Friday 26 February 2016

FF - Flower + Guys Season 2 (Part 2)

Note : This story is inspirated from Manga Best Seller Hanayori Dango


Sebelumnya di FF - Flower + Guys Season 2 (Part 1)

“Tunggu… Sungyeon harus diberitahu!” ucapku. Segera kuraih ponselku dan menghubunginya. Aduh, kenapa tidak aktif? Berkali-kali kuulang namun hasilnya sama. Kemana anak itu? Bagaimana kalau dia tidak dapat melihat Sungmin-ssi untuk terakhir kali?
 “Kirimkan saja pesan agar begitu ponselnya aktif, dia akan langsung membacanya!” perintah Siwon yang melihatku gusar sendiri. Kami pun menyusul Sungmin-ssi ke bandara, Kyuhyun menyetir seperti orang yang memiliki sembilan nyawa, benar-benar cepat. Dalam waktu beberapa menit kami akhirnya tiba di Bandara Seoul. Kami kebetulan melihat Sungmin-ssi yang baru masuk ke bandara, tak perlu waktu lama, kami pun segera menghampirinya.
“Hyung!!!!” teriak Kyuhyun, spontan Sungmin-ssi berbalik. Dia terkejut,
“Kenapa kalian datang? Bukannya sudah kubilang…”
“Mana mungkin kami membiarkanmu pergi begitu saja Hyung! Bagaimana pun kau melarang kami, kami tetap ingin melihatmu untuk berpamitan!” ucap Kyuhyun lirih.
“Sungmin-ssi, tidak bisakah kau mencegah kepergianmu?” ucapku
“Kang In Hyung bukan tipe orang yang mau bernegosiasi, dia bukan orang yang dapat kasihan melihat orang lain. Meski aku menangis sambil berlutut di hadapannya, dia akan tetap menyuruhku pergi,” ucap Sungmin-ssi.
“Hyung… maafkan kami yang tidak dapat berbuat banyak untuk menolongmu!” sesal Siwon, Sungmin-ssi tersenyum dan menepuk bahu Siwon,
“Aku tak pernah menyalahkan siapa-siapa, kalian tidak ada hubungannya dengan masalah ini jadi kalian tentu tidak salah, bahkan Kang In Hyung juga tidak salah. Akulah yang salah, seandainya saja aku tidak menyimpang, dia tidak mungkin mengirimku ke Rusia!”
“Lalu apa kau akan berangkat sendiri ke Rusia?” tanyaku.
“Tidak, Hyung-ku akan menemaniku untuk memastikan aku benar-benar berangkat!”
“Lalu di mana orang itu?” tanya Kyuhyun kesal,
“Dia sudah menunggu di dalam!”
Kami pun meneruskan langkah kami ke tempat Kang In-ssi menunggu Sungmin. Alangkah terkejutnya aku saat kulihat di sana ada Sungyeon, dia sedang berdebat dengan pria menakutkan itu.
“Gadis Gila?” tanya Sungmin-ssi kaget, kulihat ekspresi Siwon dan Kyuhyun tak jauh beda.
“Kau hanya akan buang-buang waktu saja Nona, lebih baik kau memikirkan kuliahmu dan tak perlu mencampuri urusan orang lain!” seru Kang In-ssi pada sahabatku. “Oh… kau sudah datang, cepat, kita tidak punya banyak waktu!” ucap Kang In-ssi dingin saat melihat adiknya menghampirinya, begitu pun kami.
“Yeon~a…” gumamku sambil memegang bahunya yang bergetar berhadapan dengan Hyung-nya Sungmin-ssi.
“Semuanya, aku pergi dulu!” pamit Sungmin-ssi,
“Sungmin jangan pergi!” teriak Sungyeon, “Untuk apa kau menuruti perintah orang yang tidak punya belas kasih seperti dia!” aku kaget, kubujuk Sungyeon untuk diam. “Apa kau yakin kau dapat hidup dengan baik di Rusia? Apa kau yakin kau akan mendapat teman-teman yang perhatian padamu di sana? Orang yang membawamu ke sana saja tidak sayang padamu, apalagi mereka yang berada di sana!”
“Nona… jangan membuatku kesal, sudah sedari tadi kau mengangguku namun aku hanya diam…” Kang In-ssi terdengar emosi.
“Aku tidak akan seperti ini bila kau tidak membuang adikmu sendiri!”
“Aku tidak membuangnya!”
“Kau membuangnya! Apa tindakanmu yang mengasingkannya tidak dapat dikatakan membuang?”
“Gwansim tenangkan dia!” perintah Sungmin, dia sendiri takut melihat ekspresi Hyung-nya sekarang.
“Apakah menjadi seorang gay salah?” tanya Sungyeon,
“Dan apakah menjadi gay adalah tindakan yang benar?” tantang Kang In.
“Tapi itu bukan maunya! Dia juga tidak ingin menyimpang seperti ini, dia juga ingin hidup normal seperti pria lain yang mencintai wanita. Apakah tindakanmu adil untuknya, kau menghukumnya untuk sebuah kesalahan yang dia sendiri tidak ingin melakukannya!”
“Yaak… Han Sungyeon diam!” bentak Sungmin.
“Sampai kapan kau akan diam dan ditekan seperti ini? Kau juga punya hak untuk bicara! Katakanlah padanya kalau kau tidak dapat meninggalkan kami di sini! Bersikaplah seperti laki-laki!” balas Sungyeon pada Sungmin. Sungmin menguatkan rahangnya dan mengepalkan tangannya, jelas sekali dia menahan perih yang begitu besar.
“Adikmu menyimpang seperti ini, kenapa kau malah mengucilkannya? Dia ‘sakit’ begini kenapa kau malah menghukumnya. Kau seharusnya membantunya, sembuhkan dia! Buat dia kembali tempat yang semestinya, bila kau membuangnya, hal itu tidak akan merubah apapun!”
