Pernahkah kalian menyukai seseorang?
Menyukai orang itu sampai merasa gugup saat berhadapan dengannya namun ingin
terus melihatnya sehingga pilihan satu-satunya adalah memandanginya secara
sembunyi-sembunyi. Saat tidak sengaja berpapasan dengannya, wajahmu memerah
karena terpesona. Saat mendengar suaranya, jantungmu berdegup kencang sampai
tak berirama. Bagaimana rasanya? Menyakitkan kah? Aku pribadi merasa sangat
tersiksa namun aku senang merasakannya.
Setiap saat… selama dua tahun aku memandangnya
sembunyi-sembunyi, dia bukan siswa yang popular, bukan siswa nomor satu, bukan pula
siswa yang dapat membuat gadis-gadis bertekuk lutut, ataupun siswa yang
memiliki segalanya. Dia hanya siswa yang sederhana, tak banyak bicara, tidak
juga sering senyum, pertanyaannya… lalu apa yang kau suka darinya? Jawabanku …
aku suka suaranya!!! Ya … dia memang jarang bicara namun sekali waktu kudengar
dia bernyanyi tepatnya bersenandung, ya ampun… suaranya seperti mutiara.
Selama dua tahun terus menjadi pengagum
rahasianya, aku tidak pernah bosan. Meski dia tak sekalipun memperhatikanku,
aku tak akan lelah mengharapkannya. Rasa ini akan terus kujaga, menyukainya
selamanya…
“Hyena…!” suara mutiara itu
memanggilku, aku segera menutup lembar kerjaku di notebook. Aku berlari ke
arahnya memperbaiki kostumnya setelah dia keluar dari ruang rias.
“Yesung~a… cepat! Tiga menit
lagi!!!” perintah menejer dari ruang tunggu. Semakin kupercepat usahaku,
setelah memastikan dia telah sempurna, aku mengangguk dan melepasnya pergi.
“Gomawo…” ucapnya dia berlari kecil
ke arah menejer dan beberapa saat kemudian namanya dipanggil memasuki ruang
syuting. Ya… dialah si suara mutiara itu, senior yang membuatku tergila-gila
dan menjadi pengagum rahasianya selama bertahun-tahun. Ya… suara mutiaranya itu
mengantarkannya menjadi seorang penyanyi terkenal seantero Korea. Aku melamar
menjadi asisten artis begitu melihat lowongan kerja yang dikeluarkan agensinya,
agensi musik raksasa di Korea. Seperti mimpi, aku malah menjadi asistennya, sungguh
selama berhari-hari aku tak luput berdoa mengucapkan sukur kepada Tuhan atas
karunia yang kuterima ini.
Siang ini dia ada wawancara
eksklusif dengan sebuah stasiun TV, dari belakang studio aku menunggu jadwalnya
sampai selesai sambil membuat diary elektronikku di word press pribadiku.
“Kita semua tahu kalau Yesung
memiliki banyak fans dengan berbagai karakter, pertanyaannya… apakah ada
kelakuan fans yang tak bisa kau lupakan?” tanya pembawa acara itu padanya.
“Tentu… aku ingat dulu ada seorang
fans yang memberiku setangkai mawar merah saat show perdanaku bersama Super
Junior. Sayang sekali aku tak dapat melihat dengan jelas wajah gadis itu karena
para fans berdesak-desakan,”
“Bukannya itu hal biasa? Apa
istimewanya?” tanya host acara.
“Tentu sangat istimewa bagiku.
Apakah banyak yang tahu arti mawar merah? Mawar merah melambangkan keceriaan,
memberikan semangat untuk seseorang. Di awal debutku, aku tidak seberuntung
teman-temanku di Super Junior. Dulu aku tidak memiliki banyak fans, di antara member
hanya aku yang tidak mendapat teriakan atau hadiah saat debut.”
“Aku menangis semalam suntuk di belakang dorm
setelah dimarahi habis-habisan oleh produser sebab aku tidak popular seperti
rekan-rekanku. Beberapa hari kemudian kami mengadakan show pertama di Incheon,
dari bawah panggung kulihat ada seorang gadis menyodorkan setangkai mawar
padaku, kupikir itu untuk Siwon yang saat itu kebetulan di sampingku namun
begitu kulihat pita biru bertuliskan ‘Yesung Oppa… fighting!’ aku baru sadar
mawar itu untukku!”
