Sunday 5 July 2015

FF Because I am Stupid (Part 3)

“Berhentilah bercerita tentang masa SMU kita! Jujur saja, aku tidak ingin mengingat semuanya! Aku ingin melupakan semua kejadian di masa SMU kita. Entah mengapa setiap mengenang kebersamaan kita, membuat hatiku sakit. Kalau boleh jujur… aku tak ingin lagi mengingat kalau kau pernah menjadi sahabatku.” Dia memandang shock ke arahku, perlahan kulihat ada Kristal bening yang menggumpal di matanya. Aku segera berdiri dan membuka lemari pakaianku kemudian mengambil baju yang lebih santai.
“Kau boleh keluar kalau tidak ada urusan lagi. Aku ingin beristirahat!” perintahku. Tak butuh waktu lama untuk dia pergi dari kamarku, tentu dia tak akan mempermalukan dirinya di hadapanku dengan tetap memilih tinggal.


~ Flash Back ~
“…… kemudian ibu mengambil alih tugasku, huft… hampir saja aku kehilangan jari-jariku!”
“……” diam
“Kyuhyun!”
“……” diam lagi
“Kyuhyun apa kau mendengar ceritaku?”
“Awwww…” ringisku saat menyadari Seohyun mencubit perutku,
“Kau sedang melihat apa sih? Dari tadi kulihat kau terus menoleh ke arah gerbang. Memangnya menunggu siapa?” gadis itu mendengus kesal saat menyadari aku tidak memperhatikan ceritanya.
“Ehmm… mianhe!” aku tersenyum paksa. “Memangnya tadi kau bilang apa?” tanyaku.
“Memangnya kau sedang memikirkan apa?”
“Ah… tidak, tidak ada apa-apa. Ayo ceritalah!” pintaku. Sesekali kulirik jam tanganku, ke mana Hyena, kenapa dia belum datang padahal bel akan segera berbunyi. Tidak biasanya dia datang terlambat, apa dia terjebak macet? Tidak mungkin, tadi jalan kosong. Atau dia sakit, tapi kenapa dia tidak menelponku? Aku terus bergumul dengan pertanyaan yang muncul di kepalaku. Bel masuk pun bergema, aku dan Seohyun berpisah ke kelas kami masing-masing.
Kembali kulihat gerbang dengan harapan Hyena akan muncul dengan penampilan yang kacau dan terburu-buru karena terlambat. Padahal aku sengaja mengajak Seohyun berduaan pagi ini untuk membuatnya cemburu. Atau mungkin dia sudah datang, hanya saja aku tidak melihatnya saat dia melalui pintu gerbang. Aku berlari kecil ke kelasku, begitu sampai, kutajamkan penglihatanku ke sebuah bangku di depan bangkuku. Tidak ada…
“Kenapa kau masih ada di luar?” songsaenim mengagetkan aku, akupun segera masuk dan duduk di bangkuku.
“Oh ya, saya akan menyampaikan sebuah kabar pada kalian, Jung Hyena telah mengundurkan diri dari sekolah. Dia pindah ke Boston mengikuti orang tuanya…” pengumuman wali kelasku itu bagai petir yang menyambarku. Hyena pindah? Tapi kenapa dia tidak pernah bilang sebelumnya?
Aku mendatangi kediaman Hyena usai sekolah dan memang benar sudah kosong. Yang ada hanya seorang penjaga rumah.
“Keluarga Jung sudah pindah ke Boston kemarin, mengenai alamat ataupun nomor telepon, saya juga tidak tahu. Mereka tidak menitipkan apa-apa selain rumah ini!” jawab paman itu saat aku menanyakan alamat ataupun nomor telepon Hyena di Boston. Aku pulang penuh kekecewaan, aku bahkan marah, kenapa dia pergi begitu saja? Setidaknya dia cerita padaku, pamit, atau apalah asal tidak mendadak seperti ini. Jung Hyena… beraninya kau memperlakukan aku seperti ini!
~ Flash Back End ~

