Wednesday 12 November 2014

FF One Shot - Red Rose


Red Rose
            Pernahkah kalian menyukai seseorang? Menyukai orang itu sampai merasa gugup saat berhadapan dengannya namun ingin terus melihatnya sehingga pilihan satu-satunya adalah memandanginya secara sembunyi-sembunyi. Saat tidak sengaja berpapasan dengannya, wajahmu memerah karena terpesona. Saat mendengar suaranya, jantungmu berdegup kencang sampai tak berirama. Bagaimana rasanya? Menyakitkan kah? Aku pribadi merasa sangat tersiksa namun aku senang merasakannya.
            Setiap saat… selama dua tahun aku memandangnya sembunyi-sembunyi, dia bukan siswa yang popular, bukan siswa nomor satu, bukan pula siswa yang dapat membuat gadis-gadis bertekuk lutut, ataupun siswa yang memiliki segalanya. Dia hanya siswa yang sederhana, tak banyak bicara, tidak juga sering senyum, pertanyaannya… lalu apa yang kau suka darinya? Jawabanku … aku suka suaranya!!! Ya … dia memang jarang bicara namun sekali waktu kudengar dia bernyanyi tepatnya bersenandung, ya ampun… suaranya  seperti mutiara.
            Selama dua tahun terus menjadi pengagum rahasianya, aku tidak pernah bosan. Meski dia tak sekalipun memperhatikanku, aku tak akan lelah mengharapkannya. Rasa ini akan terus kujaga, menyukainya selamanya…
            “Hyena…!” suara mutiara itu memanggilku, aku segera menutup lembar kerjaku di notebook. Aku berlari ke arahnya memperbaiki kostumnya setelah dia keluar dari ruang rias.
            “Yesung~a… cepat! Tiga menit lagi!!!” perintah menejer dari ruang tunggu. Semakin kupercepat usahaku, setelah memastikan dia telah sempurna, aku mengangguk dan melepasnya pergi.
            “Gomawo…” ucapnya dia berlari kecil ke arah menejer dan beberapa saat kemudian namanya dipanggil memasuki ruang syuting. Ya… dialah si suara mutiara itu, senior yang membuatku tergila-gila dan menjadi pengagum rahasianya selama bertahun-tahun. Ya… suara mutiaranya itu mengantarkannya menjadi seorang penyanyi terkenal seantero Korea. Aku melamar menjadi asisten artis begitu melihat lowongan kerja yang dikeluarkan agensinya, agensi musik raksasa di Korea. Seperti mimpi, aku malah menjadi asistennya, sungguh selama berhari-hari aku tak luput berdoa mengucapkan sukur kepada Tuhan atas karunia yang kuterima ini.
            Siang ini dia ada wawancara eksklusif dengan sebuah stasiun TV, dari belakang studio aku menunggu jadwalnya sampai selesai sambil membuat diary elektronikku di word press pribadiku.