“O…
itu hadiah pertama bagimu?”
“Ya…
hadiah pertama bagiku, hadiah yang juga membangkitkan semangatku untuk terus
bertahan dan semangat menghadapi kerikil-kerikil yang harus kulalui demi meraih
impianku! Ternyata di luar sana masih ada yang mendukungku,”
“Wah…
fans itu beruntung sekali, dia pasti sangat senang bila melihatmu memuji
dirinya saat ini!”
“Aku
yakin dia mendengarnya…!” ucap Yesung.
“Ya…
tentu saja, dia pasti sedang duduk manis menontonmu di TV sambil menyeka air
mata terharu sebab kau masih mengingatnya bahkan memujinya.” sambung host itu.
Jari-jariku yang asyik bermain di atas tuts keyboard berhenti seketika,
setangkai mawar merah dan pita biru? Benarkah hadiah itu yang membuatmu
bertahan?
Acara
selesai sejam kemudian, Yesung keluar studio dengan wajah lelahnya. Aku
menyambutnya dan memberinya sebotol jus,
“Gomawo…”
ucapnya, dia segera ke luar gedung dan masuk ke van yang akan membawanya pulang
ke dorm, aku duduk di depan dan sibuk memeriksa jadwal kerjanya besok.
***Red Rose***
Pagi ini kuperiksa twitter, wah…
Yesung jadi trending topic hari ini. Banyak yang memberikan semangat dan
kata-kata menyentuh untuknya karena acara semalam. Saat tiba di dorm, kulihat
mereka, member Super Junior, kewalahan menerima kiriman mawar merah yang
semuanya dari para fans. Kubantu mereka sejenak merapikan bunga-bunga itu dan
tidak lama kemudian Yesung telah siap dengan dandanan casualnya.
“Dongsaeng… aku berangkat sekarang
ya!” sapanya pada beberapa member Super Junior,
“Hyung… lihat perbuatanmu, karena
pengakuanmu semalam, dorm kita kebanjiran mawar merah!” gerutu Ryeowook yang
sibuk membersihkan serbuk sari yang tercecer di lantai.
“Mianhe…” dia mengatupkan tangannya
dan memandang Ryeowook dengan tatapan cute, “Ayo Hyena!” dia menarik tanganku dan
segera meninggalkan dorm. Kasihan Ryeowook, Donghae, Siwon, dan Kyuhyun yang
harus bergelut merapikan mawar-mawar itu.
“Sunbae, hari ini kau jadi trending topic!” ucapku saat di van,
“Untung ada mawar merah itu, kalau
tidak… mungkin aku tak ada di sini lagi!” ucap Yesung.
“Mmmm… apa yang akan kau lakukan
kalau mengetahui siapa yang memberikan hadiah itu?!” tanyaku.
“Aku akan melamarnya!” dia tertawa…
“Jangan bercanda, kalau fans itu
dengar, dia akan menagih janjimu itu!” tegurku
“Aku tidak bercanda! Aku akan
mengumumkan ke seluruh dunia bahwa inilah dia yang memberiku semangat di
saat-saat sulitku waktu pertama debut!”
“Bagaimana kalau fans itu pria?!”
tantangku,
“Aku tahu dia wanita!”
“Dari mana kau tahu?!”
“Dia memakai cincin waktu itu, jarang
lho pria memakai cincin!”
Begitu tiba di bandara, kami
langsung merapat ke tempat pemeriksaan passport. Hari ini kami akan ke
Thailand, di sana Super Junior-H mendapat undangan dari kerajaan Thailand untuk
mengisi acara ulang tahun kota Bangkok. Personel yang lainnya duluan berangkat
kemarin sementara Yesung menyusul hari ini sebab ada acara live semalam.
Setelah
beberapa jam mengarungi perjalanan lintas udara, kami tiba di Bangkok dengan
pengawalan ketat pihak keamanan. Banyak fans yang telah menunggu di bandara
sehingga Yesung harus dikawal, senyuman terus mewarnai bibir indahnya sembari
melambaikan tangan ke arah gadis-gadis yang sebagian besar membawa poster Super
Junior-H. Kami segera masuk ke van yang telah disediakan oleh pihak inviter,
kukeluarkan handuk kecil dan segera menyeka peluh di wajahnya.