Segera kuparkirkan mobilku begitu aku sampai di depan butik, kakek memintaku datang sebab usai fitting kostum, kami akan makan malam bersama. Aku berhenti di mulut pintu saat kulihat hyung-ku berdiri dengan balutan jas pengantinnya. Dia begitu tampan dengan warna putih itu.
“Oh… kau sudah datang!” tegur hyung-ku saat melihatku. “Bagaimana menurutmu?” tanyanya meminta pendapatku. Aku mengangguk memberi isyarat bagus, dari belakang muncul kakek dan Hyena, aku speechless melihat gadis itu. kuakui dia semakin cantik dari hari ke hari.
“Kyuhyun, kapan kau akan menyusul Hyung-mu? Kakek juga ingin melihatmu segera menikah. Ternyata mengurus pernikahan sangatlah menyenangkan,” tegur kakekku. Aku hanya dapat tersenyum, pahit sekali rasanya.
“Cepatlah bawa gadis yang kau sukai dan perkenalkan pada Kakek!” sambung hyung-ku. Kali ini terasa lebih sakit, perih tepatnya. Bagaimana mungkin aku mengatakan bahwa gadis yang kusukai adalah…

Usai makan malam aku berpamitan pada kakek dan hyung. Aku harus ke kantor sebab ada sedikit masalah, ya… kuakui ini hanya alasan. Aku hanya ingin menenangkan diri, aku merasa tinggal sejengkal saja menuju kegilaan.
“Yaa… Cho Kyuhyun!” teriak temanku saat aku masuk ke sebuah night club. Dentuman musik keras itu serasa memekakkan telingaku. Aku pun segera bergabung dengan beberapa temanku yang sudah kecanduan hiburan malam itu. aku sendiri bingung mengapa aku punya teman model seperti mereka.
“Tumben kau mau gabung dengan kami!” tegur Kangin,
“Aku hanya ingin bersenang-senang sejenak!” kilahku. Mereka kelihatan senang ketambahan anggota baru. Segelas, dua gelas, tiga gelas minuman… kurasa belum cukup untuk membuatku melupakan luka hatiku. Kuteguk alkhol itu dengan botolnya sekalian, sebotol, dua botol, tiga botol… barulah aku merasa sedikit terhibur, imajenasiku sedikit membentang.
“Yaak, Cho Kyuhyun! Mwoeyo?” Ryewook menegurku.
“Wae?” tanyaku
“Ini botol ke tujuh! Kau kenapa? Tidak biasanya kau minum!”
“Jiah… aku saja tidak menghitung berapa yang kuminum, kau cukup perhatian!” kutepuk pundaknya.
“Hajima!” kulihat Kibum mencoba menghentikanku saat aku akan meneguk botol soju yang ke delapan.
“Jangan menghentikanku!” aku membentaknya. “Jangan melarangku melupakannya! Sakit sekali rasanya bila aku ingat dia, hanya dengan minum seperti ini barulah aku dapat melupakan apa yang telah dia lakukan padaku! Jadi jangan hentikan aku apapun alasannya!”
♫♪♫

“Ouch……” ringisku saat terbangun, silau cahaya matahari membuatku terjaga. “Ha???” pekikku saat melihat wajahku di cermin. Apa aku dikeroyok? Kenapa wajah dan tubuhku penuh memar seperti ini? Dan lagi… di mana aku? Apa ini hotel? Kenapa aku bisa ada di sini?
“Oh… kau sudah bangun!” Kangin mengagetkan aku,
“Kau? Kau yang membawaku ke sini?” tanyaku.
“Bukan, yang membawamu adalah seorang gadis bernama yang Hyena,” jawabnya.
“Mwo?” aku kaget,
“Bagaimana keadaanmu?” tanyanya
“Aku merasa tulang-tulangku jadi remuk, apa yang terjadi sebenarnya, kenapa aku jadi babak belur begini?”
“Siapa gadis yang bernama Jung Hyena itu?” Kangin malah balik bertanya.
“Aku tanya kenapa aku jadi penuh luka begini, untuk apa kau bertanya mengenai Hyena?”
“Karena kau hampir menodainya!” jawab Kangin. Mataku membulat, “Semalam kau mabuk berat makanya aku menelpon Hyung-mu untuk menjemputmu, tapi yang datang malah gadis yang bernama Hyena. Dia bilang hyung-mu harus mengoperasi pasien makanya Hyena yang datang menggantikannya.”
“Nona Jung bilang dia akan membawamu ke hotel sesuai permintaan Hyung-mu, sebab dia takut kalau kau langsung dibawa pulang ke rumah maka kakekmu akan shock. Belum sempat aku merebahkan diri di ranjang, hyung-mu menelponku, katanya ada masalah gawat. Cepat-cepat aku menyusul ke hotel dan kulihat kau sudah terkapar di lantai, Hyena menangis dengan penampilan yang acak-acakan dan hyung-mu sendiri tersengal-sengal dengan tangan yang lecet! Aku diminta menjagamu sebab hyung-mu takut kalau terjadi apa-apa!” Kangin melempar selembar handuk,
“Mandilah, lalu kita check out!” perintah Kangin. Bhukkk, bhukkkk, bhukkk… kutinju dinding kamar mandi begitu aku masuk.
“Bodoh, bodoh, bodoh, bodoh sekali kau Cho Kyuhyun. Apa otakmu sudah rusak?!” umpatku.

