Monday 3 November 2014

FF In My Dream (Part 1)


            “Maaf Jin Ki~a…” ucapku kala itu. “Saat ini aku tidak…” aku tak dapat melanjutkan
            “Oh… begitu ya? Tapi kau tidak akan membenciku ‘kan?”
            “Tentu tidak, kau ‘kan tidak salah!” balasku.
            “Jadi kita bisa tetap berteman ‘kan?”
            “Tentu!”
            “Tapi… apa aku masih punya kesempatan?”
            “Entahlah… untuk saat ini aku benar-benar tak berminat!”
“Huffff…” kuhembuskan napasku. Aku berjalan berat menelusuri jalan yang kini telah dipenuhi pepohonan yang rindang. Sekarang telah memasuki musim semi, namun hatiku tak sehangat musim semi ini. Sore ini aku baru saja menolak perasaan Lee Jin Ki teman seangkatanku, sejujurnya dia namja yang baik dan menyenangkan namun sungguh aku tidak punya perasaan apa-apa padanya. Aku tak ingin menerimanya hanya karena merasa tidak enak, tentu bila dia tahu kenyataannya, dia pasti akan kecewa.
“Maafkan aku Jin Ki…” lirihku.
Setelah berjalan beberapa lama akhirnya aku tiba di depan rumahku. Kulihat sebuah mobil box berhenti di rumah sebelah, beberapa orang turun dan terlihat sibuk mengeluarkan barang-barang dan memasukkannya ke dalam rumah.
“Kau sudah pulang?” Ye Sung Oppa tiba-tiba muncul di belakangku.
“Eh…nde Oppa!” balasku. “Oppa… apa rumah sebelah sudah ada penghuni?” tanyaku sambil melirik pada aktivitas orang-orang yang sedang mengangkat barang ke dalam rumah itu.
“Nde, katanya pindahan dari London. Sebentar lagi kita punya tetangga baru!” seru Oppa ceria. Aku tersenyum, bergegas kuikuti langkah Oppa masuk ke rumah.
Aku Jung Eun Hye, aku siswi kelas XI. Aku memang bukan siswi popular di sekolah namun bukannya sombong, sudah ada beberapa siswa yang telah menyatakan suka padaku dan semuanya kutolak. Untuk saat ini aku tidak punya minat menjalin hubungan dengan lawan jenisku atau bahasa singkatnya, berpacaran. Sahabatku, Lee Yeon Hee dan Han Sun Young sampai pusing sendiri melihat tingkahku.
“Kau suka namja yang seperti apa sih?” itulah pertanyaan yang sering mereka lontarkan setiap kali aku ketahuan menolak seseorang.
“Kalau kau terus begini, bisa-bisa kau tidak akan menikah!” atau begitulah komentar mereka. Huf… aku menolak semua yang menyatakan suka padaku, bukan karena apa-apa; bukan karena aku ada kelainan (jangan sampai) ataupun karena aku berselera tinggi, tapi karena aku telah menyukai orang lain. Bila aku menceritakan ini pada sahabat-sahabatku itu, aku yakin mereka akan menertawaiku atau bahkan mengataiku gila.
~~~
Geunyuhga doraoneyo
Mianhadago haneyo
Iksookhhaedduhn geuriwoon
Geu songillo uhroomanjyuhyo
Nal boneun annseuruhn noongil
Deudgoshipduhn geu moksori
Dajunghage ijen woolji mallaneyo

Nuhl nae poome
Aneumyuhn sarajyuh buhrigo
Noonmuri heulluh bagaerul jukhshimyuhn
Nan geujaeya jamesuh ggaeuhyo
Achimeun neul iruhke… My Love

Namja itu datang lagi, mengenakan kemeja putih dan celana putih, dia bernyanyi di sebuah bangku kosong di tengah taman. Suaranya begitu merdu, benar-benar halus, aku suka. Sayang aku hanya dapat melihat punggungnya, aku yang memang sedari dulu hanya berani berdiri di belakangnya. Dia terus bernyanyi dengan suara emasnya seakan tak ingin terusik oleh kehadiranku. Aku tak ingin menyapanya, aku tak mau mengganggu alunan suaranya, biarlah aku diam di belakangnya dan terus menikmati kelembutan suaranya.
“Eun Hye…! Ayo bangun, sudah pagi. Bukannya kau harus ke sekolah?” ugh… keningku berkerut. Dengan malas aku membuka mata, kulirik wekerku yang menunjuk angka setengah tujuh. Suara umma yang membangunkanku berhasil menumbangkan suara emas namja itu.
