Thursday 11 June 2015

FF Flower + Guys - Part 2

Inspirited from manga best seller “Hanayori Dango”


sebelumnya di Flower + Guys (Part 1)

Aku menjadi pusat perhatian para siswa di sekolah, huft… Sungyeon sendiri sampai mengira aku melakukan operasi plastik. Kadang aku ragu padanya, dia itu temanku atau bukan, dia selalu bicara ceplas-ceplos tanpa mempertimbangkan perasaanku. Teganya dia bilang aku seperti itik yang berubah menjadi angsa.
“Wah… kau ternyata cantik, aku jadi pangling!” seru Kyuhyun sambil menatapku lekat-lekat. “Yah… seandainya kau bukan milik Hyung-ku aku pasti…” ucapannya terpotong, “Sudahlah… aku tidak boleh berpikiran seperti itu, butuh waktu bertahun-tahun Hyung untuk membuka diri. Sekarang sudah tiba saatnya kenapa aku malah ingin mengganggunya.” Keningku berkerut mendengarnya, aku tidak mengerti.
Saat ini aku berada di ruangan khusus Flower Guys, julukan mereka bertiga. Siwon yang memintaku datang ke tempat ini namun dia sendiri belum muncul-muncul juga.
“Kyu~aaaaaaaaa” pekikakan Sungmin nyaris memecahkan benda-benda yang terbuat dari kaca di ruangan ini.
“Hyung… kenapa berteriak?” Kyuhyun menggerutu,
“Tahu tidak aku bertemu dengan siapa tadi?” tanya Sungmin
“Mana kutahu?!” balas Kyuhyun cuek.
“Tadi aku bertemu dengan seorang pangeran tampan! Senyumannya begitu menawan, aku sampai melayang dibuatnya!” Sungmin menerawang ke langit-langit, “Tadi hampir saja aku terjatuh karena menginjak tali sepatuku dan untung ada dia yang datang menyelamatkan aku. Dia memelukku lembut dan menanyakan keadaanku ‘gwencanayeo?’ tanyanya! Aku sungguh terharu, dia mengkhawatirkan keadaanku!” aku dan Kyuhyun melongo seperti orang bodoh mendengar ceritanya.
“Dia siswa di sini?” tanya Kyuhyun
“Bukan, soalnya dia tidak memakai seragam. Aku tidak tahu siapa dia, yang jelas dia adalah pangeranku!” mata Sungmin berbinar-binar dengan pipi yang merona.
“Pangeran? Maksudmu orang yang menolongmu adalah pria?” tanyaku bingung.
“Tentu saja! Memangnya kau pikir aku ditolong oleh hewan?!” ketusnya. “Heh… siapa kau?” tanyanya saat melihatku. Setelah memperhatikanku dia baru sadar… “Kauuuu?! Siapa yang membuatmu jadi secantik ini?”
“Siwon Hyung yang melakukannya, sudahlah… ayo kita masuk, sebentar lagi bel berbunyi!” ajak Kyuhyun.
Aku dan Kyuhyun berjalan di belakang Sungmin, pria aneh itu seperti orang yang kehilangan akal sehatnya berjalan sambil melompat-lompat kecil. Bersenandung ria dan tersenyum pada siapa saja.
“Aneh ‘kan?” tanya Kyuhyun yang ternyata sedari tadi memperhatikan ekspresiku.
“Uhm… benar-benar berbeda!” anggukku
“Dia memang berbeda, dia itu gay!” jawab Kyuhyun.
“Mwooooo???” pekikku tidak percaya.

Saat istirahat, aku bergabung bersama Flower Guys di kantin pribadi mereka. Tak henti-hentinya kupandangi siswa bernama Sungmin itu, padahal dia begitu tampan dan nyaris sempurna tapi…
“Yaa… kenapa kau memandangku dengan tatapan seperti itu!” protesnya padaku, aku kegat karena ketahuan. “Jangan bilang kalau kau menyukaiku!” ucapnya penuh percaya diri.
“Apa benar kau suka sesama jenis?” tanyaku polos, dia mendelik, tatapannya sangat mengerikan. Siwon hanya tersenyum sementara Kyuhyun cekikikan.