            “Kita semua tahu kalau Yesung memiliki banyak fans dengan berbagai karakter, pertanyaannya… apakah ada kelakuan fans yang tak bisa kau lupakan?” tanya pembawa acara itu padanya.
            “Tentu… aku ingat dulu ada seorang fans yang memberiku setangkai mawar merah saat show perdanaku bersama Super Junior. Sayang sekali aku tak dapat melihat dengan jelas wajah gadis itu karena para fans berdesak-desakan,”
            “Bukannya itu hal biasa? Apa istimewanya?” tanya host acara.
            “Tentu sangat istimewa bagiku. Apakah banyak yang tahu arti mawar merah? Mawar merah melambangkan keceriaan, memberikan semangat untuk seseorang. Di awal debutku, aku tidak seberuntung teman-temanku di Super Junior. Dulu aku tidak memiliki banyak fans, di antara member hanya aku yang tidak mendapat teriakan atau hadiah saat debut.”
 “Aku menangis semalam suntuk di belakang dorm setelah dimarahi habis-habisan oleh produser sebab aku tidak popular seperti rekan-rekanku. Beberapa hari kemudian kami mengadakan show pertama di Incheon, dari bawah panggung kulihat ada seorang gadis menyodorkan setangkai mawar padaku, kupikir itu untuk Siwon yang saat itu kebetulan di sampingku namun begitu kulihat pita biru bertuliskan ‘Yesung Oppa… fighting!’ aku baru sadar mawar itu untukku!”
“O… itu hadiah pertama bagimu?”
“Ya… hadiah pertama bagiku, hadiah yang juga membangkitkan semangatku untuk terus bertahan dan semangat menghadapi kerikil-kerikil yang harus kulalui demi meraih impianku! Ternyata di luar sana masih ada yang mendukungku,”
“Wah… fans itu beruntung sekali, dia pasti sangat senang bila melihatmu memuji dirinya saat ini!”
“Aku yakin dia mendengarnya…!” ucap Yesung. 
“Ya… tentu saja, dia pasti sedang duduk manis menontonmu di TV sambil menyeka air mata terharu sebab kau masih mengingatnya bahkan memujinya.” sambung host itu. Jari-jariku yang asyik bermain di atas tuts keyboard berhenti seketika, setangkai mawar merah dan pita biru? Benarkah hadiah itu yang membuatmu bertahan?
Acara selesai sejam kemudian, Yesung keluar studio dengan wajah lelahnya. Aku menyambutnya dan memberinya sebotol jus,
“Gomawo…” ucapnya, dia segera ke luar gedung dan masuk ke van yang akan membawanya pulang ke dorm, aku duduk di depan dan sibuk memeriksa jadwal kerjanya besok.