“Eun Hye… ayo bangun!” umma mengulang lagi perintahnya.
“Nde… aku akan segera mandi!” balasku.
Sudah tahu ‘kan alasan mengapa aku enggan berterus terang pada sahabatku? Ya, aku jatuh cinta pada seorang namja yang hanya muncul di dalam mimpiku. Namja dengan suara emasnya yang bernyanyi untuk menghiburku. Namja yang tidak kuketahui namanya bahkan wajahnya pun tidak. Alangkah malang nasibku, tak ada tempatku mengadu pada apa yang harus kulakukan dengan perasaanku ini.

Syuuut… Yeon Hee tiba-tiba saja mengambil kertas sketsaku, aku kaget bukan kepalang. Aku berusaha mengambilnya namun apalah daya, dia bersekongkol dengan Sun Young hingga aku tak dapat mengambilnya kembali. Aku pasrah saja, kembali ke tempatku dan menanti celotehan malaikat-malaikat menyebalkan itu, eh… tidak, maksudku yang kadang menyebalkan itu.
“Huh… mana wajahnya?” tanya Sun Young bingung, mungkin karena hanya melihat sketsa punggung seseorang.
“Memangnya kau menggambar siapa?” tanya Yun Hee.
“Molla!” balasku malas.
“Molla? Yaa… jangan-jangan ini sketsa orang yang kau sukai!” Yun Hee nyeletuk seperti perkutut. Segera kusumpal mulutnya, kalau kubiarkan dia bicara, aku bisa mati konyol.
“Pantas kau menolak Jin Ki, ternyata kau sudah punya tambatan hati!” tambah Sun Young.
“Anni…” buru-buru aku menggeleng. “Bukan begitu!”
“Bukan begitu bagaimana? Kau tak punya alasan lain menolak Jin Ki selain karena kau telah menyukai seseorang! Jin Ki anak yang sangat popular di sekolah, peringkat dua umum, tampan, dan kaya, tapi kau masih berani menolaknya!” desak Sun Young.
“Benar, diibaratkan paket makanan, Jin Ki adalah paket komplit, tapi kau masih menolak, alasan apalagi yang dapat kau ajukan selain kau telah menyukai seseorang!” tambah Yun Hee. Aku semakin terdesak dengan tebakan sahabt-sahabatku ini,
“Ayo mengaku saja!” mereka beramai-ramai mengeroyokku.
“Nde, nde… aku memang menyukai seseorang!” puas kalian? Mereka tersenyum penuh kemenangan. Yup, mereka memang menang.
“Siapa dia? Anak mana? Tingkat berapa? Kapan kau akan memperkenalkan dia pada kami?” cerocos mereka.
“Aku sendiri tidak tahu siapa dia, bagaimana bisa aku memperkenalkan dia pada kalian?”
“Maksudmu?” tanya mereka.

Err… tanganku mengepal membayangkan tawa Yun Hee dan Sun Young saat aku berterus terang tentang namja di sketsaku itu. Tega sekali mereka tertawa bahkan sampai air mata mereka menetes. Andai mereka bukan sahabatku, pasti sudah kugantung mereka.
~~~
Yunhngwuhnhi idaero
Jamdeulgi baraedo
Yuhjuhnhi geunyuro geuhnado…
Dashineun kkomkkoji
Anhkireul baraedo
Oneuldo geunyuhro naneun
Jami deul sooga issuh…
Namja itu datang lagi, masih di tempat yang sama. Dia bersenandung lagi, namun kali ini hanya sesaat.
“Kau kenapa? Wajahmu murung!” tanyanya. Aku kaget, kupikir selama ini dia hanya bisa bernyanyi, ternyata dia dapat mengobrol juga.
“Bagaimana kau tahu aku sedang murung, aku selalu berada di belakangmu, kau tak pernah melihatku…”
“Aku dapat merasakannya hanya dari deru napasmu…” namja itu berdiri dan perlahan berbalik. Mataku membulat, setelah sekian lama hanya dapat melihat punggungnya, kini aku dapat melihat wajahnya. Napasku tercekat, dia benar-benar tampan dengan mata yang sendu dan bibir yang mungil.
“Duduklah di sampingku, aku akan bersenandung untuk menghiburmu!” dia tersenyum dan mengulurkan tangannya padaku.