“Memangnya kenapa kalau aku suka pria? Ada yang salah? Kau punya hak menyukai orang lain, akupun punya hak menyukai orang yang kusukai, mau dia laki-laki atau perempuan, kau tak perlu protes!” bentaknya.
“Hyung… sudahlah, dia hanya kaget, tak perlu diperpanjang. Lama-kelamaan dia akan terbiasa!” Siwon mencoba membelaku, direntangkan tangannya menutupiku agar Sungmin tidak terus-terus melotot ke arahku.
“Tapi… itu bertentangan dengan agama, apa kau tidak takut dikutuk Tuhan?” lanjutku.
“Yaa… kau!” Sungmin berdiri, refleks Siwon memasukkanku dalam pelukannya sementara Kyuhyun menahan Sungmin.
“Hyung… tahan!!!” seru Kyuhyun, “Dia itu wanita, pacarnya Siwon Hyung!”
“Wonnie… aku tidak suka dia, kenapa kau tidak mencari gadis lain?!” Sungmin merajuk,
“Karena aku hanya suka dia!” Siwon tersenyum ke arah hyungnya. “Lain kali jangan membahas kekurangannya itu di depannya, dia memang tidak suka!” jelasnya padaku. Perlahan dia melepas pelukannya dan kembali duduk di kursinya, untunglah Sungmin sudah dapat dijinakkan oleh Kyuhyun.
“Aku… aku… mau ke toilet!” ucapku gelagapan. Napasku berpacu kencang, kulihat wajahku di cermin, merah. Tadi dia memelukku, tangannya yang melingkar di pinggangku membuatku merasa aman. Bahkan aroma tubuhnya masih terasa sampai sekarang, tidak… tidak… dia hanya refleks tadi, tahan perasaanmu Gwansim! Kugeleng-gelengkan kepalaku mencoba menghapus memori pelukan itu.  
^.^
~Neol bogosipdago
Ddoo ango sipdago
Jeohaneulbomleo gidohaneun nal
Niga anmpyeon andwae
Neo eobsin nan andwae
Na ireokhe haru handarureul ddo illyeoneul
Na appado choa
Nae mam dachyeidi joha nan
Gurae nan neo Gwansimman saranghanikka~
It has to be you milik Jong Woon Suju diakhiri Oppaku dengan merdu, tepukan tangan para pengunjung membuat Yesung Oppa tersenyum. Dia menyimpan gitarnya dan menghampiriku di salah satu meja tamu.
“Oppa hebat, tidak kalah dari Jong Woon Super Junior!” pujiku,
“Wah… Yesung~a jeongmal gomawo. Untung ada kau, penyanyiku tiba-tiba sakit makanya aku minta tolong padamu!” sapa temannya, si pemilik café ini.
“Cheonmanh… maaf aku tidak bisa lama-lama, Gwansim ayo!” Oppa mengajakku keluar.
“Yaa… minum dulu!” cegat temannya,
“Tidak perlu, kami buru-buru. Eomma di rumah pasti sedang sibuk!” tolak Oppa.
“Anyeonghae Oppa,” aku berpamitan pada temannya itu. Kurangkul bahunya saat kami berjalan di emperan toko. Memang aku dan Oppaku sangat dekat, bagi siapa yang tidak mengenal kami, mereka pasti akan salah paham dan menyangka kami pacaran.

Pagi ini aku berpapasan dengan Sungmin di parkiran, dia berjalan tanpa peduli padaku. Wajahnya begitu menakutkan seakan ingin menerkamku.
“Anyeong haseyo Sungmin~a” sapaku namun dia hanya memicingkan mata.
“Dia sombong sekali!” sungut Sungyeon di sampingku, hm… apa dia masih marah dengan kejadian kemarin? Ponselku tiba-tiba berdering, kulihat layarnya, ternyata Siwon memanggilku.
“Yeon~a aku ada urusan sebentar, kau duluan saja ke kelas!” aku segera berpamitan pada sahabatku itu setelah bicara dengan Siwon sebentar.