“Kau pikir gay ada obatnya? Tak perlu merasa tahu banyak Nona, aku tahu sampai di mana kapasitas berpikirmu sebagai mahasiswi ingusan!” ucap Kang In dingin. Keributan kami sontak mengundang perhatian para pengunjung di bandara ini, kami menjadi tontonan gratis saat ini.
“Setidaknya mahasiswi ingusan sepertiku tidak akan membuang keluarga hanya karena takut malu. Sedangkan pria intelek sepertimu nyaris lebih menyedihkan dibanding aku yang masih ingusan!”
“Kau…!” Kang In gusar, tangannya berayun ke arah Sungyeon, Siwon dan Kyuhyun segera memalang untuk melindungi Sungyeon sementara Sungmin-ssi sudah lebih dulu menahan tangan Hyung-nya.
“Hyung… jangan kasar pada teman-temanku!” pinta Sungmin-ssi.
“Ayo… kita pergi sekarang!” perintah Kang In yang berhasil menguasai emosinya. Sebenarnya dia hanya merasa risih oleh tontonan para pengunjung di bandara ini. Tanpa banyak bicara, Sungmin menurut saja.
“Bagaimana bila aku dapat membuatnya jatuh cinta pada wanita?! Apa kau akan melepasnya?!” sontak aku dan yang lain melotot kaget ke arah Sungyeon.
“Kau bicara apa?” tanya Kyuhyun,
“Yeon~a…” kuguncang bahunya agar dia sadar,
“Kau malu karena adikmu gay bukan? lalu bagaimana bila aku bisa membantunya sembuh?” tantang Sungyeon lagi pada Kang In.
“Sungyeon jangan bicara sembarangan!” desak Siwon,
“Wanita gila!” cibir Kang In, “Ayo…!” perintahnya pada Sungmin.
“Tidak! Aku tidak mau pergi!” keputusan Sungmin membuat kami terkejut, “Aku mana mungkin meninggalkan teman-temanku yang begitu menyayangiku seperti ini. Belum tentu aku akan mendapat teman-teman seperti mereka di sana!”
“Jangan membuatku marah!” ancam Kang In,
“Hyung juga jangan membuatku marah…!” balas Sungmin, Kang In-ssi tersenyum dingin. Bbbuuuukkkk, sebuah pukulan keras mendarat di pelipis Sungmin. 
***
Hari ini, 3 Februari, Kyuhyun mengajak kami ke rumahnya, katanya Eommanya ingin merayakan ulang tahun Kyuhyun, putra sulung sekaligus putra tunggal keluarga Cho itu. Karena acara ini sangat sederhana, bahkan Kyuhyun bilang hanya kami tamunya, maka kami dibolehkan memakai pakaian casual. Siwon tak sempat menjemputku, jadilah aku dan Sungyeon datang duluan ke rumah keluarga Cho. Wow… orang kaya benar-benar hebat ya! Rumah Keluarga Cho sangat megah dan besar, kalau rumah Keluarga Choi dan Keluarga Lee bergaya arsitektur Eropa klasik, maka Rumah Keluarga Cho ini mirip castil di cerita-cerita dongeng.
“Apa tidak apa-apa kita berdandan begini? Siapa tahu begitu pintu dibuka, ada banyak undangan yang berpakaian ala kerajaan!” tegur Sungyeon saat kami tepat berada di depan pintu masuk castil ini.
“Kyuhyun sendiri yang bilang kalau kita bisa memakai jeans dan kaos biasa ‘kan?” balasku,
“Iya…sih, tapi siapa tahu Kyuhyun bohong!”
“Dia tidak mungkin bohong...” perkataanku terputus saat pintu tiba-tiba terbuka. Dari dalam nampak seorang gadis manis tersenyum ramah pada kami. Rambutnya ikal sepinggang berwarna coklat gelap. Matanya bulat besar dengan bibir pink tipis dan hidung bangir. Dia menggunakan dress pink lembut dengan renda tipis. Wah… seperti Boneka Barbie.
“Kalian temannya Kyuhyun ya?” tanyanya dengan senyum yang tak lepas.
“Iya!” jawabku kompak dengan Sungyeon.
“Masuklah, Kyuhyun menunggu di dalam!” ajaknya, kami pun masuk. Jreng… rumah ini benar-benar seperti castil yang ada di dongeng anak-anak. Air mancur di tengah ruangan berhiaskan taman bunga kecil. Lantainya dari keramik dan background dindingnya adalah mawar.
“Kakaknya Kyuhyun cantik ya?!” bisik Sungyeon padaku, aku pun mengangguk menyetujui. Dia melangkah dengan ceria dan menuntun kami ke ruangan tempat Kyuhyun berada.
“Kyu~a… temanmu sudah datang!” seru gadis itu,
“Oh… kalian sudah datang, aku baru saja menelpon Siwon Hyung, katanya dia dalam perjalanan sekarang!”
“Uhm… katanya dia singgah menjemput Sungmin-ssi!” tambahku. Kakaknya Kyuhyun memandangku dengan senyuman jahil, aku jadi bingung.
“Apa kau yang bernama Kim Gwansim?” tanyanya. Aku mengangguk, “Ommo… jadi ini pacarnya Siwon! Cantik ya!” serunya. Aku jadi malu sendiri, aku yakin wajahku saat ini sudah jadi merah. “Kyuhyun banyak cerita tentang kau dan Siwon…” perkataan gadis itu terpotong ketika Kyuhyun langsung menutup mulutnya.
“Eomma… masuklah ke dapur, nanti cake buatan Eomma gosong!” Kyuhyun tersenyum horror ke arah gadis itu.
“Eomma??????” aku dan Sungyeon berbarengan memekik.