~ Flash Back ~                      
“Yaak, Kyu~a… apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!” sayup-sayup kudengar suara Hyena berteriak, entah apa yang merasukiku kala itu. yang kuingat pasti aku menghempaskan tubuh seseorang ke ranjang. Dia menangis dan memohon namun tak kuhiraukan. Yang kinginkan hanya memeluk Hyena, aku hanya ingin memeluknya.
“Kurasakan tubuhku terpental beberapa kali namun aku tidak merasakan sakit sama sekali.
“Oppa hajima!” lerai seseorang, “Walaupun kau membunuhnya, dia tidak akan menyadari apa-apa. dia sedang mabuk!” setelah itu semua hening dan akhirnya aku bangun keesokan harinya.
~ Flash Back End ~

Aku berdiri di depan jendela kantorku, kutatap keindahan Seoul dengan segala kemewahannya. Kendaraan lalu-lalang seakan tidak ada putusnya, langit biru pun menambah kesempurnaan pagi ini. Aku terdiam, memaku sendirian, ibarat pigura yang hanya dapat tertancap di dinding. Angin kecil menyibak tirai sehingga ujungnya sedikit bergoyang, huft… seperti ingin mati saja. Kulihat pemandangan di bawah dari ketinggian lantai 11, kurasa aku akan hancur berkeping-keping bila aku melompat.
Bisakah aku melalui hari esok? Hari pernikahan hyung dan Hyena? Apakah aku masih punya muka untuk bertemu mereka setelah apa yang terjadi semalam? Padahal aku sudah bertindak kurang ajar pada calon istrinya, namun hyung masih memanggil Kangin untuk menjagaku.
“Tok…tok…tok…” ketukan itu membuyarkan lamunanku, “Pak, ada tamu untuk anda!” lapor sekretarisku yang muncul di balik pintu.
“Siapa?” tanyaku.
“Aku!” jawab seseorang, suara itu begitu familiar di telingaku. Aku berbalik, ternyata benar, Hyena.
“Miss Lee, kau boleh pergi!” perintahku dan asistenku itu mengangguk paham. Hening menyelimuti aku dan Hyena, cukup lama kami hanya diam. Aku tidak berani bicara sebelum gadis itu yang memulainya. Sesaat kemudian kulihat ada senyuman di bibirnya, senyuman yang belum pernah kulihat selama ini, senyuman meremehkan.
“Aku berhasil!” ucapnya memecah kesunyian. “Aku benci padamu Kyu, aku sangat membencimu sampai ingin membunuhmu dengan tanganku sendiri. Bagaimana rasanya tidak berdaya melihat orang yang kau cintai bersama orang lain? Sakit kan?” gadis itu tersenyum pahit. Aku kaget mendengar penuturannya,
“Aku sakit hati melihatmu bersama Seohyun! Aku tahu, aku memang salah, aku menyukaimu namun tidak berani berterus terang. Valentine itu bukannya aku mengajakmu bertemu? Saat itu aku putuskan untuk mengakui perasaanku padamu, kusingkirkan seluruh rasa maluku, harga diriku, dan kekhawatiranku. Aku tidak peduli lagi pada apa yang akan terjadi, apakah kau akan membenciku nantinya atau tidak, asalkan kau tahu bahwa aku menyukaimu.”
“Kupertaruhkan persahabatan kita demi cintaku, kugadaikan harga diriku demi pengakuan itu tapi…” dia terisak, “… kau lebih memilih menemani Seohyun. Gadis itu segalanya bagimu, kau lupakan aku, kau abaikan aku, aku tidak memikirkanku bila kau bersamanya. Parahnya lagi kau tak pernah memberiku kesempatan untuk bicara. Malam itu aku menunggumu… kau tahu sampai kapan? Sampai matahari terbit keesokan harinya.”