“Yaa… urusan apa sih pagi-pagi begini!” teriak Sungyeon namun aku tidak punya waktu untuk menjelaskannya. Aku tiba di lapangan basket setelah sepuluh menit, kulihat Siwon, Sungmin, dan Kyuhyun sedang duduk seperti berunding.
“Dia sudah datang! Lebih baik putuskan saja dia sekarang!” seru Sungmin begitu menyadari kehadiranku. Aku yang tidak tahu apa-apa jadi bengong seperti orang bodoh.
“Kemarin kau ke mana?” tanya Siwon padaku,
“Aaaaaku…” aku gelagapan, sebenarnya ada apa ini?
“Kau tidak percaya padaku? Jelas-jelas aku lihat dia telah mengkhianatimu!” protes Sungmin pada Siwon.
“Mengkhianati bagaimana? Apa yang kalian bicarakan?” tanyaku bingung. “Kemarin aku hanya ke tempat Sungyeon untuk mengerjakan PR bersama!”
“Hanya itu?!” tanya Siwon lagi, sorot matanya sangat menakutkan.
“Kemarin Sungmin Hyung melihatmu bergandengan tangan dengan seorang namja,”  
“Kau tidak sedang mempermainkan aku ‘kan?! Kau tahu akibatnya ‘kan bila seseorang berkhianat di belakangku?” ucap Siwon,
“Percayalah padaku, aku tidak melakukan hal seperti yang disangkakan Sungmin!” belaku, bel masuk pun berdering.
“Sudahlah… masalah ini nanti kita bahas lagi!” Kyuhyun menengahi. “Sekarang kita masuk dulu!” lanjutnya.
Keadaan antara aku, Siwon, dan Sungmin masih berlanjut. Aku sungguh tidak paham kenapa Sungmin berkata yang bukan-bukan seperti itu. Siwon juga… kenapa dia langsung percaya pada hyungnya? Apa dia tidak sadar, orang mana sih yang berani mempermainkannya? Argh… kuacak-acak rambutku,
“Kau kenapa?” tanya Donghae yang tiba-tiba muncul di hadapanku. Aku kaget dan buru-buru kuperbaiki posisiku.
“Tidak apa-apa!” jawabku. Aku sibuk menyusun naskah proyek drama musikal kami.
“Boleh aku duduk di dekatmu?” tanyanya.
“Nanti pacarmu melihat dan dia akan salah paham!” tolakku.
“Kelasnya masih lama bubar kok!” tanpa izinku dia duduk di sebelahku. Keadaan klub masih sepi begini, aku takut orang-orang akan berpendapat negatif. “Bagaimana kalian bisa berpacaran?” Donghae memecah kesunyian yang sempat menyeruak di antara kami.
“Semua terjadi begitu saja!” jawabku acuh.
“Semua terjadi begitu saja dalam sehari?” tanyanya kurang percaya.
“Kau saja langsung berpacaran dengan Jessica sehari setelah kau memutuskan aku!”
“Jadi… kau melakukan ini untuk membalasku?”
“Yaa… Lee Donghae! Aku bukan orang jahat sepertimu, aku tidak ingin memanfaatkan orang lain untuk balas dendam!” bentakku. Beberapa saat kemudian anggota klub berdatangan sehingga aku dan Donghae harus menjaga jarak.
Hari sudah hampir gelap, latihan di klub pun sudah usai. Segera kuberesi perlengkapanku dan bergegas ke parkiran. Hari ini Siwon tidak berniat mengantarku pulang, mungkin dia masih marah padaku. Aku berjalan ke halte sendirian, Sungyeon sudah pulang duluan tadi sore sebab dia punya urusan. Piiiiippppp… suara klakson mobil menghentikan langkahku. Sebuah Audy putih menepi ke arahku, sesaat kemudian Siwon keluar.
“Kau membuatku menunggu, kupikir kau masih di klub!” dengusnya, menunggu? Aku hanya terpaku seperti orang bodoh. “Cepat naik!” dia membukakan pintu mobilnya untukku, aku masih bengong. “Yaa… apa yang sedang kau pikirkan?! Cepat naik!” ulangnya. Akupun segera menurutinya.