Untuk beberapa waktu aku dan Sungyeon speechless, kami duduk diam di sofa antik itu dengan perasaan shock. Jadi wanita yang kukira kakaknya Kyuhyun, yang kusebut gadis itu, ternyata Eommanya Kyuhyun!!! Wanita yang telah mengandung dan melahirkannya!! Kyuhyun akhirnya bercerita kalau Eommanya melahirkannya saat usianya dua puluh tahun. Eommanya memang menikah muda, appanya saja terpaut dua belas tahun dari eommanya, mereka pun menikah karena perjodohan. Bukan itu saja kejutan yang aku dan Sungyeon temukan di rumah ini, kami juga berkenalan dengan dua peri kecil kesayangan Kyuhyun.
“Oppa…!!!” seru dua orang gadis kecil yang berhamburan ke pelukan Kyuhyun. Mereka mengenakan seragama TK Neul Paran. Mereka anak kembar!!!
“Oppa… tadi di sekolah aku membuat bunga, kata Bu Guru bunga buatanku sangat cantik!” seru gadis cilik yang mengikat rambut ala ekor kuda.
“Aku juga membuat bunga yang cantik Oppa!” seru yang satunya lagi, yang mengepang dua rambutnya.
“Benarkah? Wah… adik-adik Oppa pintar ya!” puji si magnae pada adiknya. Sejurus kemudian, dua gadis kembar itu menatap aku dan Sungyeon. Kami melemparkan senyum manis untuk mereka.
“Siapa mereka Oppa?” tanya si kepang dua.
“Oh… mereka teman-teman Oppa!”
“Hanya teman kan? Bukan pacar!” seru si rambut ekor kuda dengan sinis. Aku dan Sungyeon bengong melihat tingkah bocah itu.
“Ji Hyun bicara apa sih? Tidak sopan bicara seperti itu!” tegur Kyuhyun pada adiknya.
“Oppa… kelak kau akan menikah denganku jadi Oppa tidak boleh punya pacar!” seru si kepang dua.
“Yaak… Oppa akan menikah denganku!” si rambut ekor kuda menyalak.
“Oppa akan menikah denganku!” si kepang dua tak mau kalah.
“Denganku!”
“Denganku!” mereka pun bertengkar tak mau kalah. Aku dan Sungyeon speechless.
“Aduh, aduh, aduh… tidak boleh bertengkar, apa kalian tidak malu bertengkar di hadapan teman-teman Oppa?” Kyuhyun mencoba membujuk adik-adiknya.
“Tapi Oppa akan menikah denganku ‘kan?”
“Tidak, Oppa akan menikah denganku!”
“Aduh… kenapa bertengkar lagi? Kalian akan menikah dengan orang yang kalian cinta! Mengerti?” seru Kyuhyun, “Nah… sekarang perkenalkan diri kalian pada teman-teman Oppa!”
“Anyeonghasimnika, Cho Ji Hyun imnida!” seru si kuncir ekor kuda
“Cho Sae hyun imnida!” sambung si kepang dua,
“Anyeonghaseyeo… Kim Gwansim imnida!” ucapku.
“Han Sungyeon imnida!” sambung Sungyeon.
“Oh… ya, ibu membuat cake. Ayo cepat ke dapur dan bantu ibu!” perintah Kyuhyun. Beberapa saat kemudian adik-adiknya berlarian meninggalkan kami. “Mereka adik-adikku, Ji Hyun si sulung dan Sae hyun si bungsu. Mereka agak aneh, entah belajar dari mana sampai mereka ingin menikah denganku, ha…ha…ha…”
“Tapi mereka sangat manis!” pujiku. Aku tidak berbohong, mereka memang manis. Mereka seperti jiplakan dari paras ibunya.
“Setiap hari pasti kau tidak kesepian!” sindir Sungyeon. Tentu saja, punya ibu dan adik-adik yang heboh dan ceria, mana mungkin Kyuhyun kesepian. Aku jadi paham, mengapa Kyuhyun menyukai wanita yang lebih dewasa, yah… contohnya seperti Miss Lee, dosen kami.
Beberapa saat kemudian Siwon datang, di belakang menyusul Sungmin-ssi dengan beberapa sisa pukulan yang masih membekas di wajahnya. Ya, Sungmin-ssi tidak jadi pergi, Kang In-ssi memberikan kesempatan untuknya mengubah diri. Meski itu sangat sulit, namun Sungmin akan berusaha.
“Hyung, kau sudah datang!” seru Kyuhyun, dia dan Siwon telihat saling memberi isyarat, aku kurang mengerti apa arti bahasa isyarat mereka. “Oh… baiklah, kalian bersantai saja di sini. Aku mau melihat Eommaku dulu di dapur!” Kyuhyun buru-buru meninggalkan kami.
“Gwansim… ada yang ingin kubicarakan denganmu!” ajak Siwon. Tanpa menunggu persetujuan dariku, dia langsung menarik tanganku. “Hyung… maaf, aku keluar sebentar!”
“Yeon~a aku juga keluar ya!” pamitku pada sahabatku. Siwon membawaku menjauh dari ruangan itu, dia mengajakku ke balkon. Aku memandangnya cukup lama menanti apa yang ingin dia bicarakan.
“Kenapa kau menatapku?” tanyanya kikuk.
“Apa yang ingin kau bicarakan denganku?” tanyaku.
“Bwahahahahaha…!” Siwon malah terbahak mendengar pertanyaanku. “Kau benar-benar polos! Kau pikir ada hal yang benar-benar ingin kubicarakan denganmu? Apa kau tidak mengerti maksudku mengajakmu meninggalkan Sungmin Hyung dan Sungyeon berdua?” rentetan pertanyaan Siwon membuatku malu sendiri, astaga… aku benar-benar tidak peka!
“Aduh… maafkan aku, otakku memang lambat loading bila menyangkut hal seperti ini!” sesalku.
“Itulah mengapa aku semakin menyayangimu, kepolosanmu membuatku semakin ingin melindungimu!” dia merangkulku dan kami menikmati keindahan taman bunga yang disuguhkan oleh keluarga Cho. Di bawah, beberapa pelayan sedang mempersiapkan beberapa meja untuk pesta sederhana Kyuhyun. Terlihat juga si kembar Ji Hyun dan Sae hyun yang tengah asyik berkejar-kejaran.
“Bagaimana kalau kita ke bawah? Kita bermain bersama mereka?” ajakku pada Siwon, dia tersenyum mempertontonkan lesung pipinya. Dia mengangguk dan kami pun menyusul si kembar yang bermain di taman.
Beberapa lama telah berlalu, makanan dan minuman telah terhidang di meja. Karena undangan pestanya hanya kami maka tak perlu menunggu lama lagi. Aku kembali ke ruangan tempat Sungyeon dan Sungmin-ssi ditinggal untuk bicara,