***Red Rose***

            Pagi ini kuperiksa twitter, wah… Yesung jadi trending topic hari ini. Banyak yang memberikan semangat dan kata-kata menyentuh untuknya karena acara semalam. Saat tiba di dorm, kulihat mereka, member Super Junior, kewalahan menerima kiriman mawar merah yang semuanya dari para fans. Kubantu mereka sejenak merapikan bunga-bunga itu dan tidak lama kemudian Yesung telah siap dengan dandanan casualnya.
            “Dongsaeng… aku berangkat sekarang ya!” sapanya pada beberapa member Super Junior,
            “Hyung… lihat perbuatanmu, karena pengakuanmu semalam, dorm kita kebanjiran mawar merah!” gerutu Ryeowook yang sibuk membersihkan serbuk sari yang tercecer di lantai.
            “Mianhe…” dia mengatupkan tangannya dan memandang Ryeowook dengan tatapan cute, “Ayo Hyena!” dia menarik tanganku dan segera meninggalkan dorm. Kasihan Ryeowook, Donghae, Siwon, dan Kyuhyun yang harus bergelut merapikan mawar-mawar itu.
            “Sunbae, hari ini kau jadi trending topic!” ucapku saat di van,
            “Untung ada mawar merah itu, kalau tidak… mungkin aku tak ada di sini lagi!” ucap Yesung.
            “Mmmm… apa yang akan kau lakukan kalau mengetahui siapa yang memberikan hadiah itu?!” tanyaku.
            “Aku akan melamarnya!” dia tertawa…
            “Jangan bercanda, kalau fans itu dengar, dia akan menagih janjimu itu!” tegurku
            “Aku tidak bercanda! Aku akan mengumumkan ke seluruh dunia bahwa inilah dia yang memberiku semangat di saat-saat sulitku waktu pertama debut!”
            “Bagaimana kalau fans itu pria?!” tantangku,
            “Aku tahu dia wanita!”
            “Dari mana kau tahu?!”
            “Dia memakai cincin waktu itu, jarang lho pria memakai cincin!”
            Begitu tiba di bandara, kami langsung merapat ke tempat pemeriksaan passport. Hari ini kami akan ke Thailand, di sana Super Junior-H mendapat undangan dari kerajaan Thailand untuk mengisi acara ulang tahun kota Bangkok. Personel yang lainnya duluan berangkat kemarin sementara Yesung menyusul hari ini sebab ada acara live semalam.
Setelah beberapa jam mengarungi perjalanan lintas udara, kami tiba di Bangkok dengan pengawalan ketat pihak keamanan. Banyak fans yang telah menunggu di bandara sehingga Yesung harus dikawal, senyuman terus mewarnai bibir indahnya sembari melambaikan tangan ke arah gadis-gadis yang sebagian besar membawa poster Super Junior-H. Kami segera masuk ke van yang telah disediakan oleh pihak inviter, kukeluarkan handuk kecil dan segera menyeka peluh di wajahnya.
“Hyena… apa kau seorang ELF juga?” tanyanya tiba-tiba,
“Mmm… tepatnya aku seorang Clouds!” balasku, wajahnya memerah mendengar pengakuanku. Senang rasanya membuatnya malu seperti ini. Setelah beberapa menit berada dalam van, kami tiba di sebuah hotel berkelas di Bangkok. Seperti biasa, untuk mencegah kegaduhan kami masuk hotel lewat jalan belakang. Yesung tak sempat beristirahat, dia harus segera menyusul teman-temannya ke tempat latihan. Mereka hanya tersisa waktu 12 jam untuk latihan karena mereka akan perform besok.
Setelah berganti pakaian yang lebih santai, kami segera kembali ke van untuk pergi ke tempat latihan. Saat tiba di tempat konser, Yesung segera bergabung bersama teman-temannya yang sedang latihan dance. Ternyata banyak fans yang menonton mereka dari kejauhan, para fans berteriak juga melambaikan poster dan spanduk, tentu ini menambah semangat member yang sedang latihan.
Hari telah gelap, kulihat jam sudah pukul 20:00 waktu Thailand, member pun sudah kelelahan. Setelah berpamitan pada pihak sponsor, kami segera kembali ke hotel untuk beristirahat.
“Besok kita harus menampilkan performance kita yang terbaik!” seru Shindong sambil menikmati hidangan korea-nya. “Mmm… asisten, apa kau bawa kimchi?” tanyanya padaku, aku mengangguk dan segera ke arah perlengkapan. Kubuka tas dan kuambil sebotol kimchi segar seperti pesanan Shindong padaku sebelum aku berangkat ke Thailand tadi.
“Gomawo…!” serunya saat aku menghidangkan asinan kesukaannya itu di atas meja. Beberapa saat kemudian yang lain berebut menyumpit kimchi itu dan melahapnya seperti orang kelaparan.
“Noona… untung kau bawa kimchi!” celetuk Eun Hyuk dengan mulut penuh.
“Seharusnya kau berterima kasih padaku sebab aku yang memesannya!” protes Shindong,
“Sudahlah… yang banyak bicara akan kehabisan!” seru sang leader. Aku senang dengan suasana seperti ini, mereka selalu menghargai pemberianku, bukan hanya aku namun asisten yang lain, menejer, bahkan kalau ada pemberian dari fans, mereka juga tidak akan menyia-nyiakannya. Mereka – tidak hanya Super Junior-H tapi semuanya – selalu  menghargai pemberian orang lain dan selalu berterima kasih, itulah salah satu daya tarik mereka sebagai boy band sehingga penggemar mereka tersebar sampai ke pelosok dunia.