“Kupikir kau sudah pulang makanya aku langsung pergi!” ucapku menjelaskan. Dia hanya diam, “Em… apa kau masih marah pada tuduhan Sungmin? Aku berani bersumpah kalau aku tidak membohongimu!”
“Aku percaya!” sanggahnya, “Tipe gadis sepertimu mana mungkin berbohong padaku! Aku hanya butuh orang yang jujur, aku benci seorang pembohong. Aku lebih menghargai orang itu berkata jujur padaku meski nantinya akan menyakitkanku daripada aku terus dibohongi demi menjaga kebahagiaanku.” Aku menunduk, huft… sebenarnya apakah aku dan dia layak dikatakan pacaran?
Yesung Oppa menungguku di depan gerbang, aku cukup takut melihat ekspresi wajahnya saat melihatku memasuki pekarangan.
“Siapa yang mengantarmu?” tanyanya,
“Teman…”
“Akhir-akhir ini kau sering pulang malam, apa kau bersamanya?”
“Em… aku sibuk di klub dan dia hanya mengantarku pulang!”
“Bisaanya juga kau akan mengubungi Oppa bila butuh jemputan!”
“Yaa… Yesung~a!” tiba-tiba ibu datang menengahi, “Adikmu sudah cerita pada ibu, dia sibuk mengurus drama musikal di sekolah makanya akan sering terlambat!”
“Bu…” Oppa mencoba bicara namun segera dipotong,
“Aish… tak masalah kalau adikmu diantar pulang oleh temannya. Dia sudah besar, kalau punya teman pria, apa salahnya?! Toh adikmu tidak akan macam-macam!” seru ibu. Oppa kehabisan kata, dia segera masuk meninggalkan aku dan ibu.
“Huh… jangan disimpan di hati perlakuan Oppamu tadi, dia hanya berusaha menjagamu!” aku mengangguk meski sedikit bingung. Baru kali ini Oppa memarahiku karena diantar pulang oleh seorang namja padahal sebelum-sebelumnya tidak.
Pagi ini Yesung Oppa masih bersedia mengantaku ke sekolah meski di sepanjang jalan tadi dia hanya diam.
“Gomapsumnida Oppa!” ucapku setelah turun dari mobil. Dia tidak membalas, dari kejauhan kulihat Sungyeon berlari menghampiri kami.
“Selamat pagi Oppa!” sapa Sungyeon penuh semangat, kali ini Oppa baru tersenyum. “Wah… pagi ini Oppa tampan sekali, mau kuliah ya?!” Yesung Oppa hanya mengangguk, kulirik Sungyeon yang kurasa semakin tidak tahu malu.
“Anyeong haseyo Gwansim~a,” kulihat Kyuhyun berjalan ke arahku beserta Sungmin dengan wajah cemberut. Aku tersenyum pada mereka.
“Oppa… mereka teman-temanku!” ucapku, Kyuhyun tersenyum dan mengulurkan tangannya begitu pun Sungmin. Tapi ekspresi Sungmin agak berbeda, dia seperti orang kaget. Kenapa dia kukatakan kaget? Sebab dia terus memandangi Yesung Oppa dan tidak mau melepaskan jabatan tangannya.
“Gwansim~a… jadi dia Oppamu?” tanya Sungmin sedikit gugup, tatapannya terus menikam ke arah Oppaku.
“Yaa… kenapa terlalu lama jabatannya?!” Sungyeon segera mendorong Sungmin agar dia melepas tangan Oppaku. Kembali Sungmin mendorong Sungyeon ke arah lain,
“Joneun Lee Sungmin imnida!” seru Sungmin di hadapan Oppaku,
“Bukannya kau sudah mengatakan namamu tadi?!” Sungyeon tak mau kalah, dia kembali mendorong Sungmin.
“Tak masalah ‘kan kalau aku mengulang namaku? Siapa tahu Hyung lupa! Em… aku teman baiknya Gwansim, salam kenal Hyung!” ucap Sungmin penuh kelembutan usai mendorong Sungyeon lebih jauh.
“Sudahlah… Oppaku harus ke kampus sekarang, nanti dia terlambat!” segera kupaksa Oppa masuk ke mobilnya, kalau di sini terus, Sungmin dan Sungyeon entah sampai kapan dorong-dorongan.