“Hyena…
apa kau seorang ELF juga?” tanyanya tiba-tiba,
“Mmm…
tepatnya aku seorang Clouds!”
balasku, wajahnya memerah mendengar pengakuanku. Senang rasanya membuatnya malu
seperti ini. Setelah beberapa menit berada dalam van, kami tiba di sebuah hotel
berkelas di Bangkok. Seperti biasa, untuk mencegah kegaduhan kami masuk hotel
lewat jalan belakang. Yesung tak sempat beristirahat, dia harus segera menyusul
teman-temannya ke tempat latihan. Mereka hanya tersisa waktu 12 jam untuk
latihan karena mereka akan perform
besok.
Setelah
berganti pakaian yang lebih santai, kami segera kembali ke van untuk pergi ke
tempat latihan. Saat tiba di tempat konser, Yesung segera bergabung bersama
teman-temannya yang sedang latihan dance. Ternyata banyak fans yang menonton
mereka dari kejauhan, para fans berteriak juga melambaikan poster dan spanduk,
tentu ini menambah semangat member yang sedang latihan.
Hari
telah gelap, kulihat jam sudah pukul 20:00 waktu Thailand, member pun sudah
kelelahan. Setelah berpamitan pada pihak sponsor, kami segera kembali ke hotel
untuk beristirahat.
“Besok
kita harus menampilkan performance kita yang terbaik!” seru Shindong sambil
menikmati hidangan korea-nya. “Mmm… asisten, apa kau bawa kimchi?” tanyanya
padaku, aku mengangguk dan segera ke arah perlengkapan. Kubuka tas dan kuambil
sebotol kimchi segar seperti pesanan Shindong padaku sebelum aku berangkat ke
Thailand tadi.
“Gomawo…!”
serunya saat aku menghidangkan asinan kesukaannya itu di atas meja. Beberapa
saat kemudian yang lain berebut menyumpit kimchi itu dan melahapnya seperti
orang kelaparan.
“Noona…
untung kau bawa kimchi!” celetuk Eun Hyuk dengan mulut penuh.
“Seharusnya
kau berterima kasih padaku sebab aku yang memesannya!” protes Shindong,
“Sudahlah…
yang banyak bicara akan kehabisan!” seru sang leader. Aku senang dengan suasana
seperti ini, mereka selalu menghargai pemberianku, bukan hanya aku namun
asisten yang lain, menejer, bahkan kalau ada pemberian dari fans, mereka juga
tidak akan menyia-nyiakannya. Mereka – tidak hanya Super Junior-H tapi semuanya
– selalu menghargai pemberian orang lain
dan selalu berterima kasih, itulah salah satu daya tarik mereka sebagai boy band sehingga penggemar mereka
tersebar sampai ke pelosok dunia.
***Red Rose***
Hari
ini tiba juga, hari performance mereka. Mereka tidak hanya menyanyikan
single-single andalan sub group mereka namun sebagian lagu dari Super Junior
turut didendangkan oleh mereka. Mereka menghibur penonton sampai dua jam dengan
lagu, dance, bahkan banyolan mereka. Wajar bila sub group ini diberi nama Super
Junior-H (happy) sebab mereka memang mampu untuk membahagiakan penonton.
Waktu
telah menunjukkan 11:30 malam, sudah saatnya Super Junior-H berpamitan pada
fans sebab mereka harus mengejar pesawat jam 12 nanti. Mereka harus kembali ke
korea sebab besok siang Eun Hyuk, Lee Teuk, dan Shindong harus mengisi acara
radio mereka.
“Anyeong!!!!”
teriak mereka pada seluruh penonton. Gawat… aku harus kembali ke tempat konser
secepat mungkin. Aku sedang sibuk memilih obat diare untuk Eun Hyuk di apotik,
sebelum performance dia sudah kuberi obat dan ternyata aku tidak punya
persiapan lagi.
“Palli…palli!”
seruku pada kasir saat aku membayar tagihan belanjaku. Segera kumasukkan obat
dan beberapa kaleng jus pesanan Kang In, dan snack pesanan Sungmin ke dalam
ranselku. Saat tiba di depan gedung, kulihat gerombolan fans memalang jalan.