Geunyuhga wooggo inneyo
Nuhmoona oraenmanajyo
Geuruhn moseup geuruhke
Bogo shipduhn naui geunyuhjyo
Geunyuhga guhdgo issuhyo
Uhdduhn saramgwa dajunghi
Nae gaesumeun mooguhpge naeri noollyuhyo

Aku berlari kencang ke kelasku, di tanganku telah terlukis sketsa namja itu. Aku tak sabar lagi memperlihatkannya pada Sun Young dan Yeon Hee. Kali ini mereka pasti tak akan berani menertawaiku.
“Kau serius dengan ucapanmu kemarin itu?” Yeon Hee mencoba meyakinkan. Aku mengangguk mantap, kulihat sahabat-sahabatku itu bertatatapan tak percaya.
“Dia benar-benar tampan!” ucap Sun Young.
“Dia tampan ‘kan? Aku sendiri tidak dapat berkata-kata saat aku melihat wajahnya. Dia seperti malaikat, suaranya juga sangat merdu!” ucapku antusias.

Aku berlari di koridor sekolah, sebentar lagi kelas musik Kim Songsaenim di mulai, kalau aku terlambat, bisa-bisa aku dihukum membersihkan aula teater. Huh… andai saja aku tahu bermain alat musik, pasti akan kuperdengarkan pada Sun Yeong dan Yeon Hee lagu yang sering dilantunkan oleh namja itu. Bruukkk… karena kurang berhati-hati, aku tak sengaja bertabrakan dengan seseorang.
“Aduuuh…” aku terjatuh dan meringis, buku-buku yang kubawa pun berserakan. Kulihat orang yang menabrakku itu membantuku memungut buku-bukuku.
“Bisakah kau berjalan dengan pandangan ke depan?” tanyanya sinis sambil menyusun bukuku. Aneh… sepertinya aku mengenali suaranya, deg… napasku hilang saat aku melihat wajah orang itu.
“Aku tidak akan minta maaf sebab bukan aku yang salah!” ucapnya memberikan buku-bukuku yang telah dia pungut. Dia melupakan secarik kertasku, dia pun memungutkannya untukku. Matanya membulat saat melihat sketsa di kertas yang baru saja dia pungut, dia melihat wajahnya sendiri. Dia menatapku penuh tanya,
“Kyuhyun!” seseorang memanggilnya, Jin Ki!
“Eun Hye di sini juga?” tanya Jin Ki setelah menghampiri kami. Aku jadi canggung menjawab. “Kau ditunggu wali kelas, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Jin Ki pada namja itu.
“Aku baru saja mau ke ruangannya,” jawab namja itu. Namja itu pun pergi tanpa mengembalikan sketsa yang kupunya.
“Eun Hye… kenapa wajahmu pucat?” tanya Jin Ki.
“Dia siapa? Namja yang kau panggil Kyuhyun?” tanyaku tanpa menghiraukan pertanyaan awal Jin Ki.
“Dia anak baru di kelasku, baru masuk tadi pagi. Namanya Cho Kyuhyun!”
Yeon Hee dan Sun Young seperti tidak percaya pada ceritaku, pada apa yang baru saja kulihat. Jin Ki bilang dia sekelas dengannya, itu berarti dia setingkat dengan kami. Astaga… aku jadi galau sendiri, namja yang bernama Cho Kyuhyun itu benar-benar mirip dengan namja yang selama ini ada di dalam mimpiku.
“Aku pulang!” ucapku ketika tiba di rumah, dengan langkah gontai aku masuk dan merapikan seragamku. Dari balik jendelaku kulihat ada seseorang di kamar rumah sebelah. Oh… jadi penghuni baru sudah datang, gumamku.
Sore menjelang saat aku masih asik membaca novel favoritku, umma memanggil. Dengan malas aku turun menemui umma, kulihat ia sedang berbincang dengan beberapa orang di mulut pintu. Deg… jantungku berdegup kencang saat melihat siapa yang datang,
“Oh… Eun Hye cepatlah ke sini!” perintah umma. “Perkenalkan, ini tetangga baru kita!” ucap umma sambil memperkenalkan tamu-tamunya. “Mereka datang untuk memberi salam!”
“Wah… putri anda manis sekali, salam kenal!” sapa seorang ahjumma. “Ini putriku, Cho Ahra, dan ini putraku Cho Kyuhyun…” Cho… Kyuhyun, dialah yang membuat jantungku berdegup tidak normal seperti sekarang ini. Namja itu hanya memandang sekilas padaku, sikapnya sangat acuh padaku.