“Gwansim~a aku sempat salah paham, kupikir Yesung Hyung itu pacarmu, soalnya aku melihat kalian bergandengan mesra sekali waktu di Gangnam!” seru Sungmin ceria.
“Jadi maksudmu aku mengkhianati Siwon dengan Oppaku sendiri? bagaimana mungkin kau sampai berpikir begitu?”
“Mianh… soalnya waktu itu kalian seperti orang pacaran saja, mesra sekali!”
“Huh… makanya Hyung, jangan langsung main tuduh. Bagaimana coba kalau Siwon Hyung langsung percaya dan ikut salah paham?!”
“He…he… mianhe,” Sungmin cengengesan sendiri. “Gwansim, apa dia sudah punya pacar?” tanyanya.
“Aku!” Sungyeon langsung menimpali, aku menatapnya dengan tatapan – sejak kapan kau jadi pacar kakakku? “Maksudku calon pacarnya, Gwansim~a… bersiap-siaplah memanggilku Unnie!”
“Enak saja, kalau bicara jangan ngaco!” timpal Sungmin.
“Ngaco bagaimana? Yang aneh itu kalau kau yang ingin menjadi kakak iparnya Gwansim!” balas Sungyeon.
“Memang tidak boleh?” tanya Sungmin marah,
“Tentu saja, kau kan namja! Mana ada ‘jeruk makan jeruk’!”
“Kau!!!!” Sungmin langsung berubah menjadi manusia saiya super yang mengeluarkan api di belakangnya.
>,<
“Mwo???? Jadi kau menceritakan semuanya padaYesung Oppa?” pekikku.
“Nde, termasuk keraguanku akan ketulusan Siwon!” ucap Sungyeon dengan santainya sambil mengurusi rambut panjangnya. Pantas Oppa marah sekali saat aku diantar pulang oleh Siwon.
“Kau sendiri yang bilang kalau Siwon tiba-tiba saja mengakuimu sebagai pacar di hadapan anak-anak klub padahal kalian tidak pernah bicara bahkan saling kenal. Lagian mana mungkin pria se-perfect Siwon naksir begitu saja padamu!”
“Yaa… Kim Sungyeon, sedikit saja aku angkat bicara tentang kebisaaan burukmu pada Oppaku, aku yakin dia akan langsung ill feel padamu!”
“Andwae…andwae… jebal!” dia kelimpungan dan memohon padaku. “Oh… jadi kau dapat marah dari Oppamu semalam? Yaa… jangan terlalu sedih, Yesung Oppa melakukan ini hanya untuk melindungimu, wajar ‘kan kakak laki-laki menkhawatirkan keadaan adik perempuannya!” ucap sahabatku itu.
“Nde… jadi ini penyebabnya! Yaa… kau bilang apa saja pada Yesung oppa? Kau tidak menjelek-jelekkan Siwon ‘kan?” kutatap Sungyeon dengan beringas.
“Aniyo… aku hanya bilang kalau dia anak orang kaya, suka bertindak semaunya, banyak anak yang telah mengundurkan diri dari sekolah gara-gara tidak tahan ditindas olehnya, dia suka cari gara-gara…”
“Yeon~a… sepertinya aku harus menjahit mulutmu!” pekikku. Sungyeon dengan sekejap kabur dariku, aku mengejarnya, ya… kurasa aku harus memberi pelajaran pada gadis badung itu.
Brukkkkk, aku menabrak seseorang saat di tikungan, untung saja orang itu cukup kuat menahanku jadi kami tidak perlu terjatuh.
“Donghae!!!” jeritku
“Kau kenapa berlarian di koridor seperti itu?” tanyanya.
“Oh… aku mengejar Sungyeon tapi lari anak itu cepat juga!” aku agak gugup berada dalam posisi begitu dekat dengan mantan pacarku ini. Padahal saat masih pacaran, kami tidak pernah sedekat ini.
“Yaa… Lee Donghae!!!” suara lengkingan Jessica membuat kami tersadar, buru-buru aku melepas rangkulannya. “Apa yang kalian berdua lakukan?!” umpat Jessica.