“Berhentilah berharap padaku, aku bukan pria yang tepat untukmu!” kudengar suara Sungmin-ssi dari dalam ruangan. Aku pun urung untuk melanjutkan langkahku ke dalam. “Kau tahu sendiri bagaimana keadaanku, aku tidak normal, menyukaiku hanya akan membuatmu terluka.”
“Tapi aku sudah janji pada Hyung-mu, aku akan membuatmu berubah!” kali ini Sungyeon membalas, aku tahu persis ini suaranya.
“Kau bercanda? Mengubahku?” suara Sungmin-ssi terdengar sinis.
“Kalau tak dicoba, bagaimana bisa tahu hasilnya?”
“Han Sungyeon jangan bersikap bodoh seperti itu!” bentak Sungmin-ssi. “Terima kasih atas pertolonganmu sehingga Hyung-ku bersedia memberiku kesempatan, tapi kuharap kau tidak menganggap serius janji itu. Apa kau bisa membuat seorang gay berubah menjadi pria normal? Semua tidak semudah kau mengucapkannya!”
“Bagaimana pun sulitnya, akan kucoba! Kau cukup memberiku kesempatan!”
“Kau!!!” suara Sungmin-ssi tercekat. “Bukannya dulu kuau menyukai Yesung Hyung? Kenapa kau tidak menghabiskan waktumu untuk mengejarnya? Setidaknya menyukai Yesung Hyung masih lebih wajar dari pada kau menyukaiku!”
“Aku juga sebenarnya ingin melakukan itu, aku tidak ingin jatuh hati pada seorang gay. Aku menolak perasaanku, aku berjuang setengah mati untuk meyakinkan diriku kalau sebenarnya aku peduli padamu hanya karena kau temanku namun samua sia-sia. Semakin aku berusah menolak, semakin sakit kurasakan, dan semakin aku menyadari kalau sebenarnya aku telah mencintaimu. Aku telah ditolak oleh Yesung Oppa, apa kau juga akan menolakku? Apakah selamanya aku ditakdirkan untuk ditolak oleh pria-pria yang kucintai? Tak bisakah aku dicintai oleh seseorang seperti Gwansim yang mendapatkan banyak cinta dari orang lain? Tak bisakah? Seorang saja! Kau!”
Lama tak terdengar suara, tiba-tiba saja pintu terbuka. Sungmin-ssi keluar dengan wajah yang seperti menahan marah. Dia kaget melihatku berdiri di ambang pintu, begitupun aku yang terkejut melihatnya keluar tiba-tiba.
“Ehm… Eomma-nya Kyuhyun memanggil kita ke taman…” ucapku gugup. Sungmin-ssi berlalu begitu saja tanpa membalas penyampaianku. Kulirik arah dalam, di sana ada Sungyeon yang menunduk.
“Yeon~a… gwencanayeo?” tanyaku. Dihapusnya air matanya dan segera diangkatnya pandangannya,
“Nde, gwencana!” ucapnya dengan senyum yang sedikit dipaksakan.
Meski masalah antara Sungmin-ssi dan Sungyeon belum terpecahkan, setidaknya kami tidak kehilangan Sungmin-ssi yang tadinya akan ke Rusia. Pelik memang, namun beginilah keadaan yang harus dijalani Sungyeon, sahabatku itu tetap bertahan untuk berjuang mendapatkan pria yang pernah menjadi musuh dan saingannya.
***
Hari ini, entah ada angin apa, Jiwon memintaku untuk bertemu. Adiknya Siwon itu membuatku cukup penasaran pada pertanyaan yang dia ajukan,
“Apa ada hubungan khusus antara Eonni dan Oppa-ku?” tanyanya. Ya, memang… keluarga Siwon belum mengetahui apa-apa tentang kami.
“Memangnya ada apa kau bertanya begitu?”
“Jawab saja, aku butuh pengakuan jujur dari Eonni!”
“Ehm… itu…itu…” aku jadi kikuk untuk menjawab pertanyaannya. “Kenapa tidak kau tanyakan saja pada Oppa-mu?”
“Eonni… kalau aku bisa, mana mungkin aku tanya padamu. Setiap kali aku bertanya tentang kedekatan kalian, Oppa hanya nyengir, itu membingungkanku!”
“Memangnya ada masalah apa?” tanyaku penasaran.
“Huuuh… yang satu selalu nyengir, yang satunya bertanya terus, kapan pertanyaanku akan mendapat jawaban?!” Jiwon jadi kesal, aku tersenyum.
“Kami… sebenarnya…” suaraku bergetar, aduh… kenapa aku jadi malu mengakui hubunganku dengan Oppa-nya ya? “… I’m his… friend…” ucapku pelan,
“Teman? Jadi kalian hanya teman?!” seperti ada kelegaan yang terdengar dari intonasi suara gadis ini. “Syukurlah kalau begitu, jadi nantinya tidak akan ada yang tersakiti di antara kalian. Eonni… gomapseumnida!!!” gadis itu buru-buru pergi seperti buronan.
“Maksudku… I’m his girlfriend!!!” teriakku namun dia sudah tidak mendengarnya. Aduh… kalau sampai Siwon tahu aku tidak ‘mengakuinya’, tamatlah riwayatku. Ponselku berdering, kulihat ternyata Siwon yang memanggil, kenapa kebetulan sekali?
“Nde?”
“Kau di mana?”
“Aku masih di kampus!”
“Baiklah, aku akan menjemputmu. Ada sesuatu yang ingin kuberikan!” ucapnya kemudian menyudahi panggilannya. Beberapa menit menunggu, dia pun tiba. Dia menyodorkan sebuah kotak besar padaku. Dia memintaku membukanya dan waw… sebuah gaun pesta yang sangat indah.
“Apa ini?” tanyaku bingung.
“Itu gaun!” jawabnya,
“Maksudku, untuk apa kau memberiku gaun?”
“Besok malam adalah peresmian anak cabang Beoryung, aku ingin kau datang menemaniku!”
“Aku? Kenapa harus aku?” tanyaku kaget.
“Memangnya siapa lagi? Bukannya kau pacarku?!” deg… pacar? Jadi teringat pada percakapanku dengan Jiwon tadi, bagaimana kalau Jiwon mengadu padanya kalau aku mengaku sebagai temannya. “Tenang saja, kau tidak sendiri, ada Sungyeon juga. Sungmin Hyung yang mengajaknya!”
“Sungmin-ssi?!” kali ini aku lebih kaget. Siwon mengangguk dan tersenyum,
“Sungmin Hyung bilang, dia sangat tersentuh pada kegigihan Sungyeon. Dia memberi Sungyeon kesempatan untuk merubah dirinya!”
“Wah… sukurlah. Akhirnya Sungyeon dapat meyakinkan Sungmin-ssi!”