  ***Red Rose***

Hari ini tiba juga, hari performance mereka. Mereka tidak hanya menyanyikan single-single andalan sub group mereka namun sebagian lagu dari Super Junior turut didendangkan oleh mereka. Mereka menghibur penonton sampai dua jam dengan lagu, dance, bahkan banyolan mereka. Wajar bila sub group ini diberi nama Super Junior-H (happy) sebab mereka memang mampu untuk membahagiakan penonton.
Waktu telah menunjukkan 11:30 malam, sudah saatnya Super Junior-H berpamitan pada fans sebab mereka harus mengejar pesawat jam 12 nanti. Mereka harus kembali ke korea sebab besok siang Eun Hyuk, Lee Teuk, dan Shindong harus mengisi acara radio mereka.
“Anyeong!!!!” teriak mereka pada seluruh penonton. Gawat… aku harus kembali ke tempat konser secepat mungkin. Aku sedang sibuk memilih obat diare untuk Eun Hyuk di apotik, sebelum performance dia sudah kuberi obat dan ternyata aku tidak punya persiapan lagi.
“Palli…palli!” seruku pada kasir saat aku membayar tagihan belanjaku. Segera kumasukkan obat dan beberapa kaleng jus pesanan Kang In, dan snack pesanan Sungmin ke dalam ranselku. Saat tiba di depan gedung, kulihat gerombolan fans memalang jalan. Aku kesulitan bergabung bersama rombonganku, aduh… kulirik jam, tinggal 20 menit lagi. Bus dan van telah berangkat, aku ditinggal! Gawat… tak ada acara kembali ke hotel lagi, jadi aku harus ke bandara.
Aku mencegat taksi dan dengan bahasa Inggrisku yang seadanya, aku meminta supirnya membawaku ke bandara. Sial… di jalan aku terlibat macet, aku harus menelpon mereka, ya… mereka pasti sedang mencari-cariku sekarang! Ha… mana ponselku? Astaga… aku lupa, aku memberikannya pada Yesung tadi, ponselnya lowbat makanya dia memakai ponselku untuk browsing. Supir itu berbicara padaku tapi aku sama sekali tidak mengerti apa yang dikatakannya. Kalau kulihat dari gaya bicaranya sepertinya dia menyuruhku turun, apa mungkin karena antrian kendaraan yang terlalu panjang? Benar juga… kalau terus menunggu, aku bisa ketinggalan pesawat. Aku turun dari taksi, kusodorkan beberapa lembar Bath namun si supir menolak. Apa karena dia tidak berhasil membawaku ke bandara makanya dia menolak?
“Please go ahead…” si supir mulai memberi pengarahan padaku, sepertinya jalan untuk ke bandara. “Turn right…” serunya, aduh… kami sama-sama kurang mengerti bahasa Inggris.
“Thank you… thank you!” seruku berkali-kali. Aku langsung berlari sesuai arah yang diberitahukan si supir. Di persimpangan aku belok ke kanan, ya…lalu aku harus ke mana lagi? ada beberapa persimpangan di depan, terus kah, belok ke kanan, atau belok ke kiri?
Lama aku berputar, keringat dinginku mulai mengucur, aku … kesasar! Kulirik jam tanganku, tinggal 5 menit pesawat lepas landas, aku… aku harus bagaimana? Hiks… tangisanku pecah, beberapa orang yang lewat memandangiku sambil tertawa geli. Aku tidak kenal malu lagi, saat ini aku hanya tahu menangis. Kulihat di langit, sebuah burung raksasa melaju dengan gagahnya, itu pasti pesawat yang mereka tumpangi, hiks…hiks… aku ditinggal!!!

Udara dingin mulai menyengat kulitku, saat kubuka mata kulirik jamku, sudah jam 2  pagi. Kuhapus sisa air di mataku, ternyata aku tadi tertidur karena kelelahan menangis. Aku berjalan menelusuri jalan besar di depanku, aku belok setiap ada persimpangan, parahnya aku malah menuju kawasan lokalisasi. Beberapa pemuda berjalan ke arahku, mereka tersenyum mengerikan memandangku. Beberapa di antara mereka berbicara padaku namun aku tidak mengerti sama sekali. Dug… aku yang berjalan mundur merasakan ada sesuatu di belakangku, saat aku berbalik, seorang ahjussi tersenyum iblis memandangku.
“Lepaskan!!! Lepaskan aku!!!” seruku saat mereka menyeretku memasuki sebuah gedung. “Kumohon lepaskan, aku harus segera kembali ke korea, aku cuma ingin ke bandara! Jangan lakukan ini padaku!” mereka terus menyeretku dan tidak mempedulikan teriakanku.
“!@#$$%^&&*(()*&%$#@” seseorang tiba-tiba berteriak dari belakang, spontan kami semua menoleh. Polisi?! Seketika perasaanku mulai lega, orang-orang itu lantas melepaskan pegangannya padaku.
“Hyena!!!” seru Kang In yang tiba-tiba muncul dari balik polisi itu,
“Kang In?!!” pekikku bahagia, aku juga melihat Sung Min,
“Kau baik-baik saja kan?!” tanya Sung Min, aku mengangguk.
“Kalian tidak berangkat ke Seoul?!” tanyaku heran,
“Bagaimana mungkin kami pulang kalau kau tidak ada?!” seseorang muncul di balik Kang In dengan suara mutiaranya.
“Sunbae!!!” ucapku. Dia berjalan selangkah ke depanku dan seketika menarikku dalam pelukannya,
“Lain kali jangan seperti ini!” bisiknya dengan pelukan yang begitu erat. “Aku sugguh takut terjadi sesuatu yang buruk padamu!”
“Hyung… jangan seperti ini, ada yang memotret kita!” Kang In menasehati Yesung.
“Benar Sunbae, jangan seperti ini!” bujukku, barulah perlahan Yesung melepas pelukannya padaku.  

