Note : This is not my own story. I remake it from manga which I red in 2005. But I forget tittle and the writer. Please enjoy it ^^
“Lihat… anak itu memandangmu lagi!”
suara Yamie membuatku berhenti menikmati ramyeon
pesananku. Aku menoleh ke tempat yang ditujukan penglihatan sahabatku itu. Huh…
apa masalahku dengan anak itu? Kenapa dia selalu memandangiku?
“Apa lebih baik kulabrak saja siswa
itu?!” tanyaku meminta pendapat pada Yamie
“Untuk apa dilabrak? Paling dia
adalah secret admirer-mu!” aku
mendengus mendengar perkataan Yamie.
“Boleh gabung dengan kalian?!”
seseorang berdiri di sampingku sambil membawa sebuah mangkuk, aku menoleh…
“Nde…!”
jawabku mengizinkannya. Adrian lalu duduk di sampingku tepat berhadapan dengan
Yamie, mereka saling memandang dan tersenyum malu. Huh… kenapa aku jadi iri
pada mereka?
“Adrian…” Yamie memulai duluan, “Apa
kau kenal anak di ujung sana, yang dekat jendela itu!” Yamie menunjuk ke arah
anak yang selalu memandangku sembunyi-sembunyi.
“Henry?!” Adrian bertanya sendiri
untuk memastikan penglihatannya, “Ya… namanya Henry, ada apa?”
“Sepertinya dia menaksir Hyena!”
“Yaa…
!” aku melotot ke Yamie
“Benarkah? Kasihan anak itu, tiga
bulan lalu Appanya meninggal!” kata Adrian
“Jeongmal?!”
benarkah? aku dan Yamie berbarengan memekik.
“Nde,
Appanya meninggal karena kecelakaan jadi sekarang dia tinggal bersama Ommanya.
Tahu tidak… meski dia masih tercatat sebagai siswa SMU namun dia sudah mendapat
beasiswa sampai tamat di Universitas Kyunghee, kalau tidak salah…di jurusan
Post Moderen Music! Dia sangat pandai bermain biola, semua yang mendengar
permainannya pasti akan terbuai dan terhipnotis!”
“Wah…Kyunghee University?!” pekikku
tidak percaya, itu adalah universitas impianku.
“Sebenarnya dia juga mendapat
tawaran dari Inha University tapi entah kenapa dia memilih Kyunghee!”
“Padahal Inha sangat bagus, di sana
tempat kuliah orang-orang kaya dan berpengaruh!” Yamie menggigit sedotan
jusnya. Ponselku berdering, Appa memanggil!
“Nde
… Appa, waeyo?” tanyaku,
“Sekarang Appa dan Omma sedang di
bandara menunggu penerbangan ke Busan, tiba-tiba ada panggilan dari bos Appa. Miane Appa tidak bisa berpamitan langsung!”
“Mwo?!
Yah… aku sendirian di rumah dong!” keluhku,
“Oh ya… Appa lupa menyampaikan
sesuatu padamu. Besok kan hari minggu, pergilah ke Mokpo menghadiri acara
reunian teman-teman SMU Appa sebab kau tahu sendiri Appa tidak bisa pergi.”
“Mwo?!
Mokpo?! Aniya!!!” aku memekik dan
menolak,
“Jebal…
Hyena, Appa tidak enak kalau tidak ada perwakilan, lagipula daripada tidak ada
kerjaan, mending kau mewakili Appa!”
“Aniyo…Appa
tahu kan aku tidak suka ke desa! Mending aku tidur seharian saja dari pada
harus ke desa besok!”
“Hyena… jebal…” Appa memohon padaku dan aku benar-benar berat menolaknya.
Huh… aku benci, benci, benci, sangat benci dengan hujan, sekarang adalah bulan Juli,
tentu di desa akan sering turun hujan! Appa… kenapa Appa tidak mengerti?!
“Ke Mokpo ya? He…he…selamat liburan Chingu!” Yamie mengejekku, dia tahu
betul aku sangat benci pada desa.