“Kudengar kalian satu sekolahan ya Kyuhyun…” ummanya menyela,
“Uhm…” Kyuhyun menjawab dengan malas,
“Wah… kebetulan sekali, itu berarti kalian bisa berangkat ke sekolah berbarengan!” ummaku menambahkan. Aku membelalak dan namja itu mengkerutkan keningnya seakan tidak setuju pada perkataan ummaku.
Kuceritakan semua yang kualami pada dua sahabatku, mereka benar-benar takjub pada apa yang terjadi padaku. Sungguh aku tidak berharap pada rasa takjub mereka, yang kubutuhkan hanya pemecahan masalah. Tunggu dulu, memangnya ada masalah apa antara aku dan namja itu?
“Kau benar-benar beruntung, akhirnya kau menemukan namja itu setelah sekian lama hanya melihatnya di dalam mimpi!” ucap Yeon Hee.
“Siapa yang bilang namja di dalam mimpiku adalah Cho Kyuhyun?!” aku jadi sewot. “Aku ‘kan hanya bilang mereka itu mirip! Ya… hanya wajahnya yang mirip selebihnya tidak ada. Namja di dalam mimpiku itu lembut dan begitu ramah… mana bisa disamakan dengan tetangga baruku itu!” lanjutku.
Setiap sore kulihat namja itu bermain dengan anak anjingnya atau dia sibuk bermain game. Meski sering kusangkali, aku tidak dapat menampik kalau dia benar-benar mirip dengan namja yang ada di dalam mimpiku. Rasanya begitu sesak, aku tak tahu harus berbuat apa pada hatiku. Apa aku harus bilang padanya kalau dia sering muncul di dalam mimpiku? Ha…ha… dengan sikapnya yang dingin, aku yakin dia akan mengataiku gadis gila.
~~~

Ddo nan kkoomeul kkoon guhjyo
Shigeun ddam heureugeu
Apasuh giuhk jochado shirheun kkom
Nan injongil moouthdo mothago
Shiganeul bonaegejyo… My Love

Yuhngwuhnhi idaero jamdeulgi baraedo
Yuhjuhnhi geunyuhro ggaeuhnado…
Dashuneun kkoomkkoji anhkireul baraedo
Oneuldo geunyuhro naneun jami deul tende

Ije heuryuhjil mando hande
Geunyuhneun juhmjuhm jituhgayo
Uhje kkoomesuh chuhruhm oneul naegewayo
Ijeneun honja jamdeulji anhke

Aku hanya memandang lesu padanya, suaranya merdunya mengalun indah memainkan setiap baris lirik lagunya.
“Kau murung lagi…” serunya saat menyelesaikan lagunya. Aku hanya diam, dia berbalik menghadapku. Wajahnya benar-benar sama dengan tetangga baruku itu.
“Apa kau orang jahat?” tanyaku. Dia hanya tersenyum hingga akhirnya aku terbangun oleh suara wekerku. Aku memukul selimutku, kulirik wekerku yang menyebalkan.
“Kenapa kau harus berbunyi padahal dia belum menjawab pertanyaanku!” gerutuku.

Ugh… pelajaran matematika kali ini sungguh membuatku puyeng, penglihatanku sampai berkunang-kunang. Mana Lee Teuk songsaenim memberikan PR yang banyak lagi! Apa aku menyerah saja dari sekolah? Arg… umma bisa menggantungku kalau mendengarku bilang begitu.
“Eun Hye~ya!” Yu Ri menyapaku dengan lembut, hah… apa aku sedang mimpi?
“Ada apa?” tanyaku heran. Aneh… gadis cantik ini tidak biasanya mengajakku bicara,
“Bagaimana kalau kita mengerjakan PR dari Lee Teuk songsaenim bersama-sama?!”
“Wah… bukannya tidak mau, aku saja masih tidak mengerti!” jujurku.
“Tak masalah, kita bisa minta bantuan Cho Kyuhyun, kudengar dari kelas sebelah nilai ulangan matematikanya adalah nilai tertinggi!” ucap Yu Ri. Benarkah? Wah… ternyata dia namja yang pintar.
“Uhm… lalu apa hubungannya antara aku dan Kyuhyun?” tanyaku.
“Kalian ‘kan bertetangga, pasti dia tidak akan menolak kalau kau yang minta!”
“What? Tapi… tapi…”
“Baiklah, aku datang nanti sore, OK!”
“Tunggu dulu, kami tidak dekat meski bertetangga, mana berani aku memintanya!”
“Aku datang jam lima ya! Bye…” dia tidak menggubrisku.

“Yaaak…!” arhg… gadis itu benar-benar membuatku dalam masalah! 


To be continued ...

No comments:

Post a Comment