~ Flash Back ~
“Em… Kyu, nanti malam kau ada acara dengan Seohyun?”
“Memangnya kenapa?”
“Huhh… aku kesepian di rumah, orang tuaku sibuk dan aku hanya punya kau. Temani aku ya! Sekalian aku ingin mengatakan sesuatu padamu!”
“Kenapa tidak kau katakana sekarang saja? Untuk apa menunggu sampai nanti malam?”
“Yaak, aku kan bilang kalau aku ingin kau menemaniku. Lagipula apa yang ingin kukatakan padamu sangatlah rahasia, jadi aku tidak mau mengatakannya di sembarang tempat!” gadis itu memandang sekelilingnya, jam pulang sekolah adalah waktu yang sangat ramai jadi mana mau Hyena menceritakan rahasianya saat itu.
“Kau sudah berani main rahasia-rahasiaan denganku ya?!” desakku. Kami berjalan beriringan di koridor sekolah.
“Makanya aku memintamu untuk menemuiku nanti malam biar aku mengatakan rahasia itu padamu sehingga tidak ada lagi rahasia di antara kita!” aku menatap gadis itu penuh dengan kecurigaan sehingga sukses membuatnya kelabakan.
“Baiklah, aku akan pulang lebih awal menemani Seohyun, palingan dia hanya ingin shooping. Biar jalan dengannya agak sore sehingga aku dapat menemanimu malam nanti.”
“Janji?” gadis itu tidak langsung percaya.
“Apa pernah aku melanggar janjiku?”
“Baiklah, kutunggu di tempat ‘pelarian’ kita dan aku akan mentraktirmu jajangmyeon!”
“Wah… aku sudah tidak sabar ditraktir Hyena!” seruku. Di depan taman, Seohyun sudah menungguku. Huhh… padahal aku masih ingin ngobrol bersama Hyena. Kupasang senyum palsuku pada pacarku itu dan segera berpamitan pada Hyena, gadis yang sangat kusayangi. Aku tidak menyangka, ternyat saat itu adalah saat terakhir aku melihat dan bicara dengannya.
~ Flash Back ~

“Huhh… aku yang bodoh, seharusnya aku bertanya ‘pulang lebih awal’ itu kapan? Sehingga aku tak perlu menunggumu terlalu cepat. Esok kah, lusa kah, atau mungkin bulan depan , bahkan mungkin tahun depan? Aku tak tahu kapan kau aka nada waktu untukku!” aku lemas mendengarkan kisahnya. Perlahan kurasakan penyesalan menyesakkan dadaku.
“Kuputuskan mengikuti kepindahan orang tuaku ke Amerika. Awalnya aku tak mau ikut, namun perlakuanmu membuatku membulatkan tekat. Maaf… aku pergi begitu saja tanpa berpamitan padamu, aku pergi dengan membawa luka yang kau goreskan di hatiku.”
“Tapi sekarang aku puas, akhirnya kau merasakan sakit yang dulu pernah kurasakan. Besok aku akan menikah dengan hyung-mu, tentu kau akan menjdi pendamping kami kan? Kalau begitu aku permisi dulu, aku tak ingin mengganggu pekerjaanmu.” Gadis itu berbalik dan dalam sekejap dia menghilang dari pandanganku.
Brukkk, aku jatuh. Kakiku tiba-tiba kehilangan kekuatannya untuk menopangku, tetes demi tetes air mataku mengalir dan membuat jejak di wajahku. Kepalaku sesekali kubenturkan di kaki meja tempatku bersandar. Bodoh… kau memang bodoh Cho Kyuhyun!

“Aaaaaaaarrrrrrrrrgggggggggghhhhhhhhhhh!!!!” teriakku keras di tepi sungai Han. Benarkah aku yang salah? Benarkah gadis itu menungguku di sini sampai matahari terbit? Hiks.. Sungai Han katakanlah sesuatu, apa benar kau menemani Hyena menantiku malam itu? kalau begitu apa yang harus kulakukan? Apakah minta maaf cukup atau kuminta dia kembali padaku tapi bagaimana dengan Hyung-ku?
♥♥♥