Aku kesulitan bergabung bersama rombonganku, aduh… kulirik jam, tinggal 20
menit lagi. Bus dan van telah berangkat, aku ditinggal! Gawat… tak ada acara
kembali ke hotel lagi, jadi aku harus ke bandara.
Aku
mencegat taksi dan dengan bahasa Inggrisku yang seadanya, aku meminta supirnya
membawaku ke bandara. Sial… di jalan aku terlibat macet, aku harus menelpon mereka,
ya… mereka pasti sedang mencari-cariku sekarang! Ha… mana ponselku? Astaga… aku
lupa, aku memberikannya pada Yesung tadi, ponselnya lowbat makanya dia memakai
ponselku untuk browsing. Supir itu
berbicara padaku tapi aku sama sekali tidak mengerti apa yang dikatakannya.
Kalau kulihat dari gaya bicaranya sepertinya dia menyuruhku turun, apa mungkin
karena antrian kendaraan yang terlalu panjang? Benar juga… kalau terus
menunggu, aku bisa ketinggalan pesawat. Aku turun dari taksi, kusodorkan
beberapa lembar Bath namun si supir menolak. Apa karena dia tidak berhasil
membawaku ke bandara makanya dia menolak?
“Please
go ahead…” si supir mulai memberi pengarahan padaku, sepertinya jalan untuk ke
bandara. “Turn right…” serunya, aduh… kami sama-sama kurang mengerti bahasa
Inggris.
“Thank
you… thank you!” seruku berkali-kali. Aku langsung berlari sesuai arah yang
diberitahukan si supir. Di persimpangan aku belok ke kanan, ya…lalu aku harus
ke mana lagi? ada beberapa persimpangan di depan, terus kah, belok ke kanan,
atau belok ke kiri?
Lama
aku berputar, keringat dinginku mulai mengucur, aku … kesasar! Kulirik jam
tanganku, tinggal 5 menit pesawat lepas landas, aku… aku harus bagaimana? Hiks…
tangisanku pecah, beberapa orang yang lewat memandangiku sambil tertawa geli.
Aku tidak kenal malu lagi, saat ini aku hanya tahu menangis. Kulihat di langit,
sebuah burung raksasa melaju dengan gagahnya, itu pasti pesawat yang mereka
tumpangi, hiks…hiks… aku ditinggal!!!
Udara
dingin mulai menyengat kulitku, saat kubuka mata kulirik jamku, sudah jam
2 pagi. Kuhapus sisa air di mataku,
ternyata aku tadi tertidur karena kelelahan menangis. Aku berjalan menelusuri
jalan besar di depanku, aku belok setiap ada persimpangan, parahnya aku malah
menuju kawasan lokalisasi. Beberapa pemuda berjalan ke arahku, mereka tersenyum
mengerikan memandangku. Beberapa di antara mereka berbicara padaku namun aku
tidak mengerti sama sekali. Dug… aku yang berjalan mundur merasakan ada sesuatu
di belakangku, saat aku berbalik, seorang ahjussi tersenyum iblis memandangku.
“Lepaskan!!!
Lepaskan aku!!!” seruku saat mereka menyeretku memasuki sebuah gedung. “Kumohon
lepaskan, aku harus segera kembali ke korea, aku cuma ingin ke bandara! Jangan
lakukan ini padaku!” mereka terus menyeretku dan tidak mempedulikan teriakanku.
“!@#$$%^&&*(()*&%$#@”
seseorang tiba-tiba berteriak dari belakang, spontan kami semua menoleh.
Polisi?! Seketika perasaanku mulai lega, orang-orang itu lantas melepaskan
pegangannya padaku.
“Hyena!!!”
seru Kang In yang tiba-tiba muncul dari balik polisi itu,
“Kang
In?!!” pekikku bahagia, aku juga melihat Sung Min,
“Kau
baik-baik saja kan?!” tanya Sung Min, aku mengangguk.
“Kalian
tidak berangkat ke Seoul?!” tanyaku heran,
“Bagaimana
mungkin kami pulang kalau kau tidak ada?!” seseorang muncul di balik Kang In
dengan suara mutiaranya.