“Nah… sekarang kau tidak punya alasan untuk menolak menemaniku ke acara ayahku. Mungkin besok kau akan dijemput Kyuhyun sebab aku akan sibuk menemani ayahku menyambut tamu. Kyuhyun akan menjemputmu agak sore lalu mengantarmu ke salon Heechul Hyung untuk dandan. Jadi kita bertemu di tempat acara, ok?” tanyanya. Aku pun menyanggupi dengan anggukan.

To be continued ...

FF - Flower + Guys Season 2 (Part 1)

Note : This story is inspirated from Manga Best Seller Hanayori Dango
Yey... I'm back again with new season of my story. Please enjoy and don't forget to leave comment ^^





Seperti mimpi, semua masalahku hilang dalam sehari. Aku mendapatkan Siwon dan Sungyeon kembali padaku, begitupun Sungmin yang kembali menerimaku. Meski aku tak tahu kapan Oppaku juga kembali, namun aku percaya dia tak akan selamanya meninggalkanku. Tak terasa kami telah memasuki tahap akhir pendidikan kami di Neul Paran dan sebentar lagi kami akan menjadi mahasiswa. Untunglah Sungyeon dan Donghae lulus ujian masuk Universitas Sung Gong Hoe, sementara Flower Guys, tak perlu khawatir pada mereka. Kami berlima masih dapat berkumpul bersama lagi, aku sungguh bahagia.
“Apa kau tidak merasa akhir-akhir ini Sungmin Hyung dan Sungyeon jadi dekat?” tegur Siwon padaku saat kami sedang bersantai sebab tidak ada perkuliahan.
“Wajar ‘kan kalau mereka dekat, soalnya mereka sekelas!” balasku, ya… Sungmin dan Sungyeon mengambil jurusan design grafik; Siwon mengambil jurusan bisnis; aku dan Kyuhyun jurusan sains; sementara Donghae jurusan seni.
“Maksudku tidah hanya dekat karena sekelas… mereka jadi lebih akrab dan…”
“Maksudnya mereka saling suka?” tanyaku heran, “Siwon-ssi… bukannya Sungmin-ssi itu…” aku tak kuat kalau harus mengeluarkan kata ‘gay’ dari mulutku.
“Ya… aku tahu, makanya aku heran. Kuharap Sungyeon dapat membantu Hyung-ku kembali ke jalan yang benar!” balas Siwon, keningku berkerut, memangnya Sungmin tersesat selama ini?
“Yaak… aku ‘kan sudah bilang garis diagonal itu tidak perlu dimasukkan. Memangnya apa arti garis itu? Merusak konstruksi desain saja!” bentak Sungyeon yang mengekor di belakang Sungmin.
“Garis diagonal itu nanti akan dijadikan rangka lampu, kenapa sih kau tidak mengerti juga?” balas Sungmin yang langsung duduk begitu tiba di meja kami. Tanpa permisi dia langsung menyeruput minuman Siwon. Aku dan Siwon terbengong melihat tingkah mereka yang sepertinya tidak bisa akur.
“Pokoknya aku tidak ingin melihat garis itu, hapus!” putus Sungyeon,
“Heh… enak saja. Memangnya kau pikir siapa ketua kelompok?” protes Sungmin,
“Jangan kira kalau kau ketua lantas kau dapat bertindak sesuka hatimu. Aku anggota namun aku juga berhak bersuara! Aku tidak mau kelompokku kalah hanya karena ketuanya tidak becus!”
“Mwo???? Kau bilang aku tidak becus? Aku bahkan sampai tidak tidur untuk merekonstruksi gambarmu yang berantakan itu!”
“Berantakan?” errrr, Sungyeon panas. Dia langsung mengambil minumanku dan menghabiskannya. “Baiklah kalau kau menolak menghapusnya, aku yang akan menghapus!” Sungyeon bergegas ke suatu arah sedangkan Sungmin melotot dan akhirnya mengejar sahabatku itu.
“Ehm… apa itu yang kau maksud akrab?” tanyaku agak ragu, Siwon speechless. Dari jauh kami melihat Kyuhyun yang sedang merayu dosen cantik, wah… sepertinya anak itu tidak berubah sedikitpun.
“Dia kenapa?” tanya Siwon, aku yakin dia bertanya tentang Dongsaengnya,
“Dia tidak mengerjakan analisis kasus mikro yang ditugaskan minggu lalu…”
“Dia pasti keasikan bermain PSP-nya!”
“Tidak, dia bilang dia sengaja sebab ingin menggoda Miss. Lee!” jawabku, Siwon geleng-geleng kepala.
Yah, begitulah kehidupan baruku di universitas. Teman-temanku sama sekali tidak berubah, mereka masih cute dan polos seperti saat masih di Neul Paran. Oh ya, aku lupa Donghae, dia semakin aktif di sanggar tari sesuai jurusan yang dia pilih. Kuharap dia segera mendapat gadis yang cocok untuknya sebab jurusan seni merupakan jurusan dengan mahasiswi terbanyak, termasuk Jessica. Yah… dia dan Donghae berada di jurusan yang sama namun kelas berbeda. Sedangkan Eunjeong dan Jaekyeong memilih jurusan bisnis seperti Siwon, entah karena mereka memang berminat di jurusan itu atau semata-mata dapat melihat Siwon lebih sering.