Kutatap diriku di depan cermin, kemeja putih, blazer hitam, sepatu yang mengkilap, dan dandanan yang resmi. Ini hari bahagia hyung-ku dan tidak seharusnya aku memasang wajah murung.
“Kek, aku pergi dulu, tidak akan lama!” aku berpamitan dengan kakek saat bersama-sama keluar dari rumah.
“Yaa, kau mau ke mana? Nanti kau terlambat!” teriak kakek.
“Cuma sebentar Kek!” seruku. Setelah menyetir beberapa saat, akhirnya sampai juga di butik. Kugigit bibir bawahku, menimbang-nimbang untuk masuk atau tidak. Klek… pintu terbuka, sepasang kaki dengan high-heels mutiara muncul di balik pintu. Perlahan kuangkat kepalaku, perlahan pula sosok Hyena terlihat jelas oleh mataku. Cantik, hanya itu yang dapat kukatakan. Gaun seputih berlian membalut tubuhnya yang ramping, senada dengan kulitnya yang putih bersih. Sejenak kami hanya bertatapan dan diam tanpa ekspresi. Dia sepertinya mulai dapat mengendalikan situasi, dia melangkah perlahan mencoba untuk melaluiku seakan dia tidak mengakui keberadaanku.
“Satu pertanyaanku untukmu…” aku berusaha melerainya tanpa harus menghadangnya. “…… apa kau memanfaatkan hyung-ku?” lanjutku. Langkahnya terhenti saat dia sejajar denganku.
“Kurasa memang seperti itu!” jawabnya lantang. Aku shock, benarkah dia Hyena yang kukenal? Kenapa dia jadi seperti ini? Siapa yang mengubah malaikat menjadi Lucifer seperti ini? Oh… rupanya aku sendiri, akulah mengubah gadis selembut malaikat seeperti dia menjadi gadis sejahat Lucifer. “Tapi tenanglah… pria seperti hyung-mu akan sangat mudah untuk dicintai. Pria baik seperti Yesung Oppa tidak akan membutuhkan waktu lama untuk membuatku mencintainya,” lanjutnya.
“Sebelum semua berakhir… aku ingin memberitahukanmu satu hal. Aku telah tertarik padamu sejak pertama kali melihatmu. Saat itu kau adalah orang pertama yang memberiku selamat atas kelulusanku. Aku bahkan sampai ingin menangis saat kau bilang ‘Cho Kyuhyun selamat atas kelulusanmu!’ ucapan terima kasihku saat itu sungguh keluar dari lubuk hatiku yang paling dalam. Terima kasih karena kau memberiku ucapan selamat itu……”
“Berhentilah bercerita tentang masa SMU kita sebab aku ingin melupakan semuanya! Setiap mengenang kebersamaan kita saat itu, membuat hatiku sakit.” Gadis meneruskan langkahnya setelah membungkamku dengan kata-katanya.
“Cho Kyuhyun… kau sangat menyedihkan!” umpatnya padaku.
“Berbahagialah, kau dan hyung-ku adalah pasangan yang serasi. Mulai saat ini aku tidak akan lagi menyesali kesalahpahaman kita saat SMU, sebab dengan kejadian itu kita dapat berpisah. Aku memang tak pantas untukmu sebab itulah takdir menjauhkan kita. We aren’t a destiny!” tutupku. Gadis itu melanjutkan langkahnya, dia memasuki mobil dan akhirnya menghilang dari pandanganku.

