Monday 3 November 2014

FF In My Dream (Part 2)



sebelumnya di In My Dream (Part 1)

Ugh… Yu Ri sungguh merepotkan, dia ‘kan bisa mengerjakan PR itu dengan teman-temannya dari kelas lain, kenapa dia malah menyulitkanku dengan meminta bantuan namja bermarga Cho itu. Jantungku berdegup kencang saat aku berdiri di depan pintu rumah namja itu. berulang kali jariku bergerak ke arah bel namun berulang kali pula tanganku yang sebelah menghentikannya.
Argh… aku tidak berani, andai pertemuan pertamaku dengan Cho Kyuhyun baik-baik saja, tak perlu ada acar tabrakan, pasti aku tidak secanggung ini.
“Apa yang kau lakukan?” seseorang menegurku dari belakang. Aku berbalik dan kudapati Kyuhyun sedang menenteng belanjaan bersama ummanya.
“Eun Hye… ada apa?” sapa ummanya lembut.
“Uhm… aku, aku, aku,” astaga kenapa harus terbata-bata begini?
“Kau kenapa?” tanya namja itu kesal. Ummanya menyikutnya pelan,
“Aku mau minta tolong padamu…” jawabku lancar setelah dibentak olehnya.
Syukurlah dia menyanggupi untuk membantuku, itu pun jujur kuakui, kalau bukan ummanya yang juga ikut membujuk, mungkin dia tidak akan meluluskan permintaanku. Tepat jam lima Yuri datang dengan penampilan yang modis, gadis ini mau belajar atau fashion show di rumah Kyuhyun? Yup… namja itu bersedia membantu asal kami mengerjakan tugas di rumahnya.
“… nah bila telah menemukan berapa panjang rusuknya, maka akan mudah menghitung keliling maupun luas perseginya…” Kyuhyun menjelaskan penyelesaian soal pertama.
“Kyuhyun-ssi… bagaimana kau bisa mahir dalam matematika?” tanya Yu Ri.
“Mungkin karena aku sering belajar…” jawabnya tersenyum. Aku manyun melihatnya, kalau bersama orang lain kenapa dia begitu ramah, berbeda sekali kalau dia berhadapan denganku.
“Kyuhyun… bagaimana dengan soal kedua?” tanyaku mencoba mencari perhatian.
“Tentukan dulu akar dari kedua rusuk kemudian bandingkan dengan sudut yang menjadi proyeksinya…”
“Kyuhyun-ssi… apa yang kau lakukan kalau sedang suntuk? Rumahmu sangat nyaman, apa kau hanya bersantai?” tanya Yu Ri lagi. Aku mendecak kesal pada gadis itu, dia mau belajar atau mewawancari Kyuhyun?
“Biasanya aku hanya main game atau bermain bersama anak anjing Noonaku!” jawab namja itu. Huh… terlihat jelas kalau dia mulai kesal pada Yu Ri namun masih ditahannya. Kalau aku yang berbuat demikian, pasti aku sudah disemburnya.

Hari sudah semakin gelap, saatnya Yu Ri pulang dan yang membuatku tenang adalah PR-ku yang sudah selesai. Aku dan Kyuhyun menemani Yu Ri menunggu jemputannya,
“Anyeong Kyuhyun-ssi, gomawoyeo sudah membantuku mengerjakan PR!” seru Yu Ri dari dalam mobil saat jemputannya tiba.
“Nde… cheonma!” jawab namja itu. Huh… apanya yang mengerjakan PR, dia hanya menyalin pekerjaanku karena dia sibuk ngobrol dengan Kyuhyun, gerutuku dalam hati. Keadaan menjadi hening saat jemputan Yu Ri menghilang di persimpangan, aku jadi kikuk.
“Kau…” Kyuhyun mulai bicara padaku. “Jangan minta tolong lagi padaku. Aku tidak suka siswi seperti kalian yang beralasan belajar namun hanya membuat keributan di rumahku!” Kyuhyun lalu masuk dan menutup gerbang halamannya. Tunggu… kami? Apa kau tidak salah? Yang ribut adalah Yu Ri bukan aku!