~~♥ when rain comes ♥~~
Aku memilih berangkat malam, biar
sewa penginapan saja di sana soalnya kalau berangkat pagi, aku bisa ketinggalan
bus dan terlambat menghadiri reuni itu. Huf… aku mendengus kesal, menyebalkan…
kenapa harus aku yang menggantikan Appa? Sudah terbayang di kepalaku begitu
menjengkelkannya acara reuni itu besok, akan banyak ajjusshi dan ajumma yang
datang, mereka pasti akan bercerita panjang lebar dengan suara melengking
sampai tidak sadar umur, belum lagi kalau mereka bertanya ini-itu padaku, argh…
kekesalanku sepertinya sudah sampai di ubun-ubun!
Aku turun di halte, kupandangi
keadaan di sekitarku yang remang-remaang. Kalau tidak salah di sini ada
penginapan, kujinjing tasku dan menelusuri jalan setapak yang kelihatannya
licin karena hujan. Langkahku begitu pelan sebab aku takut terperosok, mana
jalannya begitu becek. Urgh…menyebalkan!
Umpatku berkali kali. Tiba-tiba seekor kucing memotong jalanku, aku terkesiap
dan kehilangan keseimbangan di jalan licin ini, dalam sekejap aku terperosok ke
dalam lubang yang cukup terjal. Kepalaku sakit sekali terbentur akar pohon yang
begitu besar, kulihat di bawah ada danau yang cukup besar. Aku tak sanggup
berdiri lagi, benturan di kepalaku membuatku pusing dan penglihatanku perlahan
berkurang dan akhirnya aku kehilangan kesadaran.
~~♥ when rain comes ♥~~
“Dia dari mana ya? Kenapa pakaiannya aneh?”
“Eh… dia lumayan cantik, Hyung… apa kau tak merasa dia mirip
ibumu?”
“Apa hubungannya dia dengan ibuku?”
“Iya juga sih…” perlahan kubuka
mataku sebab terganggu oleh percakapan itu,
“Wha…!!!!!!!” pekikku melihat dua
orang pemuda yang sedang menatapku, kurasa mereka seumuran denganku, mereka pun
ikut berteriak mendengar teriakanku. “Kenapa kalian berteriak???” tanyaku kesal
“Kau duluan yang berteriak kan?!”
balas salah satu dari mereka.
“Soalnya kalian yang mengagetkanku,
kenapa kalian memandangiku seperti itu?!” bentakku,
“Ka…kau siapa? Kenapa pakaianmu
aneh?” tanya orang berambut coklat padaku
“Aneh apanya pakaianku? Justru
pakaian kalian yang aneh, kampungan! Namaku Park Hyena, aku di mana sekarang?!”
tanyaku memandangi sekelilingku.
“Park Hyena? Hyung… marga kalian sama!” seru pemuda berambut hitam, dia tidak
menjawab pertanyaanku.
“Memangnya namamu siapa?!” tanyaku
pada pemuda berambut coklat,
“Namaku Park Jungsu!” balasnya, aku
memandang aneh padanya, dia juga ikut menatapku. Wha…ha…ha… aku terbahak-bahak
mendengarnya,
“Kenapa kau ketawa?” tanya pemuda
yang bernama Jungsu itu,
“Namamu sama dengan nama Appaku, Appaku
bernama Jungsu dan marganya Park!”
“Wah… kebetulan sekali!” celetuk
pemuda berambut hitam itu. “Aku Kyuhyun, Cho Kyuhyun!” ucapnya mantap,
“Aku tidak tanya!” balasku. Pemuda
bernama Kyuhyun itu memanyunkan bibirnya. “Oh ya… kalian lihat SMU Mokpo tidak?
Aku mau menghadiri reunian Appaku,”
“SMU Mokpo??? Kami siswa di sana, tapi
sekarang sekolah libur!” balas Kyuhyun. “Dan setahuku tidak ada rencana
reunian, memang reuni angkatan ke berapa?
“Angkatan 17!” jawabku
“Heh… angkatan 16 saja belum keluar
apalagi angkatan 17!” balas Kyuhyun.