“Kau jangan salah paham, kami tidak bermaksud apa-apa! Tadi aku menabraknya dan dia menahanku agar tidak terjatuh!” jelasku,
“Kau memang keterlaluan, sudah punya pacar tapi masih mencari perhatian namja lain. Apa Siwon tidak cukup untukmu?!” bentaknya.
“Ada apa menyebut namaku?!” Deg… keringat dinginku langsung mengalir. Di belakang Jessica muncul Siwon dengan auranya yang menakutkan.
“Em… Ehm… Sunbae[1], itu…itu…” Jessica ikutan gugup.
“Gwansim… ada yang ingin kuberikan padamu!” ucap Siwon, akupun mengikuti langkahnya dan meninggalkan Jessica juga Donghae. Lewat pantulan kaca kelas, kulihat Jessica tersenyum licik ke arahku. Aku jadi was-was, apa dia akan melakukan hal buruk padaku?
Siwon memberiku sebuah cincin berlian berwarna blue sapphire, indah sekali! Dia sendiri yang memasangkannya di jariku.
“Kau suka?” tanya,
“Nde… tapi kenapa kau memberikan ini?”
“Cincin itu menandakan bahwa mulai detik ini kau adalah milikku!” aku jadi malu mendengar perkataannya, meski itu bohong namun aku bahagia. “Aku juga pakai!” dia memperlihatkan jari manis kirinya, wah… cincin berpasangan. “Kalau kau menjaga cincin itu maka aku juga menjaga hatiku!” kami tersenyum bersama, kalau dia terus-terusan baik padaku, aku takut akan benar-benar jatuh hati padanya.
“Yaa… kalian berdua! Kenapa hanya saling berpandangan? Adegan kissing-nya mana?” tegur Kyuhyun dari samping sambil terus merekam dengan camera video-nya. Sungmin hanya cekikikan,
“Yaa… sejak kapan kau merekam kami?”
“Sejak tadi, pokoknya kami sudah tahu kalau mulai detik ini Gwansim adalah milikmu!” ucap Sungmin centil. Siwon memerah wajahnya, dikejarnya kedua temannya itu dan berusaha merebut kamera video yang dipegang Kyuhyun. Kupandangi kembali cincin yang baru saja dipasangkan Siwon, aku tersenyum, ya… akan aku jaga.
                                                                  
“Oppa…” aku lumayan gugup saat mengajak Yesung Oppa bicara. “Aku sudah dengar dari Sungyeon, katanya dia sudah menceritakan semuanya padamu. Apa yang dikatakan Sungyeon meski tidak semuanya salah namun kau tak perlu khawatir, Siwon tidak seburuk yang dia pikir. Dia hanya takut aku disakiti, aku mengerti perasaannya, tapi dia belum mengenal bagaimana Siwon sebenarnya. Kuharap Oppa mau percaya padaku, aku baik-baik saja!” kupegang tangan Oppaku untuk meyakinkannya.
“Kalau terjadi sesuatu, datanglah pada Oppa. Biar Oppa yang memberi pelajaran orang yang telah menyakitimu!” dia tersenyum, tapi kenapa kulihat ada kepedihan di matanya?
            Flower + Guys
Kesibukanku di club tari menguras waktuku, untung saja Siwon tidak banyak mengeluh. Sebentar lagi ulang tahun sekolah jadi aku dan member klub harus ekstra bekerja merampungkan proyek drama musikal kami.
“Gwansim… minum dulu, dari tadi kau menyusun barang!” bujuk Donghae,
“Oh… sebentar lagi!” ucapku sambil merapikan tirai. Tinggal kami berdua di klub, kami penanggung jawab acara sehingga tak pelak lagi kami yang harus memastikan segala kelengkapan drama. Sret…
“Awwwwwww…….” Pekikku saat terpeleset dari anak tangga. Sleb… untung saja ada Donghae yang menangkapku, “Gomawo!” ucapku masih kaget
“Nde…” balasnya pelan. Dia memandangku dalam beberapa saat,
“Donghae~a turunkan aku!” pintaku, sekejap dia seperti kembali tersadar dan perlahan menurunkan aku. Kami lumayan kikuk setelahnya, aku tak tahu harus berlaku bagaimana.