Kami mengambil penerbangan pertama ke Seoul keesokan harinya, Lee Teuk, Eun Hyuk, dan Shin Dong sudah berangkat pada penerbangan semalam soalnya jadwal mereka tidak bisa ditunda. Setelah beberapa jam menunggu di pesawat, akhirnya kami tiba di Seoul. Aku sungguh tak menyangka, kejadian Yesung memelukku saat di Thailand menjadi trending topic di twitter. Seorang ELF Thai mengapload foto pelukan itu sehingga seluruh ELF khususnya di Korea mencaci maki aku. Untung saja mereka tidak menyerang twitter-ku maupun FB-ku soalnya aku memang tidak mempublikasikan situs jejaring sosialku itu.
Keadaan semakin pelik, berpuluh-puluh ELF berkumpul di depan gedung SM sambil membawa spanduk berisi kecaman khusus untukku. Aku sungguh takut, beginikah bila fans marah?
“Semua salahku, aku sungguh minta maaf!” seru Yesung pada member lain dan menejer saat kami duduk merundingkan penyelesaian masalah ini.
“Lalu apa yang akan kau lakukan Hyung?” tanya Kyuhyun pada Yesung,
“Berilah penjelasan pada ELF, ceritakanlah apa yang terjadi di Thailand, aku yakin mereka pasti akan mengerti,” tambah Siwon.
“Jaga perasaan ELF juga, mereka hanya shock melihat idolanya memeluk wanita lain yang tidak mereka kenal!” Leader angkat bicara.
“Baiklah… aku akan bicara dengan mereka!” putus Yesung,
“Apa sebaiknya aku ikut minta maaf?!” aku bertanya pada yang lain,
“Lebih baik jangan, saat ini mereka begitu anti padamu, kalau kau muncul, bisa-bisa mereka menjadikanmu bahan gilingan!” timpal Hee Chul.
“Tidak, Hyena harus ikut. Hari ini akan kubuat sebuah pengakuan!” putus Yesung dan seketika itu juga menarik tanganku.