Aku dan Siwon menghabiskan sore di tepi Sungai Han sambil menunggu matahari terbenam. Kutatap langit yang perlahan terlihat sendu, bagaimana keadaan Oppa-ku di Dongdi? Apa dia makan dengan baik? Apakah dia tidur dengan nyenyak? Dan apa dia sudah mendapat teman? Aku benar-benar merindukannya, aku ingin bertemu, aku ingin melihatnya meski hanya sejenak. Sayang dia masih menolakku, setiap menelpon ke rumah, dia hanya ingin bicara dengan Omma, Appa, dan Jongjin Oppa, sementara aku hanya dapat mendengar suara merdunya dari loudspeaker ponsel. Orang tuaku sampai sekarang belum tahu alasan mengapa Oppa pindah ke Dongdi, kurasa mereka memang tidak boleh tahu, Jongjin Oppa juga meminta agar aku tutup mulut.
***
Aku dan Kyuhyun sedang bersantai membaca buku-buku fiksi ilmiah di taman kampus saat Sungyeon menghampiri kami.
“Apa Sungmin sakit?” tanyanya pada Kyuhyun, si magnae menggeleng heran, dia tidak tahu pasti namun menurutnya Hyung-nya baik-baik saja.
“Memangnya kenapa?” tanyaku.
“Sepanjang perkuliahan tadi dia hanya diam, biasanya dia paling cerewet bila membahas mengenai desain!” keluh Sungyeon.
“Saat aku menjemputnya, Hyung terlihat biasa saja. Memang sih dia agak murung tapi yang jelas tidak pucat!”
“Apa dia ada masalah?” tanya Sungyeon.
“Em…” si playboy nampak sedang berpikir, “Tidak kok!” lanjutnya. “Ada apa ini? Kenapa kau tanya-tanya tentang Hyung? Apa kau mulai perhatian padanya?” penyakit jahil Kyuhyun kumat lagi, dia memandang Sungyeon dengan nakal.
“Yaak, apa salah kalau aku bertanya tentangnya?” sungut sahabatku.
“Tidak sih, hanya saja aneh… biasanya sering bertengkar tapi sekarang malah khawatir padanya!” ledek si magnae. Aku tersenyum melihat wajah Sungyeon yang memerah.
“Aku… aku… hanya merasa hambar saja, sehari tidak bertengkar dengannya seperti ada yang hilang. Adrenalinku mesti istirahat ya sekarang?”
“Jiah… alasan!” Kyuhyun tidak mau kalah,
“Yaak, Hyung-mu itu adalah orang yang paling menyebalkan di dunia, kau pikir aku bisa tertarik padanya?” bentak sahabatku. “Lagian dia ‘kan…” ucapan Sungyeon terhenti. Aku sampai was-was, kupikir dia akan ceplas-ceplos seperti biasanya mengenai keadaan Sungmin.
“Oh… itu Sungmin-ssi!” ucapku saat melihat Sungmin di dekat gerbang.
“Mau ke mana dia, apa dia mau bolos? Kami ‘kan masih ada kelas!” cerocos Sungyeon. Mata kami membulat saat sebuah sedan hitam berhenti di depannya dan beberapa pria mirip gangster memaksanya masuk.
“Sungmin diculikkkkk!!!” teriak Sungyeon bersamaan dengan kalang kabutnya aku dan Kyuhyun.  

Beberapa menit kemudian Siwon datang setelah menerima pesan dariku, dia segera menghampiri kami yang sungguh tidak tahu mesti berbuat apa.
“Jelaskan dulu kronologisnya!” perintah Siwon sesaat setelah tiba.
“Kami sedang berbincang-bincang di taman kemudian kami melihat Sungmin Hyung di parkiran. Awalnya kami pikir dia akan pulang, namun tiba-tiba sebuah sedan hitam berhenti di depannya. Beberapa pria menyeramkan keluar dan memaksanya masuk ke mobil!” jelas Kyuhyun.
“Apa yang harus kita lakukan? Ponselnya pun tidak diangkat!” tanyaku panik,
“Telepon polisi saja!” sela Sungyeon,
“Polisi tidak akan memproses kasusnya kalau belum sampai 24 jam!” balas Siwon.
“Lalu apa yang akan kita lakukan? Bagaimana kalau Sungmin diapa-apakan? Bagaimana kalau dia dimutilasi?” Sungyeon sangat panik.
“Yeon~a… jangan sembarangan!” aku menegur sahabatku.
“Apa kau tidak ingat wajah orang-orang itu? Mereka mirip yakuza! Pasti mereka tidak akan segan menyakiti tawanannya!” sahabatku tak mau kalah.
“Yakuza?” tanya Siwon,
“Iya… mereka seperti yang di film-film. Memangnya ada apa sampai Sungmin berurusan dengan orang-orang itu?” seru Sungyeon.
“Ayo ikut aku!” perintah Siwon.
“Kita mau ke mana Hyung?” tanya Kyuhyun bingung.
“Menemukan Sungmin Hyung!” jawab Siwon. Aku, Kyuhyun, dan Sungyeon saling berpandangan heran namun tetap menuruti perintah Siwon.