“Mungkin kita akan pulang larut nanti, apa kau punya jemputan?”
“Oh… iya, Siwon akan menjemputku!”
“Siwon ya? Awalnya aku ragu pada hubungan kalian, kupikir kalian hanya bersandiwara namun ternyata dugaanku salah. Kalau tidak salah, sudah tiga bulan kalian bersama!”
“Kau menghitungnya?”
“Aku mengingatnya soalnya berbarengan dengan aku memutuskanmu…” aku menunduk, sudahlah… aku tidak ingin mengingat kejadian itu lagi. “Apa kau senang bersamanya?”
“Apa? Tentu saja… Siwon pria yang baik, selama ini yang kita lihat dia sangat dingin dan menakutkan tapi sebenarnya dia sangat perhatian!”
“Kau tak pernah berbohong, jadi aku percaya padamu!” lirihnya. Kami kembali saling diam, sesaat kemudian ponselku berdering.
“Sudah selesai?” tanya Siwon di seberang,
“Nde… aku akan beres-beres dulu!”
“Kutunggu di parkiran!”
“Nde…” tutupku. Donghae memandangku, “Uhm… aku pulang duluan, kau?”
“Masih ada yang harus kubereskan!” jawabnya. Akupun merapikan semua barangku dan bergegas menyusul Siwon di parkiran.
“Sungmin Hyung dan Kyuhyun ada di Babtol sekarang!” Siwon membuka pembicaraan saat kami di jalan.
“Ha??? Di restaurantku? Untuk apa?”
“Menurutmu untuk apa orang ke resetaurant?”
“Ehm… maksudku…” kugaruk kepalaku yang tidak gatal karena malu, “… kalian ‘kan bisaa makan di restaurant mewah, kenapa tiba-tiba malah makan di Babtol?”
“Entahlah… Sungmin Hyung ngotot ingin makan di sana!” Siwon tersenyum geli.
“Siwon-ssi… kenapa aku curiga kalau Sungmin…” aku tidak berani berterus terang.
“…menyukai kakakmu?” Siwon melanjutkan, aku lumayan kaget,
“Apa kau berpikir begitu juga?!” tanyaku
“Sudah sampai!” ujarnya tiba-tiba sehingga pembicaraan kami terputus. Aku dan Siwon segera bergabung bersama Kyuhyun dan Sungmin di meja pojok.
“Gwansim… teobokgi buatan ibumu enak sekali!” seru Sungmin sambil melahap daging panggangnya. Kyuhyun kelihatan ill feel melihat nafsu makan hyung-nya itu.
“Jadi kalian teman-teman Gwansim?!” tanya ibu yang datang dengan semangkuk sup iga sapi. Mereka serempak tersenyum dan mengiyakan. “Ayo duduk!” ajak ibu pada Siwon.
“Ajumma… Yesung Hyung mana?” tanya Sungmin tanpa basa-basi,
“Oh… ada…” jawab ibu, “Yesung~a… cepat keluarkan ikan bakarnya!” perintah ibu ke arah dapur
“Ommo… Hyung, aku tidak pesan ikan bakar ‘kan?” sela Kyuhyun
“Nde… aku yang pesan!”
“Tapi daging panggang dan sup-mu belum kau makan, kenapa pesan lagi?” protes Kyuhyun.
“Sttt… sudah diam!” omel Sungmin, sesaat kemudian kakakku keluar dengan membawa ikan bakar yang besar. “Em… Yesung Hyung gomapta, maaf sudah merepotkanmu!” Sungmin berubah manja sekarang.
“Aniya… gwencana!” Yesung Oppa tersenyum, kulihat gelagat Sungmin, aku semakin curiga. Sejenak Yesung Oppa melirik ke arahku dan Siwon, kemudian kembali ke dapur lagi.
“Sepertinya Oppa-mu tidak menyukaiku!” bisik Siwon padaku. Deg… aku hanya tersenyum kecut.



[1] Senior

to be continued ...

1 comment: