“Berhentilah
bercerita tentang masa SMU kita! Jujur saja, aku tidak ingin mengingat
semuanya! Aku ingin melupakan semua kejadian di masa SMU kita. Entah mengapa
setiap mengenang kebersamaan kita, membuat hatiku sakit. Kalau boleh jujur… aku
tak ingin lagi mengingat kalau kau pernah menjadi sahabatku.” Dia memandang
shock ke arahku, perlahan kulihat ada Kristal bening yang menggumpal di
matanya. Aku segera berdiri dan membuka lemari pakaianku kemudian mengambil
baju yang lebih santai.
“Kau
boleh keluar kalau tidak ada urusan lagi. Aku ingin beristirahat!” perintahku.
Tak butuh waktu lama untuk dia pergi dari kamarku, tentu dia tak akan
mempermalukan dirinya di hadapanku dengan tetap memilih tinggal.
~ Flash Back ~
“……
kemudian ibu mengambil alih tugasku, huft… hampir saja aku kehilangan
jari-jariku!”
“……”
diam
“Kyuhyun!”
“……”
diam lagi
“Kyuhyun
apa kau mendengar ceritaku?”
“Awwww…”
ringisku saat menyadari Seohyun mencubit perutku,
“Kau
sedang melihat apa sih? Dari tadi kulihat kau terus menoleh ke arah gerbang.
Memangnya menunggu siapa?” gadis itu mendengus kesal saat menyadari aku tidak
memperhatikan ceritanya.
“Ehmm…
mianhe!” aku tersenyum paksa. “Memangnya tadi kau bilang apa?” tanyaku.
“Memangnya
kau sedang memikirkan apa?”
“Ah…
tidak, tidak ada apa-apa. Ayo ceritalah!” pintaku. Sesekali kulirik jam
tanganku, ke mana Hyena, kenapa dia belum datang padahal bel akan segera
berbunyi. Tidak biasanya dia datang terlambat, apa dia terjebak macet? Tidak
mungkin, tadi jalan kosong. Atau dia sakit, tapi kenapa dia tidak menelponku?
Aku terus bergumul dengan pertanyaan yang muncul di kepalaku. Bel masuk pun
bergema, aku dan Seohyun berpisah ke kelas kami masing-masing.
Kembali
kulihat gerbang dengan harapan Hyena akan muncul dengan penampilan yang kacau
dan terburu-buru karena terlambat. Padahal aku sengaja mengajak Seohyun
berduaan pagi ini untuk membuatnya cemburu. Atau mungkin dia sudah datang,
hanya saja aku tidak melihatnya saat dia melalui pintu gerbang. Aku berlari
kecil ke kelasku, begitu sampai, kutajamkan penglihatanku ke sebuah bangku di
depan bangkuku. Tidak ada…
“Kenapa
kau masih ada di luar?” songsaenim mengagetkan aku, akupun segera masuk dan
duduk di bangkuku.
“Oh
ya, saya akan menyampaikan sebuah kabar pada kalian, Jung Hyena telah
mengundurkan diri dari sekolah. Dia pindah ke Boston mengikuti orang tuanya…”
pengumuman wali kelasku itu bagai petir yang menyambarku. Hyena pindah? Tapi
kenapa dia tidak pernah bilang sebelumnya?
Aku
mendatangi kediaman Hyena usai sekolah dan memang benar sudah kosong. Yang ada
hanya seorang penjaga rumah.
“Keluarga
Jung sudah pindah ke Boston kemarin, mengenai alamat ataupun nomor telepon,
saya juga tidak tahu. Mereka tidak menitipkan apa-apa selain rumah ini!” jawab
paman itu saat aku menanyakan alamat ataupun nomor telepon Hyena di Boston. Aku
pulang penuh kekecewaan, aku bahkan marah, kenapa dia pergi begitu saja?
Setidaknya dia cerita padaku, pamit, atau apalah asal tidak mendadak seperti
ini. Jung Hyena… beraninya kau memperlakukan aku seperti ini!
~ Flash Back
End ~
Segera kuparkirkan mobilku begitu aku sampai di depan
butik, kakek memintaku datang sebab usai fitting kostum, kami akan makan malam
bersama. Aku berhenti di mulut pintu saat kulihat hyung-ku berdiri dengan
balutan jas pengantinnya. Dia begitu tampan dengan warna putih itu.
“Oh… kau sudah datang!” tegur hyung-ku saat melihatku.