Dengan perasaan jengkel aku ke sekolah, semoga saja kalau masuk ke kelas aku masih dapat mengontrol emosiku untuk tidak memarahi gadis yang bernama Kwon Yu Ri itu. Dia hanya menyalin PR-ku kemarin dan aku juga harus kena teguran Kyuhyun karena perbuatannya.
“Benar Yu Ri ke rumah anak baru itu kemarin?” tanya Yeon Hee saat aku baru saja duduk di bangkuku. Kukepalkan tanganku menahan emosi, gadis yang bernama Yu Ri itu benar-benar menyebalkan, ternyata dia sudah bercerita ke teman-teman yang lain tentang masalah ini.
“Bisa kutebak, dia pasti berbuat masalah. Dari wajahmu terlihat jelas kalau kau kesal!” tambah Sun Young.
“Aku kena marah dari Kyuhyun gara-gara Yu Ri hanya datang berceloteh ini-itu, bertanya hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran! Kalian tahu Kyuhyun bilang apa saat dia pulang? Dia bilang kami ini membuat keributan di rumahnya, dia bilang kami, apa dia tidak sadar kalau yang ribut hanya Yu Ri!”
“Sikapnya wajar bila menyalahkan kalian berdua, ‘kan kau yang membawa Yu Ri ke rumahnya. Tentu saja kau juga yang harus bertanggung jawab atas ulahnya!” balas Sun Young.
“Kenapa harus aku?” aku jadi tidak paham.
“Memang harus seperti itu, setidaknya kau harus minta maaf atas perbuatan Yu Ri, itu sebagai bentuk pertanggung jawabanmu terhadap sikap temanmu! Apa kau sudah minta maaf?” tanya Yeon Hee. Aku menggeleng…
“Hm… pantas dia marah!” ucap mereka berbarengan.

Sore ini kuberanikan diriku sekali lagi datang ke rumah tetanggaku itu. Apa yang dikatakan dua sahabatku di sekolah tadi ada benarnya juga. Sebagai permintaan maafku, aku sudah membuat pudding untuknya, semoga saja dia suka.
“Wah… Kyuhyun ke taman mengajak Choco bermain!” ucap ummanya saat aku tiba di rumahnya. Yah… mau bagaimana lagi, aku harus menyusulnya. Kupinjam sepeda Ye Sung Oppa dan bergegas kukayuh ke arah taman. Sepedaku melaju kencang dan aku sangat menikmati, sudah lama aku tidak bersepeda. Tiba-tiba saja seekor anak anjing melintas dan aku tak dapat menjaga keseimbanganku. Brukkk… aku terjatuh dan melindas anak anjing itu. anak anjing itu meraung kesakitan di tepi jalan.
“Choco…!” sang pemilik datang dan segera menghampiri anjingnya. Astaga… anjing itu ternyata milik Kyuhyun! Akhirnya kami bergegas membawa Choco ke klinik hewan.
Di ruang tunggu Kyuhyun hanya diam, Choco masih ditangani oleh dokter hewan. Meski cuma diam, aku tahu justru dia sangat marah. Akh… kenapa aku selalu membuat ulah padanya, belum sempat minta maaf untuk masalah Yu Ri, sekarang aku melukai anjingnya.
“Kyuhyun…” ucapku pelan, “Maafkan aku. Aku tidak sengaja,” Kyuhyun masih tetap diam, aku jadi semakin bersalah. Tidak berapa lama kemudian dokter keluar bersama Choco dalam  gendongannya.
“Tulang kakinya retak, mungkin butuh waktu sebulan untuk penyembuhan. Lukanya sudah kujahit jadi kalian bisa membawanya pulang!” ucap dokter itu.
“Terima kasih dokter…” Kyuhyun mengambil Choco dan pergi begitu saja, dia pergi tanpa menghiraukan aku.