“Sunbae!!!”
ucapku. Dia berjalan selangkah ke depanku dan seketika menarikku dalam
pelukannya,
“Lain
kali jangan seperti ini!” bisiknya dengan pelukan yang begitu erat. “Aku sugguh
takut terjadi sesuatu yang buruk padamu!”
“Hyung…
jangan seperti ini, ada yang memotret kita!” Kang In menasehati Yesung.
“Benar
Sunbae, jangan seperti ini!” bujukku, barulah perlahan Yesung melepas
pelukannya padaku.
Kami
mengambil penerbangan pertama ke Seoul keesokan harinya, Lee Teuk, Eun Hyuk,
dan Shin Dong sudah berangkat pada penerbangan semalam soalnya jadwal mereka
tidak bisa ditunda. Setelah beberapa jam menunggu di pesawat, akhirnya kami
tiba di Seoul. Aku sungguh tak menyangka, kejadian Yesung memelukku saat di
Thailand menjadi trending topic di twitter. Seorang ELF Thai mengapload foto
pelukan itu sehingga seluruh ELF khususnya di Korea mencaci maki aku. Untung
saja mereka tidak menyerang twitter-ku maupun FB-ku soalnya aku memang tidak
mempublikasikan situs jejaring sosialku itu.
Keadaan
semakin pelik, berpuluh-puluh ELF berkumpul di depan gedung SM sambil membawa
spanduk berisi kecaman khusus untukku. Aku sungguh takut, beginikah bila fans
marah?
“Semua
salahku, aku sungguh minta maaf!” seru Yesung pada member lain dan menejer saat
kami duduk merundingkan penyelesaian masalah ini.
“Lalu
apa yang akan kau lakukan Hyung?” tanya Kyuhyun pada Yesung,
“Berilah
penjelasan pada ELF, ceritakanlah apa yang terjadi di Thailand, aku yakin
mereka pasti akan mengerti,” tambah Siwon.
“Jaga
perasaan ELF juga, mereka hanya shock melihat idolanya memeluk wanita lain yang
tidak mereka kenal!” Leader angkat bicara.
“Baiklah…
aku akan bicara dengan mereka!” putus Yesung,
“Apa
sebaiknya aku ikut minta maaf?!” aku bertanya pada yang lain,
“Lebih
baik jangan, saat ini mereka begitu anti padamu, kalau kau muncul, bisa-bisa
mereka menjadikanmu bahan gilingan!” timpal Hee Chul.
“Tidak,
Hyena harus ikut. Hari ini akan kubuat sebuah pengakuan!” putus Yesung dan
seketika itu juga menarik tanganku.
Hysteria
para ELF saat Yesung keluar seperti dapat merobohkan gedung ini, apa lagi saat
melihat Yesung menggandeng tanganku, mereka semakin tidak terkontrol. Beberapa
body guard mencoba memberi perlindungan agar para ELF tidak beranjak untuk mencakar
atau menjambakku.
“Pertama-tama
aku ingin mengucapkan maaf pada kalian, aku tahu aku telah membuat kalian
kecewa,” Yesung mulai angkat bicara. “Foto di twitter itu memang benar, aku
memeluk Hyena adalah nyata!” cacian para ELF menggema di setiap sudut ruangan,
aku hanya dapat menunduk ketakutan.
“Hyena
sempat kesasar di Thailand kemarin, dia keluar gedung pertunjukan untuk
membelikan obat diare untuk Eun Hyuk. Tahukah kalian, sebenarnya dia dapat
menyuruh petugas di sana membelikan Eun Hyuk obat namun Hyena tidak
melakukannya, apa kalian tahu jawabannya kenapa? dia tahu persis Eun Hyuk minum
obat apa dan bila menyuruh orang lain yang beli bisa saja mereka membeli merek
lain sehingga yang ada malah Eun Hyuk semakin parah,” tiba-tiba Kang In ikut
membelaku.
“Dia
ketinggalan bus bahkan pesawat, dia sendirian di Thailand, dia kesasar bahkan
masuk ke daerah lokalisasi. Dia yang selama ini selalu mengurus keperluan kami,
membantu kami tanpa banyak mengeluh, di saat kami berhasil menemukan dia yang
hilang di negeri orang, apakah salah bila kami memeluknya?!” Sung Min angkat
bicara.
