon speechless, kami duduk diam di sofa antik itu dengan perasaan
shock. Jadi wanita yang kukira kakaknya Kyuhyun, yang kusebut gadis itu,
ternyata Eommanya Kyuhyun!!! Wanita yang telah mengandung dan melahirkannya!!
Kyuhyun akhirnya bercerita kalau Eommanya melahirkannya saat usianya dua puluh
tahun. Eommanya memang menikah muda, appanya saja terpaut dua belas tahun dari eommanya,
mereka pun menikah karena perjodohan. Bukan itu saja kejutan yang aku dan Sungyeon
temukan di rumah ini, kami juga berkenalan dengan dua peri kecil kesayangan
Kyuhyun.
“Oppa…!!!” seru dua orang
gadis kecil yang berhamburan ke pelukan Kyuhyun. Mereka mengenakan seragama TK
Neul Paran. Mereka anak kembar!!!
“Oppa… tadi di sekolah aku
membuat bunga, kata Bu Guru bunga buatanku sangat cantik!” seru gadis cilik
yang mengikat rambut ala ekor kuda.
“Aku juga membuat bunga
yang cantik Oppa!” seru yang satunya lagi, yang mengepang dua rambutnya.
“Benarkah? Wah… adik-adik
Oppa pintar ya!” puji si magnae pada adiknya. Sejurus kemudian, dua gadis
kembar itu menatap aku dan Sungyeon. Kami melemparkan senyum manis untuk
mereka.
“Siapa mereka Oppa?” tanya
si kepang dua.
“Oh… mereka teman-teman
Oppa!”
“Hanya teman kan? Bukan
pacar!” seru si rambut ekor kuda dengan sinis. Aku dan Sungyeon bengong melihat
tingkah bocah itu.
“Ji Hyun bicara apa sih?
Tidak sopan bicara seperti itu!” tegur Kyuhyun pada adiknya.
“Oppa… kelak kau akan
menikah denganku jadi Oppa tidak boleh punya pacar!” seru si kepang dua.
“Yaak… Oppa akan menikah
denganku!” si rambut ekor kuda menyalak.
“Oppa akan menikah
denganku!” si kepang dua tak mau kalah.
“Denganku!”
“Denganku!” mereka pun
bertengkar tak mau kalah. Aku dan Sungyeon speechless.
“Aduh, aduh, aduh… tidak
boleh bertengkar, apa kalian tidak malu bertengkar di hadapan teman-teman
Oppa?” Kyuhyun mencoba membujuk adik-adiknya.
“Tapi Oppa akan menikah
denganku ‘kan?”
“Tidak, Oppa akan menikah
denganku!”
“Aduh… kenapa bertengkar
lagi? Kalian akan menikah dengan orang yang kalian cinta! Mengerti?” seru
Kyuhyun, “Nah… sekarang perkenalkan diri kalian pada teman-teman Oppa!”
“Anyeonghasimnika, Cho Ji
Hyun imnida!” seru si kuncir ekor kuda
“Cho Sae hyun imnida!”
sambung si kepang dua,
“Anyeonghaseyeo… Kim
Gwansim imnida!” ucapku.
“Han Sungyeon imnida!”
sambung Sungyeon.
“Oh… ya, ibu membuat cake.
Ayo cepat ke dapur dan bantu ibu!” perintah Kyuhyun. Beberapa saat kemudian
adik-adiknya berlarian meninggalkan kami. “Mereka adik-adikku, Ji Hyun si
sulung dan Sae hyun si bungsu. Mereka agak aneh, entah belajar dari mana sampai
mereka ingin menikah denganku, ha…ha…ha…”
“Tapi mereka sangat
manis!” pujiku. Aku tidak berbohong, mereka memang manis. Mereka seperti jiplakan
dari paras ibunya.
“Setiap hari pasti kau
tidak kesepian!” sindir Sungyeon. Tentu saja, punya ibu dan adik-adik yang
heboh dan ceria, mana mungkin Kyuhyun kesepian. Aku jadi paham, mengapa Kyuhyun
menyukai wanita yang lebih dewasa, yah… contohnya seperti Miss Lee, dosen kami.
Beberapa saat kemudian
Siwon datang, di belakang menyusul Sungmin-ssi dengan beberapa sisa pukulan
yang masih membekas di wajahnya. Ya, Sungmin-ssi tidak jadi pergi, Kang In-ssi
memberikan kesempatan untuknya mengubah diri. Meski itu sangat sulit, namun
Sungmin akan berusaha.
“Hyung, kau sudah datang!”
seru Kyuhyun, dia dan Siwon telihat saling memberi isyarat, aku kurang mengerti
apa arti bahasa isyarat mereka. “Oh… baiklah, kalian bersantai saja di sini.
Aku mau melihat Eommaku dulu di dapur!” Kyuhyun buru-buru meninggalkan kami.