“Mwo?!” aku bingung mendengar
perkataan anak aneh itu.
“Kami angkatan 17 dan itupun lulus
tahun depan, masa sudah mau reunian?!” sambung Jungsu. Aku mengerutkan kening,
aneh…
Aku berjalan mengitari ruang rumah
ini, kepalaku masih sedikit perih akibat benturan itu, aku menatap foto
keluarga yang tertempel di dinding, foto seorang bayi digendong ayahnya dan
seorang anak umur tiga tahun dipegang ibunya.
Kenapa foto ini ada di sini? Seorang ajumma masuk membawa nampan berisi
makanan,
“Kau sudah bangun! Ayo sarapan
dulu!” ajaknya, aku menatap aneh padanya,
“Omma, Inyoung Unni ke mana?” tanya Jungsu,
“Oh… dia ke kota mengurus
berkas-berkas kuliahnya!”
“Inyoung?” tanyaku, mereka semua
memandangku heran. “Ommo…” aku mulai panik, “Kau bernama Park Jungsu?” tanyaku
ulang pada Jungsu, dia mengangguk. “Unnimu bernama Park Inyoung?!” tanyaku lagi
dan dia mengangguk sekali lagi. “Apa Ommamu bernama Park Sohra?” tanyaku,
“Kenapa kau tahu namaku?” ajumma itu
terheran melihatku,
“Jangan bilang nama Appamu Park
Teajong!” lanjutku,
“Wah… kau tahu nama-nama anggota keluarga
Hyung!” potong Kyuhyun.
“Andwe…!!!!!”
pekikku membuat mereka menutup telinga,
“Waeyo?”
tanya ajumma
“Appa ...!” aku memanggil Jungsu,
“Kenapa kau memanggilku Appa?” dia
terkejut,
“Nde… kau appaku, ajumma ini haermoniku!
Pantas aku merasa pernah melihatmu!”
“Jungsu~a… kapan kau punya anak?”
Healmoni bertanya pada Appa,
“Omma ini bicara apa? Mana mungkin
aku punya anak yang seumuran denganku!”
“Yaa…
gadis gila, kau ini bicara apa?!” Kyuhyun mengejekku,
“Yaa…
aku tidak gila! Tapi sepertinya aku memang akan gila…!” andwe… kenapa jadi
begini!!!!!?
~~♥ when rain comes ♥~~
Bola mataku berputar tak tentu arah,
jantungku berdegup kencang tak berirama, ini mimpi… ya ini pasti mimpi. Aku
menepuk pipiku keras-keras, jariku mengenai dahiku yang luka, aw… sakit sekali,
jadi ini tidak mimpi!!! Ini tidak masuk akal, mana mungkin aku ada di zaman
saat ayahku seumuran denganku? Ini aneh, sangat tidak masuk akal. Aku berjalan
tidak tentu arah, aku harus mencari tempat di mana aku jatuh semalam, aku yakin
tempat itu adalah lorong waktu sehingga aku bisa terjebak di jaman ini!
Aneh… aku memutar ingatanku
sedemikian keras, bukannya tempat ini adalah danau? Ya… aku ingat, semalam aku
terperosok di dekat danau dan tersangkut pada pohon besar. Aku mulai menangis…
kenapa ini menimpaku? Apa salahku sampai hal seburuk ini terjadi padaku?
Bagaimana aku bisa pulang? Aku mau pulang!
“Wah… ternyata kau di sini! Semua
orang mencarimu, ayo pulang!” Kyuhyun membuka jaketnya dan memasangkannya
padaku. “Ayo…!” dia menarik tanganku.
“Lepaskan!” bentakku, “Aku mau
pulang… aku mau kembali ke Seoul! Tempat apa ini, aku tak mau di sini!”
“Kalau mau pulang ke Seoul besok
saja, aku yang akan mengantarmu, ini sudah malam jadi sangat berbahaya pulang
ke Seoul malam-malam begini!”