Hysteria para ELF saat Yesung keluar seperti dapat merobohkan gedung ini, apa lagi saat melihat Yesung menggandeng tanganku, mereka semakin tidak terkontrol. Beberapa body guard mencoba memberi perlindungan agar para ELF tidak beranjak untuk mencakar atau menjambakku.
“Pertama-tama aku ingin mengucapkan maaf pada kalian, aku tahu aku telah membuat kalian kecewa,” Yesung mulai angkat bicara. “Foto di twitter itu memang benar, aku memeluk Hyena adalah nyata!” cacian para ELF menggema di setiap sudut ruangan, aku hanya dapat menunduk ketakutan.
“Hyena sempat kesasar di Thailand kemarin, dia keluar gedung pertunjukan untuk membelikan obat diare untuk Eun Hyuk. Tahukah kalian, sebenarnya dia dapat menyuruh petugas di sana membelikan Eun Hyuk obat namun Hyena tidak melakukannya, apa kalian tahu jawabannya kenapa? dia tahu persis Eun Hyuk minum obat apa dan bila menyuruh orang lain yang beli bisa saja mereka membeli merek lain sehingga yang ada malah Eun Hyuk semakin parah,” tiba-tiba Kang In ikut membelaku.
“Dia ketinggalan bus bahkan pesawat, dia sendirian di Thailand, dia kesasar bahkan masuk ke daerah lokalisasi. Dia yang selama ini selalu mengurus keperluan kami, membantu kami tanpa banyak mengeluh, di saat kami berhasil menemukan dia yang hilang di negeri orang, apakah salah bila kami memeluknya?!” Sung Min angkat bicara.
“Kumohon para ELF… mengertilah… kami juga manusia, kami punya orang yang kami sayangi salah satunya adalah asisten kami Hyena!” timpal Kang In.
“Perlu kalian ketahui…” Yesung mulai bicara dengan suara yang bergetar, “Dialah ‘gadis mawar merah’-ku! Kalian tentu telah melihat pengakuanku di wawancara kemarin, kalian pasti tahu cerita mengenai setangkai mawar merah dengan pita biru itu, ya… Hyena lah gadis yang memberikan hadiah pertama itu!” aku kaget memandang Yesung, dari mana dia tahu kalau aku yang memberikan mawar itu?
“Bukannya Oppa bilang kalau Oppa tidak sempat melihat wajah si pemberi bunga itu soalnya para fans berdesak-desakan!” seorang ELF angkat bicara.
“Aku memang tidak melihat wajahnya namun aku sempat melihat ada tahi lalat di pergelangan tangannya, tahi lalat yang sama di pergelangan tangan Hyena!” semua mata menjurus ke pergelangan tanganku, Yesung mengangkat pergelangan kiriku, “Gadis yang menyerahkan mawar itu seorang kidal dan Hyena pun hanya bisa bekerja dengan tangan kirinya!” lanjut Yesung.
“Aku masih belum percaya, bagaimana mungkin gadis itu begitu beruntung?!” timpal ELF yang lain.
“Aku pernah membaca word press pribadi milik Hyena, saat itu aku tidak sengaja menemukannya. Maafkan aku Hyena…” Yesung menunduk ke arahku, “Saat itu Hyena lupa menutup lembar kerjanya dan meninggalkan note book-nya begitu saja dan aku menemukannya. Kubaca semua tulisannya, ternyata dia telah mengagumiku jauh sebelum aku menjadi penyanyi. Catatan hariannya itu ditulisnya semenjak kami masih sekolah di SMU yang sama, dua tahun yang lalu dia telah memperhatikanku, sayangnya aku tidak pernah peduli padanya.” Aku menunduk malu, orang ini… kenapa masalah seperti itu dibahas juga?!
“Benarkah Hyena?!” Sung Min melirik tidak percaya padaku. Aku semakin menyembunyikan wajahku, aduh… malunya aku saat ini.
“Meski telah terpisah namun dia tetap memperhatikanku, dia kemudian menjadi ELF dan turut mendukungku ke manapun aku melangkah. Sampai akhirnya dia melamar menjadi asisten Super Junior di SM Intertainment untuk terus membantu kami. Saat aku menyadari betapa besar dia menyayangiku dan Super Junior, aku semakin tak ingin kehilangan dirinya! Coba kalian para ELF, katakanlah apakah gadis seperti Hyena tak pantas dipeluk hanya sekedar meluapkan rasa bahagia karena telah menemukannya yang hampir masuk ke jurang bahaya?!”
Kali ini para ELF yang menunduk menyesal, bahkan sebagian dari mereka ada yang mengetok kepala mereka sendiri, menghukum diri mereka sendiri.
“Jadi… Oppa tak perlu menangis lagi karena tak punya fans yang banyak, justru Oppalah pemenangnya, Oppalah member pertama yang memiliki fans dibanding member yang lain!” seru seorang ELF.
“Benar! Aku tak perlu bersedih lagi karena ada Hyena yang selalu mendukungku!” seru Yesung. Kali ini Yesung berbalik ke arahku, dia memegang kedua tanganku. “Bukannya aku pernah bilang padamu… bila aku menemukan siapa yang memberiku mawar merah di hari itu maka aku akan melamarnya?!” mataku melotot mendengar ucapannya, “Hyena… saat ini aku melamarmu, bersediakah kau menjadi Everlasting Friend-ku?” aku bengong, kali ini mulutku terkunci, aku seperti dihipnotis untuk diam, sensor motorikku seperti dilumpuhkan oleh jarum akupuntur.
“Aku yakin kau bilang ‘iya’! Yesung mendekatkan wajahnya ke wajahku dan… secuil ciuman manis mendarat di pipiku.
“Aaaaarrrrrrrrrrrggggggggggggggggggghhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriakan para ELF membahana di setiap sudut ruang.



End




 









                             

No comments:

Post a Comment