“Siwon-ssi apa kau tahu di mana Sungmin-ssi?” tanyaku saat kami dalam perjalanan, entah Siwon akan membawa kami ke mana.
“Hyung apa kau punya gambaran?” tanya Kyuhyun.
“Kemarin Sungmin Hyung menemuiku, dia mengeluh katanya Kang In Hyung sudah pulang dari Jepang.”
“Haa…? Wah… gawat, jadi menurutmu Kang In Hyung melakukan semua ini?” tanya Kyuhyun kaget. Siwon mengangguk dan tetap serius mengendarai Audy putih-nya.
“Siapa Kang In itu?” tanya Sungyeon,
“Dia putra pertama Keluarga Lee. Dia orang yang keras bahkan dapat dikatakan dia tidak punya belas kasih. Sungmin Hyung sangat takut padanya, di Jepang dia punya beberapa teman Yakuza, makanya aku langsung kepikiran dia saat kau bilang Sungmin Hyung diculik orang yang mirip yakuza,” jelas Siwon. Aku dan Sungyeon berpandangan ngeri, wah… akan sulit kalau kita berurusan dengan organisasi hitam seperti itu.
“Lalu kenapa Kang In-ssi menculik adiknya?” tanyaku.
“Masalah ini pastinya bukan penculikan, mungkin mereka berseteru hingga ada pemaksaan Kang In Hyung…” jawab Kyuhyun.
“Kang In Hyung tidak suka karena Sungmin Hyung seorang gay!” lanjut Siwon. Aku dan Sungyeon bengong, kuputuskan untuk berhenti bicara saja dan Sungyeon pun begitu.
Kami akhirnya tiba di kediaman Sungmin, rumah apik bergaya Eropa kuno dan wah… besar sekali! Tidak kalah dari rumah milik Siwon. Sayang kami tidak bisa masuk sebab rumah itu berpagar beberapa pengawal mirip yakuza.
“Kami temannya Sungmin, kami ingin bertemu dengannya!” ucap Siwon mencoba ramah di depan salah satu pengawal itu.
“Maaf… Tuan Muda tidak di rumah!” balasnya.
“Benarkah? Tapi aku melihat kau menjemputnya di kampus tadi! Kalau dia tidak di rumah lalu ke mana kau membawanya?” lanjut Siwon. Memangnya kapan kau lihat Sungmin dibawa? Lalu dari mana kau tahu kalau tuan ini yang membawanya?
“Ehm… itu…” si pengawal jadi kikuk, ah… aku paham maksud Siwon! “Tuan muda sedang sibuk, untuk saat ini tidak bisa diganggu!” ucapnya lagi. Wah… tipu muslihat Siwon benar-benar membuat si pengawal ketahuan belangnya.
“Kalau sibuk, untuk apa Sungmin Hyung memanggil kami ke sini? Aku menerima pesannya dan dia meminta kami datang makanya kami datang!” sambung Kyuhyun.
“Kalian mendapat pesan darinya?” pengawal itu agak kaget, “Bagaimana bisa padahal kedua tangannya dipegangi tadi…” bisiknya namun kami masih dapat mendengar.
“Kalau kau tidak percaya, aku akan menelponnya sekarang!” tantang Kyuhyun. Segera dia memencet ponselnya dan beberapa saat tersambung dengan Sungmin. “Hyung… aku sudah ada di depan rumahmu tapi pengawalmu menghadang kami!” ucap si magnae. Seorang pengawal menghapiri temannya itu dan membisikkan sesuatu padanya,
“Baiklah, kalian boleh masuk!” ucap si pengawal yang berdebat dengan kami. Aku dan Sungyeon tersenyum, wah… Siwon dan Kyuhyun hebat, kenapa mereka tidak masuk ke jurusan seni peran seperti Donghae?