Wajahku semakin murung di sekolah, bukannya masalahku berkurang justru kali ini bertambah. Bagaimana mungkin aku dapat akrab dengan tetanggaku itu kalau aku selalu berbuat masalah padanya. Sun Young dan Yeon Hee jadi ikutan sedih melihatku. 
“Jangan menangis… semua akan baik-baik saja!” namja itu datang dan mengelus kepalaku.
“Bagaimana mungkin akan baik-baik saja sementara kau marah padaku!”
“Aku tak pernah marah padamu!”
“Eun Hye…”
“Jung Eun Hye ayo bangun!” kesadaranku kembali saat kurasakan seseorang mengguncang tubuhku. Ha… aku ketiduran, buru-buru kurapikan seragamku dan mengamati sekelilingku.
“Apa lagi yang kau lihat? Semua sudah pulang!” seru Yeon Hee.
“Aku ketiduran!” pekikku tidak percaya, bagaimana dengan pelajaranku tadi?
“Nde… kau memang ketiduran. Untung saja Siwon Songsaenim percaya saat aku bilang kau sedang tidak enak badan!” cerocos Sun Young.
“Jeongmal? Gomawo chingudeul,” kupeluk kedua sahabatku itu.
Aku dan kedua sahabatku berbarengan pulang, saat di gerbang kulihat Kyuhyun juga baru pulang. Dia sendirian, yup… kali ini hanya sendiri, biasanya dia dikelilingi banyak yeoja. Entah untuk menemaninya ngobrol atau yang sedang cari perhatian padanya. Dia cukup popular di sekolah, bahkan menyaingi Jin Ki.
“Itu Kyuhyun, pergilah bicara dengannya,” sikut Sun Young padaku.
“Iya, kebetulan dia sendiri. Apalagi jalan pulang kalian searah!” tambah Yeon Hee.
“Ta, ta, tapi…”
“Tunggu apa lagi, kesempatan seperti ini tidak selalu datang,” desak Sun Young. Aku pun memberanikan diri mengikuti saran mereka.
“Hwaiting!” seru mereka. Dengan perasaan yang campur aduk kucoba untuk mendekati tetanggaku itu.
“Kyuhyun…!” panggilku, dia pun menoleh.
“Kau tidak pulang bersama kawan-kawanmu?” tanyanya.
“Tidak, mereka sudah pergi duluan,” jawabku. Kami pun beriringan menelusuri trotoar jalan. “Ehm… bagaimana keadaan Choco?” tanyaku gugup.
“Dia kebanyakan berbaring, dia tidak leluasa bergerak dengan kaki yang sakit.”
“Jeongmal mianhe, aku tidak sengaja menabraknya. Tiba-tiba saja dia melintas hingga aku kehilangan keseimbangan… aku benar-benar menyesal,” ucapku.
“…”  Kyuhyun hanya diam, kenapa dia tidak merespon? Apa dia benar-benar marah?
“Kalau kau marah, aku rela kau memukul kakiku untuk membalas perbuatanku pada Choco!” ucapku pasrah.
“Kau bicara apa? Kakimu dan kakinya Choco tidak sebanding. Mana boleh menyamakan kakimu dengan kaki anjing. Tak perlu khawatir, Choco memang selalu ceroboh bila di jalan, mungkin karena terlalu aktiv makanya dia tidak bisa diam. Aku cukup bersyukur, kali ini dia bisa lebih banyak beristirahat dan tidak banyak main,”
“…” aku terdiam, kupikir dia akan menyemburku seperti biasanya.
“Bagaimana lututmu?” tanyanya kemudian. Kulirik lututku yang sempat lecet kemarin saat aku terjatuh karena menabrak Choco. “Kemarin kau sudah tidak ada di klinik hewan saat aku kembali membelikan obat merah,”
“Kau pergi membeli obat merah?” tanyaku meyakinkan. Jadi saat dia meninggalkanku di klinik ternyata dia pergi membeli obat merah? Kupikir dia langsung pulang karena kesal. “Lututku baik-baik saja, hanya lecet. Dibanding kakinya Choco, aku masih lebih beruntung.”
“Itu busnya, ayo naik!” dia mengalihkan pembicaraan saat bus jurusan rumah kami datang. Kami duduk bersebelahan, sepanjang jalan dia hanya diam. Kupandang dia dari samping, lekukan wajahnya benar-benar indah, benar-benar mirip dengan namja di dalam mimpiku. Cho Kyuhyun… benarkah dia adalah kau?
~~~
“Permisi!” seruku kencang di depan pintu rumah tetanggaku. Beberapa saat kemudian pintu terbuka, terlihat wajah manis Kyuhyun yang sepertinya kebingungan.
“Kau sendirian ‘kan?” dia melihat sekeliling seakan memastikan aku memang sendiri.
“Masuklah!” perintahnya.
“Wah… tidak ada orang ya, sepi sekali!” tegurku.
“Apa aku bukan orang?” tanya Kyuhyun ketus.
“Hehe… he… Maksudku… tidak ada yang lain selain kau?”
“Tidak ada! Umma dan Noonaku ke Gwangju menghadiri pernikahan sepupuku sementara ahjumma sakit dan hari ini tidak masuk kerja,” jelas namja itu. Aku mendekati Choco dan memberinya snack anjing yang memang sengaja kubawa untuknya.
“Lalu kau mau minta tolong apa?” tanyaku, aku cukup kaget saat dia menelpon ke rumahku dan memintaku datang untuk menolongnya.