“Gwansim… ada yang ingin
kubicarakan denganmu!” ajak Siwon. Tanpa menunggu persetujuan dariku, dia
langsung menarik tanganku. “Hyung… maaf, aku keluar sebentar!”
“Yeon~a aku juga keluar
ya!” pamitku pada sahabatku. Siwon membawaku menjauh dari ruangan itu, dia
mengajakku ke balkon. Aku memandangnya cukup lama menanti apa yang ingin dia
bicarakan.
“Kenapa kau menatapku?”
tanyanya kikuk.
“Apa yang ingin kau
bicarakan denganku?” tanyaku.
“Bwahahahahaha…!” Siwon
malah terbahak mendengar pertanyaanku. “Kau benar-benar polos! Kau pikir ada
hal yang benar-benar ingin kubicarakan denganmu? Apa kau tidak mengerti
maksudku mengajakmu meninggalkan Sungmin Hyung dan Sungyeon berdua?” rentetan
pertanyaan Siwon membuatku malu sendiri, astaga… aku benar-benar tidak peka!
“Aduh… maafkan aku, otakku
memang lambat loading bila menyangkut
hal seperti ini!” sesalku.
“Itulah mengapa aku
semakin menyayangimu, kepolosanmu membuatku semakin ingin melindungimu!” dia
merangkulku dan kami menikmati keindahan taman bunga yang disuguhkan oleh
keluarga Cho. Di bawah, beberapa pelayan sedang mempersiapkan beberapa meja
untuk pesta sederhana Kyuhyun. Terlihat juga si kembar Ji Hyun dan Sae hyun yang
tengah asyik berkejar-kejaran.
“Bagaimana kalau kita ke
bawah? Kita bermain bersama mereka?” ajakku pada Siwon, dia tersenyum
mempertontonkan lesung pipinya. Dia mengangguk dan kami pun menyusul si kembar
yang bermain di taman.
Beberapa lama telah
berlalu, makanan dan minuman telah terhidang di meja. Karena undangan pestanya
hanya kami maka tak perlu menunggu lama lagi. Aku kembali ke ruangan tempat Sungyeon
dan Sungmin-ssi ditinggal untuk bicara,
“Berhentilah berharap
padaku, aku bukan pria yang tepat untukmu!” kudengar suara Sungmin-ssi dari dalam
ruangan. Aku pun urung untuk melanjutkan langkahku ke dalam. “Kau tahu sendiri
bagaimana keadaanku, aku tidak normal, menyukaiku hanya akan membuatmu
terluka.”
“Tapi aku sudah janji pada
Hyung-mu, aku akan membuatmu berubah!” kali ini Sungyeon membalas, aku tahu
persis ini suaranya.
“Kau bercanda?
Mengubahku?” suara Sungmin-ssi terdengar sinis.
“Kalau tak dicoba,
bagaimana bisa tahu hasilnya?”
“Han Sungyeon jangan
bersikap bodoh seperti itu!” bentak Sungmin-ssi. “Terima kasih atas pertolonganmu
sehingga Hyung-ku bersedia memberiku kesempatan, tapi kuharap kau tidak
menganggap serius janji itu. Apa kau bisa membuat seorang gay berubah menjadi
pria normal? Semua tidak semudah kau mengucapkannya!”
“Bagaimana pun sulitnya,
akan kucoba! Kau cukup memberiku kesempatan!”
“Kau!!!” suara Sungmin-ssi
tercekat. “Bukannya dulu kuau menyukai Yesung Hyung? Kenapa kau tidak
menghabiskan waktumu untuk mengejarnya? Setidaknya menyukai Yesung Hyung masih
lebih wajar dari pada kau menyukaiku!”
“Aku juga sebenarnya ingin
melakukan itu, aku tidak ingin jatuh hati pada seorang gay. Aku menolak
perasaanku, aku berjuang setengah mati untuk meyakinkan diriku kalau sebenarnya
aku peduli padamu hanya karena kau temanku namun samua sia-sia. Semakin aku
berusah menolak, semakin sakit kurasakan, dan semakin aku menyadari kalau
sebenarnya aku telah mencintaimu. Aku telah ditolak oleh Yesung Oppa, apa kau
juga akan menolakku? Apakah selamanya aku ditakdirkan untuk ditolak oleh
pria-pria yang kucintai? Tak bisakah aku dicintai oleh seseorang seperti
Gwansim yang mendapatkan banyak cinta dari orang lain? Tak bisakah? Seorang
saja! Kau!”
Lama tak terdengar suara,
tiba-tiba saja pintu terbuka. Sungmin-ssi keluar dengan wajah yang seperti
menahan marah. Dia kaget melihatku berdiri di ambang pintu, begitupun aku yang
terkejut melihatnya keluar tiba-tiba.