“Kumohon
para ELF… mengertilah… kami juga manusia, kami punya orang yang kami sayangi
salah satunya adalah asisten kami Hyena!” timpal Kang In.
“Perlu
kalian ketahui…” Yesung mulai bicara dengan suara yang bergetar, “Dialah ‘gadis
mawar merah’-ku! Kalian tentu telah melihat pengakuanku di wawancara kemarin,
kalian pasti tahu cerita mengenai setangkai mawar merah dengan pita biru itu,
ya… Hyena lah gadis yang memberikan hadiah pertama itu!” aku kaget memandang
Yesung, dari mana dia tahu kalau aku yang memberikan mawar itu?
“Bukannya
Oppa bilang kalau Oppa tidak sempat melihat wajah si pemberi bunga itu soalnya
para fans berdesak-desakan!” seorang ELF angkat bicara.
“Aku
memang tidak melihat wajahnya namun aku sempat melihat ada tahi lalat di
pergelangan tangannya, tahi lalat yang sama di pergelangan tangan Hyena!” semua
mata menjurus ke pergelangan tanganku, Yesung mengangkat pergelangan kiriku,
“Gadis yang menyerahkan mawar itu seorang kidal dan Hyena pun hanya bisa
bekerja dengan tangan kirinya!” lanjut Yesung.
“Aku
masih belum percaya, bagaimana mungkin gadis itu begitu beruntung?!” timpal ELF
yang lain.
“Aku
pernah membaca word press pribadi
milik Hyena, saat itu aku tidak sengaja menemukannya. Maafkan aku Hyena…”
Yesung menunduk ke arahku, “Saat itu Hyena lupa menutup lembar kerjanya dan
meninggalkan note book-nya begitu
saja dan aku menemukannya. Kubaca semua tulisannya, ternyata dia telah
mengagumiku jauh sebelum aku menjadi penyanyi. Catatan hariannya itu ditulisnya
semenjak kami masih sekolah di SMU yang sama, dua tahun yang lalu dia telah
memperhatikanku, sayangnya aku tidak pernah peduli padanya.” Aku menunduk malu,
orang ini… kenapa masalah seperti itu dibahas juga?!
“Benarkah
Hyena?!” Sung Min melirik tidak percaya padaku. Aku semakin menyembunyikan
wajahku, aduh… malunya aku saat ini.
“Meski
telah terpisah namun dia tetap memperhatikanku, dia kemudian menjadi ELF dan
turut mendukungku ke manapun aku melangkah. Sampai akhirnya dia melamar menjadi
asisten Super Junior di SM Intertainment untuk terus membantu kami. Saat aku
menyadari betapa besar dia menyayangiku dan Super Junior, aku semakin tak ingin
kehilangan dirinya! Coba kalian para ELF, katakanlah apakah gadis seperti Hyena
tak pantas dipeluk hanya sekedar meluapkan rasa bahagia karena telah
menemukannya yang hampir masuk ke jurang bahaya?!”
Kali
ini para ELF yang menunduk menyesal, bahkan sebagian dari mereka ada yang
mengetok kepala mereka sendiri, menghukum diri mereka sendiri.
“Jadi…
Oppa tak perlu menangis lagi karena tak punya fans yang banyak, justru Oppalah
pemenangnya, Oppalah member pertama yang memiliki fans dibanding member yang
lain!” seru seorang ELF.
“Benar!
Aku tak perlu bersedih lagi karena ada Hyena yang selalu mendukungku!” seru
Yesung. Kali ini Yesung berbalik ke arahku, dia memegang kedua tanganku.
“Bukannya aku pernah bilang padamu… bila aku menemukan siapa yang memberiku
mawar merah di hari itu maka aku akan melamarnya?!” mataku melotot mendengar
ucapannya, “Hyena… saat ini aku melamarmu, bersediakah kau menjadi Everlasting Friend-ku?” aku bengong,
kali ini mulutku terkunci, aku seperti dihipnotis untuk diam, sensor motorikku
seperti dilumpuhkan oleh jarum akupuntur.
“Aku
yakin kau bilang ‘iya’! Yesung mendekatkan wajahnya ke wajahku dan… secuil
ciuman manis mendarat di pipiku.
“Aaaaarrrrrrrrrrrggggggggggggggggggghhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
teriakan para ELF membahana di setiap sudut ruang.
End