“Aku… aku…” dia jadi gugup. Aku menunggu jawabannya penuh heran, “Kau bisa membuat ramyeon ‘kan? Tolong buatkan untukku!” ucapnya cepat. Ha…?
Cckkk… baru kali ini aku bertemu orang yang bahkan menyeduh mie instan pun tidak bisa. Ternyata di balik kejeniusan otaknya, dia juga punya kekurangan. Menurut ceritanya, dia pernah membuat ramyeon dan noona-nya bilang apakah dia mau membuat Sungai Han baru? Ccckk… maksudnya dia memberi terlalu banyak kuah hingga ramyeonnya benar-benar tawar. Cho Kyuhyun… kutemukan satu rahasiamu, aku jadi penasaran pada namja ini, pasti dia menyimpan banyak rahasia selain tidak dapat membuat ramyeon. Haha…haha…

Mood-ku di sekolah telah membaik, mungkin karena masalahku dengan Kyuhyun telah selesai. Sun Young dan Yeon Hee juga terlihat lega, mereka memang teman yang baik. Usai mengumpulkan tugas matematika di ruang guru, aku kembali ke kelas melewati ruang musik. Sepertinya ruang musik sedang dipakai sebab terdengar alunan nada piano. Tidak berapa lama kemudian terdengar nyanyian dari suara merdu seseorang.

Yuhngwuhnhi idaero jamdeulgi baraedo
Yuhjuhnhi geunyuhro ggaeuhnado…
Dashineun kkoomkkoji anhkireul baraedo
Oneuldo geunyuhro naneun jami deul tende

Oneul geudael dashi bol sooman iddamyuhn
Geurul soo iddamyuhn doraomyuhn…
Hanbuhnman ne gyuhte jamdeul soo iddamyuhn
Geuruhl soo iddamyuhn
Geudaero ggaeji anhko shipuh
Jamideul soo iddamyuhn…
Aku tertegun, tubuhku gemetar hebat. Lagu itu, suara itu, kenapa benar-benar sama dengan yang kudengar di dalam mimpiku. Saat aku mengintip ke dalam, aku lebih kaget lagi, Cho Kyuhyun… dia yang sedang bernyanyi. Aku masih berdiri shock di samping pintu dan tidak menyadari kalau kelas yang memakai ruang musik telah keluar.
“Kau kenapa?” tegur seseorang, kesadaranku kembali saat kulihat Kyuhyun berdiri di depanku.
“Oh… Eun Hye!” Jin Ki juga ikut menyapaku,
“Barusan kau yang menyanyi?” tanyaku pada Kyuhyun. Dia mengangguk mengiyakan. “Dari mana kau mendapatkan lagu itu? Kenapa kau bisa menyanyikan lagu yang sama dengannya? Bahkan suaramu pun persis dengan suaranya?”
“Kau ini bicara apa?” Kyuhyun jadi bingung.
“Kau siapa sebenarnya? Kenapa kau begitu mirip dengannya?” kupegang tangannya.
“Jung Eun Hye… kau baik-baik saja ‘kan?” Kyuhyun menepis tanganku. Kulihat tatapan Jin Ki yang penuh kekecewaan.

Aku berjalan lesu sepulang sekolah. Apa yang kulakukan di ruang musik tadi telah mempermalukan diriku di hadapan Kyuhyun. Tapi bagaimanapun, apa yang kulakukan itu sudah sewajarnya bagi orang yang mengalami masalah seperti itu. Huf… apakah masalah yang kuhadapi ini akan berakhir? Kapan? Plukkkk… kurasakan ada sesuatu yang menimpa kepalaku,
“Kau sudah baikan sekarang?” tanya Kyuhyun yang tiba-tiba muncul di sampingku. Dia yang baru saja memukul kepalaku dengan gulungan kertas yang dia bawa.
“Baikan bagaimana?” tanyaku.
“Tadi di ruang musik kau seperti orang yang lupa ingatan. Apa maksudnya kau bertanya siapa aku sebenarnya?”
“…” aku bungkam. Benar, tadi aku seperti orang gila bertanya seperti itu padamu.
“Apa maksudmu aku mirip dengan namja ini?” dia membuka gulungan kertas yang tadi dia gunakan memukul kepalaku. Ha… sketsa buatanku! Baru saja aku ingin mengambilnya, namja itu langsung menjauhkan kertas itu.
“Kembalikan padaku! Itu bukan milikmu ‘kan?” protesku.
“Jawab dulu pertanyaanku. Kalau kau sudah menjawabnya maka akan kupertimbangkan untuk mengembalikan kertas ini padamu!”
“Yang jelas sketsa itu bukan dirimu!”
“Makanya aku ingin kau menjelaskan siapa namja ini. Apa namja ini yang kau bilang mirip denganku?”
“Hanya wajahmu yang mirip!”
“Tapi tadi di sekolah kau bilang suara kami juga sama!” ucap Kyuhyun, aku tercekat. “Bahkan kau bilang kami menyanyikan lagu yang sama juga!”
“Gawat… bagaimana mungkin aku menceritakan tentang mimpi-mimpiku padanya!” jeritku dalam hati.
“Kenapa kau diam?” desaknya.
“Aku tidak bisa cerita, maaf!” aku mempercepat langkahku hingga meninggalkan dia yang terdiam memandangku. Grebbb, dia menarik tanganku menjauh dari arah halte. “Yaak… kau mau apa?” aku jadi kaget.
“Ikut denganku!” ucapnya,
“Yaak… kita mau ke mana?”

Aku tercengang melihat ke mana Kyuhyun membawaku, taman bermain? Dia mengajakku main ayunan, jungkat-jungkit, perosotan, dan berbagai mainan anak-anak yang lain.

To be continued . . .

No comments:

Post a Comment