“Ehm… Eomma-nya Kyuhyun
memanggil kita ke taman…” ucapku gugup. Sungmin-ssi berlalu begitu saja tanpa
membalas penyampaianku. Kulirik arah dalam, di sana ada Sungyeon yang menunduk.
“Yeon~a… gwencanayeo?”
tanyaku. Dihapusnya air matanya dan segera diangkatnya pandangannya,
“Nde, gwencana!” ucapnya
dengan senyum yang sedikit dipaksakan.
Meski masalah antara
Sungmin-ssi dan Sungyeon belum terpecahkan, setidaknya kami tidak kehilangan
Sungmin-ssi yang tadinya akan ke Rusia. Pelik memang, namun beginilah keadaan
yang harus dijalani Sungyeon, sahabatku itu tetap bertahan untuk berjuang
mendapatkan pria yang pernah menjadi musuh dan saingannya.
***
Hari ini, entah ada angin
apa, Jiwon memintaku untuk bertemu. Adiknya Siwon itu membuatku cukup penasaran
pada pertanyaan yang dia ajukan,
“Apa ada hubungan khusus
antara Eonni dan Oppa-ku?” tanyanya. Ya, memang… keluarga Siwon belum
mengetahui apa-apa tentang kami.
“Memangnya ada apa kau
bertanya begitu?”
“Jawab saja, aku butuh
pengakuan jujur dari Eonni!”
“Ehm… itu…itu…” aku jadi
kikuk untuk menjawab pertanyaannya. “Kenapa tidak kau tanyakan saja pada
Oppa-mu?”
“Eonni… kalau aku bisa,
mana mungkin aku tanya padamu. Setiap kali aku bertanya tentang kedekatan kalian,
Oppa hanya nyengir, itu membingungkanku!”
“Memangnya ada masalah
apa?” tanyaku penasaran.
“Huuuh… yang satu selalu
nyengir, yang satunya bertanya terus, kapan pertanyaanku akan mendapat
jawaban?!” Jiwon jadi kesal, aku tersenyum.
“Kami… sebenarnya…”
suaraku bergetar, aduh… kenapa aku jadi malu mengakui hubunganku dengan
Oppa-nya ya? “… I’m his… friend…” ucapku pelan,
“Teman? Jadi kalian hanya
teman?!” seperti ada kelegaan yang terdengar dari intonasi suara gadis ini.
“Syukurlah kalau begitu, jadi nantinya tidak akan ada yang tersakiti di antara
kalian. Eonni… gomapseumnida!!!” gadis itu buru-buru pergi seperti buronan.
“Maksudku… I’m his
girlfriend!!!” teriakku namun dia sudah tidak mendengarnya. Aduh… kalau sampai
Siwon tahu aku tidak ‘mengakuinya’, tamatlah riwayatku. Ponselku berdering,
kulihat ternyata Siwon yang memanggil, kenapa kebetulan sekali?
“Nde?”
“Kau di mana?”
“Aku masih di kampus!”
“Baiklah, aku akan
menjemputmu. Ada sesuatu yang ingin kuberikan!” ucapnya kemudian menyudahi
panggilannya. Beberapa menit menunggu, dia pun tiba. Dia menyodorkan sebuah
kotak besar padaku. Dia memintaku membukanya dan waw… sebuah gaun pesta yang
sangat indah.
“Apa ini?” tanyaku
bingung.
“Itu gaun!” jawabnya,
“Maksudku, untuk apa kau
memberiku gaun?”
“Besok malam adalah
peresmian anak cabang Beoryung, aku ingin kau datang menemaniku!”
“Aku? Kenapa harus aku?”
tanyaku kaget.
“Memangnya siapa lagi?
Bukannya kau pacarku?!” deg… pacar? Jadi teringat pada percakapanku dengan
Jiwon tadi, bagaimana kalau Jiwon mengadu padanya kalau aku mengaku sebagai
temannya. “Tenang saja, kau tidak sendiri, ada Sungyeon juga. Sungmin Hyung
yang mengajaknya!”
“Sungmin-ssi?!” kali ini
aku lebih kaget. Siwon mengangguk dan tersenyum,
“Sungmin Hyung bilang, dia
sangat tersentuh pada kegigihan Sungyeon. Dia memberi Sungyeon kesempatan untuk
merubah dirinya!”
“Wah… sukurlah. Akhirnya Sungyeon
dapat meyakinkan Sungmin-ssi!”
“Nah… sekarang kau tidak
punya alasan untuk menolak menemaniku ke acara ayahku. Mungkin besok kau akan
dijemput Kyuhyun sebab aku akan sibuk menemani ayahku menyambut tamu. Kyuhyun
akan menjemputmu agak sore lalu mengantarmu ke salon Heechul Hyung untuk
dandan. Jadi kita bertemu di tempat acara, ok?” tanyanya. Aku pun menyanggupi
dengan anggukan.
To be continued ...