“Kau mengerti perkataanku tidak
sih?! Aku mau pulang ke jamanku, bukan di sini, orang tuaku pasti mencariku…!”
hiks… aku menangis.
“Ternyata kau di sini, aku mendengar
tangisanmu sehingga aku menemukanmu di sini!” Appaku datang,
“Aku mau pulang! Pulang! Pulang!”
aku meronta,
“Iya… kita pulang sekarang!” Appa
mencoba membujukku, akhirnya kami bertiga kembali ke rumah Appa. Di sana telah
menunggu Haermoni dan Haerboji juga Imo, mereka menantiku dengan cemas. Saat
berhadapan dengan Haerboji tanpa kurasa mataku jadi sembab, inikah dia?
Haerboji yang sering diceritakan Appa padaku, yang tidak sempat kulihat sebab
beliau meninggal sebelum Appa menikah dengan Ommaku. Reflex aku memeluk tubuh
pria paruh baya yang ada di hadapanku ini, aku memeluknya sambil menangis
kencang.
“Nomu bogoshipposso…” ucapku masih dalam
pelukannya. Aku rasakan keterkejutan Haerbojiku namun aku tak berniat
melepasnya, aku masih ingin memeluknya lama… lama sekali. Aku semakin terisak
bila mengenang cerita Appa, Haerbojiku meniggal saat Appa berusia 20 tahun,
kalau begitu tiga tahun lagi… tiga tahun lagi Hearbojiku akan pergi karena
sakit yang dideritanya. Usai makan malam, Appa dan Kyuhyun mulai membicarakan
masalahku.
“Apa benar kau putriku?” tanya Appa,
“Nde…
Appa pikir aku bohong?” balasku sengit,
“Aniyo…bukan
begitu, aneh saja… coba pikirkan kau dan aku seumuran jadi bagaimana mungkin…”
“Aku juga tidak mengerti kenapa
malah jadi begini!”
“Coba ceritakan apa yang terjadi
sebelum kau terjatuh, Park Ajumma yang menemukanmu di sisi jalan pingsan dengan
luka di dahimu!” perintah Kyuhyun.
“Begini, dengarkan baik-baik ya!
Kemarin Appa menelponku dan memberitahukan kalau dia dan Omma harus ke Busan
karena pekerjaan mendadak. Appa memintaku untuk mewakilinya menghadiri reuni
yang akan diadakan hari ini oleh siswa SMU Mokpo angkatan 17. Karena aku anak
yang baik dan patuh makanya aku menurutinya, aku berangkat malam ke Mokpo dan
berencana menginap di penginapan agar besok pagi tidak terlambat menghadiri
reunian itu.” Aku menarik napas dalam-dalam, “Aku mau minum!” ucapku, Kyuhyun
sigap memberi segelas teh padaku,
“Ini…” ucapnya. Segera kuteguk teh
itu sampai habis dan kembali bercerita,
“Saat melalui jalan setapak untuk
mencari penginapan, tiba-tiba seekor kucing memotong jalanku hingga aku kaget
dan terpeleset sebab jalannya licin. Aku terjatuh ke lubang yang cukup terjal
dan untung saja aku tersangkut di akar pohon sehingga tidak perlu tercebur ke
danau! Setelah itu aku tidak ingat apa-apa sampai kita bertemu.”
“Danau? Di sini tidak ada danau!”
ucap Appa,
“Karena itulah aku bingung saat
mencari tempatku jatuh, tak ada danau dan tak ada pohon besar yang
menyelamatkanku!” Appa terlihat berpikir keras, “Appa… aku harus bagaimana?!”
desakku,
“Jangan memanggilku Appa!” pintanya
“Kau kan Appaku jadi wajar kan’!”
“Masalahnya…” Appa jadi salah
tingkah.
“Kalau begitu kau panggil aku apa?”
tanya Kyuhyun cengar-cengir.
“Bagaimana kalau kupanggil Buddy?!”
“Wah… keren sekali, seperti nama
orang barat, artinya apa?” tanya Kyuhyun
“Itu nama anjing peliharaan
tetanggaku!” jawabku,
“Kau kejam sekali!”