Drrtt… drrrttt… getaran ponselku membuyarkan lamunanku, segera kulihat notifikasinya dan ternyata hyung-ku mengirim pesan singkat.
“Aku ada urusan mendadak dan harus kembali ke Amerika sekarang juga. Kutitip kakek dan Hyena padamu, tolong jaga mereka baik-baik. Oh ya, segeralah ke gereja sebab mereka menunggumu di sana!” aku terkejut membacanya, apa maksudnya ini? Urusan mendadak apa yang lebih penting dari pernikahanmu hyung?
“Shitttt… ayo hyung angkat telponku!” aku mendengus kesal sambil mengendarai mobil ke gereja. “Hyung cepat angkat!!!” bentakku di depan ponsel. Lima belas manit kemudian aku sampai di depan gereja. Kulihat tamu telah berdatangan dan memasuki ruangan sebab acara akan segera dimulai.
“Kyu~a… bagaimana ini?” Hyena langsung menghampiriku dengan wajah pucatnya saat aku masuk ke ruang rias pengantin. Dia menyodorkan ponselnya padaku, maaf aku tidak dapat melanjutkan pernikahan kita, pesan dari hyung-ku. “Bagaimana ini Kyu? Apa yang harus kulakukan?” gadis itu gemetar, telapak tangannya dingin, dan kulihat Kristal-kristal bening mulai menggenang di mata indahnya. Cklek, pintu tiba-tiba terbuka,
“Apa yang kalian lakukan di sini? Pendeta telah menunggu kalian begitupun para undangan!” seru kakek, ya… kakekku. Aku dan Hyena berpandangan tidak mengerti.
“Yaak, tunggu apa lagi?” kakek menarik tangan Hyena keluar dari ruangan, aku sendiri melongo semakin tidak paham. “Bocah ini! Apa yang kau lakukan seperti orang bodoh di sini? Cepat ke altar, kita sudah terlambat!” kakek memarahiku, kakek yang tadi sudah keluar ruangan, kembali lagi mendorongku keluar.
Perlahan aku mulai paham, ya… hyung-ku mengalah dan melepaskan Hyena padaku. Tapi bagaimana ini bisa terjadi? Maksudku apakah dia tahu semua? Rasa canggungku tak dapat kusembunyikan saat kakek menyerahkan Hyena padaku di altar pernikahan. Langkahku gemetaran, aku tidak yakin kalau saat ini wajahku tidak pucat. Seperti mimpi, hari ini aku menikah! Menikah dengan gadis yang membuatku jatuh cinta saat pertama kali bertemu., gadis yang menjadi calon istri hyung-ku.
“Hari ini kalian telah resmi menjadi sepasang suami istri, apa yang telah disatukan Tuhan tidak dapat dipisahkan oleh manusia!” seru pendeta menyudahi janji suci pernikahan kami. Kupeluk Hyena yang lebih dulu menangis terharu. Kukecup keningnya mesra dan penuh cinta,
“Saranghaeyo…” ucapnya pelan di sela isakannya. Kutenangkan dia dalam pelukanku, nyaris aku kehilangan dirinya. 
“Nado saranghaeyo… jeongmal saranghaeyo!” bisikku pelan. Usai pernikahan, aku dan Hyena menemui kakek yang duduk termenung di sudut gereja.
“Kakek jeoseumhamnida…” lirihku, kutundukkan kepalaku sebagai tanda penyesalan.
“Kenapa minta maaf? Kau salah apa?”
“Hyung……” suaraku tercekat,
“Hyung-mu sudah menceritakan semuanya pada kakek, dia tidak sengaja mendengar percakapan kalian kemarin. Sejujurnya kami berdua sangat shock, bagaimana bisa masalah sebesar ini kalian sembunyikan dari kami. Kalau saja kemarin Hyung-mu tidak datang ke kantormu saat itu dan mendengarkan pembicaraan kalian, mungkin saat ini sampai seterusnya kehidupan kalian hanya akan dilanda kebohongan. Kalian hanya akan saling menyakiti.”
“……”
“……” aku dan Hyena terdiam, untuk saat ini kami tidak tahu harus berkata apa.
“Sekarang kau tahu bahwa Hyung-mu sangat menyayangimu jadi berhentilah berfikir bahwa kau hanya sendirian di dunia. Kini kau punya Hyung, Kakek, juga istri yang sangat mencintaimu!” lanjut kakek. Uhm… aku percaya kalau kalian menyayangiku terlebih lagi Hyung-ku. Kulihat kakek melirik jamnya, serta merta Hyena bertanya,
“Ada apa Kek?”
“Beberapa menit lagi pesawat Hyung-mu lepas landas…”
“Mwo? Jadi Hyung masih ada di bandara?” tanpa banyak bicara lagi, aku dan Hyena menyusul Hyung ke bandara. Kuharap aku masih sempat bertemu dengannya sekedar untuk mengatakan salam perpisahan dan berterima kasih padanya. Aku segera berpencar bersama Hyena begitu masuk ke bandara, tujuan kami hanya satu, menemukan hyungku.
“Yesung Oppa!” kudengar Hyena berteriak dari jauh, dia pasti telah menemukannya. Benar saja… saat aku berlari ke arahnya, kulihat Hyung-ku tersenyum sambil melambai dari balik ruang pemeriksaan passport.
“Oppa…” lirih Hyena, hyung-ku masih tersenyum dengan senyuman terbaiknya.
“Aku baik-baik saja, tenanglah!” dia memberi isyarat pada kami, dia meyakinkan kami meski aku tahu saat ini dia sangat terluka.

Terima kasih hyung… sungguh aku sangat berterima kasih padamu. Aku percaya kalau kau menyayangiku, seandainya saja aku menyadarinya sejak dulu, kita pasti akan menjadi saudara yang kompak. Aku juga sayang padamu, kuharap kau mendapatkan pendamping yang lebih baik. Aku yakin Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi orang baik sepertimu. Akan kujaga kakek dan Hyena seperti permintaanmu. Aku janji!  

Because I am Stupid End

                                                                                        110204
(For Kyu’s Birthday)

No comments:

Post a Comment