Kami disambut oleh kepala pelayan, sepertinya Siwon dan Kyuhyun sudah akrab dengan ahjussi ini, mereka tersenyum ramah padanya.
“Tuan muda ada di ruang tengah, silakan ikut saya!” ucap ahjussi.
“Apa benar Kang In Hyung sudah pulang dari Jepang?” tanya Kyuhyun pada ahjussi.
“Benar Tuan Muda!” jawab ahjussi. Setelah melalui beberapa ruangan, kami akhirnya dipersilakan memasuki sebuah ruangan. Kami tidak melihat siapa-siapa di sini, ke mana Sungmin?
“Kalian apa kabar?” ucap seseorang, seorang pria tinggi dan berbadan tegap, sorot matanya tajam dan menyunggingkan segaris senyum mengerikan.
“Hyung…orenmariya!” sapa Siwon, Kyuhyun juga tersenyum padanya. Jangan-jangan dia yang bernama Kang In?
“Uhm… lama tak bertemu, tak terasa kalian sudah kuliah padahal terakhir kita bertemu kalian baru masuk Neul Paran.”
“Ada urusan apa Hyung kembali ke Korea?” tanya Kyuhyun,
“Wah, pertanyaanmu seperti tidak senang kalau aku kembali ke Korea!” sindirnya.
“Hyung memang hebat, dapat membaca perasaan orang hanya dari mendengar pertanyaannya!” balas Kyuhyun seakan membenarkan tebakan Kang In-ssi.
“Ahm… Hyung, kami ingin bertemu dengan Sungmin Hyung!” Siwon langsung menyela, berani sekali Kyuhyun bilang begitu!
“Sungmin kurang enak badan makanya dia tidak bisa diganggu!” ucap Kang In-ssi. Aduh… di depan mungkin kami bisa mengelabui pengawal-pengawal itu tapi di sini kami berhadapan dengan Kang In, bagaimana caranya kami mengelabuinya? Kami pun pulang tanpa sempat bertemu Sungmin, entah apa yang terjadi pada Sungmin saat ini, kuharap dia baik-baik saja. Tiba-tiba ponsel Kyuhyun berdering,
“Hyung?!!!!” pekik si magnae begitu menekan tombol terima,
“Kalian sudah pulang?” tanyanya, Kyuhyun menggunakan louds speaker.
“Nde, kami dalam perjalanan…”
“Hyung, kau baik-baik saja?” tanya Siwon. “Kang In Hyung bilang kau sedang tidak enak badan,”
“Oh dia bilang begitu ya? Uhm… gwencana, kkochomaseyeo!”
“Sungmin-ssi, apa betul tidak terjadi apa-apa? Kami sempat melihatmu saat di parkiran!” ucapku.
“Oh… Gwansim, nde… gwencana!”
“Yaak… jangan berbohong pada kami!” sela Sungyeon.
“Oh… kau juga ikut micchi yeoja?” Sungmin mengatainya gadis gila.
“Mwo? Miccheo?” Sungyeon berang, “Begini caramu berterima kasih pada orang yang mengkhawatirkanmu?”
“Whahahahaaaa… kau mengkhawatirkanku? Apa kau lupa minum obat?”
“Yaak… jangan besar kepala dulu. Aku tidak ingin kehilangan teman bertengkar yang paling asyik sepertimu!”
“Hahahaha… kalau begitu tunggu aku di kampus besok!”
“Hyung, segera hubungi kami kalau kau butuh bantuan!” sela Kyuhyun.
“Uhm… gomawo!” tutupnya.
***
Kami semua kaget melihat penampilan Sungmin keesokan harinya, wajahnya penuh lebam. Pasti dia dipukul habis-habisan oleh Hyung-nya. Kyuhyun naik darah, mana ada kakak bertindak seperti itu terhadap adiknya, katanya. Sungmin hanya dapat tersenyum perih, mungkin ini memang nasibnya, tandasnya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, Sungmin akan dipindahkan ke Rusia, dia akan diasingkan oleh keluarganya. Aku tahu bagaimana perasaan keluarga Sungmin yang mengetahui kalau dia menyimpang, tapi kalau sampai membuang anak sendiri, ini sangat berlebihan.
“Yaak, micchi yeoja… aku pasti akan merindukanmu! Kalau aku menelponmu untuk bertengkar, kau harus mengangkatnya!” ucapnya pada Sungyeon. Sahabatku itu terlihat muram sepertinya dia tidak senang akan kepergian Sungmin ini.

“Yeon~a…” tegurku saat menghampiri sahabatku yang menyendiri di taman. “Ada apa, apa kau ada masalah?”
“Anio…” ucapnya lirih,
“Tapi yang kulihat tidak seperti itu. Katakanlah, apa kau tidak percaya padaku?”
“…” Sungyeon diam untuk sesaat,
“Apa karena rencana kepergian Sungmin?” tebakku. Dia semakin menekuk wajahnya.
“Aku tak tahu kenapa hatiku jadi sesak saat dia bilang akan pergi, aku takut…”
“Takut?” tanyaku,
“Aku takut kalau aku telah jatuh cinta padanya… apa yang akan terjadi kalau benar aku menyukainya?” mata sahabatku sembab, “Aku seperti kena karma oleh perbuatanku sendiri. Aku sering memarahimu yang masih tetap mencintai Siwon meski Siwon kerap menyakitimu. Kini aku termakan oleh serapahku sendiri, aku jatuh hati pada pria yang selalu bertengkar denganku! Pria yang bila bertemu denganku hanya akan berakhir dengan perdebatan dan saling ejek!” kupeluk Sungyeon yang mulai menangis, “Ini pasti keliru… ya, pasti hanya kekeliruanku. Bukannya aku menyukai Yesung Oppa? Mana mungkin perasaan itu beralih pada Lee Sungmin!”
Aku benar-benar kasihan melihat Sungyeon, kurasa itu wajar, cinta bisa tumbuh karena kedekatan dan kebersamaan. Di antara kami, dia lah yang paling sering menghabiskan banyak waktu bersama Sungmin, entah itu di saat kami sedang berkumpul atau di saat mereka belajar sebab mereka sekelas.
“Apa kita tidak bisa mencegah kepergian Sungmin-ssi? Mungkin saja kita bisa membujuk Kang In-ssi!” ucapku saat aku dan yang lain berkumpul.
“Kalau kau bernegosiasi dengan Kang In Hyung, sama saja kau bernegosiasi dengan batu!” balas Kyuhyun.
“Jadi kita tinggal diam saja?” desakku,
“Tentu tidak, kita tidak boleh membiarkan Kang In Hyung seenaknya begini. Tapi kita tidak tahu harus melakukan apa?!” Siwon menggerutu. Ponsel Siwon tiba-tiba bergetar, sepertinya ada panggilan masuk.
“Nde, Hyung?” ucap Siwon setelah menerima panggilannya. “Mwo? Sekarang?” Siwon tiba-tiba berteriak kaget, aku dan Kyuhyun hanya melotot melihatnya. “Nde…” Siwon menutup percakapannya dengan suara lirih.
“Ada apa?” tanyaku.
“Sungmin Hyung sekarang dalam perjalanan ke bandara…” jawabnya, “Dia akan ke Rusia hari ini juga!”
“Mwo????” aku dan si magnae berbarengan memekik.
 “Dia meminta agar kita tidak menemuinya, kita tidak perlu mengantarnya sebab dia tak ingin menangis karena melihat kita!”
“Lalu? Apa kita tinggal diam saja?” tanyaku sedih.
“Tentu tidak, ayo kita ke bandara!!!” ucap Kyuhyun, Siwon pun tersenyum dan segera menarik tanganku menyusul Kyuhyun yang berjalan di depan.

“Tunggu… Sungyeon harus diberitahu!” ucapku. Segera kuraih ponselku dan menghubunginya. Aduh, kenapa tidak aktif? Berkali-kali kuulang namun hasilnya sama. Kemana anak itu? Bagaimana kalau dia tidak dapat melihat Sungmin-ssi untuk terakhir kali?

To be continued ...