“Makanya jangan membuatku kesal!”
“Sudahlah… namamu Hyena kan?
Tidurlah… lebih baik beristirahatlah dulu, kau kelihatan lelah, biar besok kita
bicarakan jalan keluar masalahmu lagi!” pinta Appa.
~~♥ when rain comes ♥~~
Aku
terbangun saat keadaan masih gelap, sepertinya semalam hujan sebab kulihat
lewat jendela, jalan becek dan pepohonan basah.
“Yaa…!!!” Kyuhyun muncul di depan jendela
tiba-tiba sehingga membuatku berteriak,
“Yaa… kau mau membunuhku?!”
bentakku,
“Kau
kaget ya?!” tanyanya, pertanyaannya membuatku kesal, aku memintanya mendekat
dan dia menurut,
“Kalau
tidak kaget mana mungkin aku berteriak!!! Lain kali jangan membuatku kaget,
kalau kau lakukan lagi, aku pasti membunuhmu!” ucapku sambil mencekik lehernya
lewat jendela.
Kyuhyun
masih memegangi lehernya saat aku keluar rumah bersama Appa, baru kali ini aku
bangun pagi, kulihat jam masih menunjukkan jam 5.30 pagi. Katanya kami akan ke
sungai menangkap ikan, Appa telah siap dengan segala perlengkapannya.
“Hyung… putrimu ini sangar sekali!” keluh
Kyuhyun pada Appa,
“Kau
duluan yang menganggunya kan’?” aku menjulurkan lidahku pada Kyuhyun saat Appa
membelaku.
Kami
bertiga menelusuri jalan desa yang hanya dapat dilalui satu mobil, aku benar-benar
benci dengan kondisi jalan yang becek seperti ini. Huh… kenapa harus hujan sih?
Aku mendengus kesal, sementara Appa dan Kyuhyun berjalan riang di depanku.
“Buka
saja sendalmu, bisa-bisa kau terpeleset lagi!” perintah Kyuhyun,
“Tidak
mau! Nanti kakiku kotor!” balasku,
“Sudahlah…
kalau kau nyaman dengan sendalmu, pakai saja!” ucap Appa, aku mengejek Kyuhyun
lagi. Dasar sial, apa mungkin aku sangat keterlaluan pada Kyuhyun sehingga
belum berapa lama dia menyuruhku melepas sandal, aku sudah terpeleset tapi
untung Kyuhyun sigap menolongku. Aku jatuh di pangkuannya,
“Nah…
sudah kubilang lepaskan saja tapi kau malah keras kepala!” ejeknya,
“Hyena…
lepaskan saja!” perintah Appa. Akupun terpaksa melepas alas kakiku, awalnya aku
begitu kesulitan berjalan tanpa alas kaki apalagi medannya becek seperti ini
namun lama kelamaan aku terbiasa.
Kami
menuruni beberapa lahan yang landai, Kyuhyun mengulurkan tangannya padaku untuk
membantuku menuruni sebuah parit, kutolak menat-mentah uluran tangannya,
“Appa!!!”
aku memanggil Appaku biar dia yang membantuku, Appaku pun menurut dan kulihat
bibir Kyuhyun mengerucut. Setelah jalan beberapa saat akhirnya kami sampai ke
sebuah sungai yang airnya begitu jernih.
“Hyena…
sini!” Kyuhyun tiba-tiba menarik tanganku, dia membawaku ke pinggir sungai dan
menghadapkanku ke sebuah gunung. Perlahan mentari muncul di balik gunung itu
dan seiring dengan itu, keadaan gelap berubah terang. Aku terkesima menatap
keindahan alam di depanku ini, aku menoleh ke arah Kyuhyun, kulihat dia tak kalah
terkesimanya dibanding aku, bahkan kulihat ada perasaan bangga dalam senyumnya,
seakan dia ingin bilang, inilah desaku
yang keindahannya tidak akan kau dapatkan di tempat lain.
~~♥ when rain comes ♥~~
to be continued