“Bagaimana menurutmu?” tanyanya meminta pendapatku. Aku mengangguk memberi
isyarat bagus, dari belakang muncul kakek dan Hyena, aku speechless melihat
gadis itu. kuakui dia semakin cantik dari hari ke hari.
“Kyuhyun, kapan kau akan menyusul Hyung-mu? Kakek juga
ingin melihatmu segera menikah. Ternyata mengurus pernikahan sangatlah
menyenangkan,” tegur kakekku. Aku hanya dapat tersenyum, pahit sekali rasanya.
“Cepatlah bawa gadis yang kau sukai dan perkenalkan pada
Kakek!” sambung hyung-ku. Kali ini terasa lebih sakit, perih tepatnya.
Bagaimana mungkin aku mengatakan bahwa gadis yang kusukai adalah…
Usai makan malam aku berpamitan pada kakek dan hyung. Aku
harus ke kantor sebab ada sedikit masalah, ya… kuakui ini hanya alasan. Aku
hanya ingin menenangkan diri, aku merasa tinggal sejengkal saja menuju
kegilaan.
“Yaa… Cho Kyuhyun!” teriak temanku saat aku masuk ke
sebuah night club. Dentuman musik keras itu serasa memekakkan telingaku. Aku
pun segera bergabung dengan beberapa temanku yang sudah kecanduan hiburan malam
itu. aku sendiri bingung mengapa aku punya teman model seperti mereka.
“Tumben kau mau gabung dengan kami!” tegur Kangin,
“Aku hanya ingin bersenang-senang sejenak!” kilahku.
Mereka kelihatan senang ketambahan anggota baru. Segelas, dua gelas, tiga gelas
minuman… kurasa belum cukup untuk membuatku melupakan luka hatiku. Kuteguk
alkhol itu dengan botolnya sekalian, sebotol, dua botol, tiga botol… barulah
aku merasa sedikit terhibur, imajenasiku sedikit membentang.
“Yaak, Cho Kyuhyun! Mwoeyo?” Ryewook menegurku.
“Wae?” tanyaku
“Ini botol ke tujuh! Kau kenapa? Tidak biasanya kau
minum!”
“Jiah… aku saja tidak menghitung berapa yang kuminum, kau
cukup perhatian!” kutepuk pundaknya.
“Hajima!” kulihat Kibum mencoba menghentikanku saat aku
akan meneguk botol soju yang ke delapan.
“Jangan menghentikanku!” aku membentaknya. “Jangan
melarangku melupakannya! Sakit sekali rasanya bila aku ingat dia, hanya dengan
minum seperti ini barulah aku dapat melupakan apa yang telah dia lakukan
padaku! Jadi jangan hentikan aku apapun alasannya!”
♫♪♫
“Ouch……” ringisku saat terbangun, silau cahaya matahari
membuatku terjaga. “Ha???” pekikku saat melihat wajahku di cermin. Apa aku
dikeroyok? Kenapa wajah dan tubuhku penuh memar seperti ini? Dan lagi… di mana
aku? Apa ini hotel? Kenapa aku bisa ada di sini?
“Oh… kau sudah bangun!” Kangin mengagetkan aku,
“Kau? Kau yang membawaku ke sini?” tanyaku.
“Bukan, yang membawamu adalah seorang gadis bernama yang
Hyena,” jawabnya.
“Mwo?” aku kaget,
“Bagaimana keadaanmu?” tanyanya
“Aku merasa tulang-tulangku jadi remuk, apa yang terjadi
sebenarnya, kenapa aku jadi babak belur begini?”
“Siapa gadis yang bernama Jung Hyena itu?” Kangin malah
balik bertanya.
“Aku tanya kenapa aku jadi penuh luka begini, untuk apa
kau bertanya mengenai Hyena?”
“Karena kau hampir menodainya!” jawab Kangin. Mataku
membulat, “Semalam kau mabuk berat makanya aku menelpon Hyung-mu untuk
menjemputmu, tapi yang datang malah gadis yang bernama Hyena. Dia bilang
hyung-mu harus mengoperasi pasien makanya Hyena yang datang menggantikannya.”
“Nona Jung bilang dia akan membawamu ke hotel sesuai
permintaan Hyung-mu, sebab dia takut kalau kau langsung dibawa pulang ke rumah
maka kakekmu akan shock. Belum sempat aku merebahkan diri di ranjang, hyung-mu
menelponku, katanya ada masalah gawat. Cepat-cepat aku menyusul ke hotel dan
kulihat kau sudah terkapar di lantai, Hyena menangis dengan penampilan yang
acak-acakan dan hyung-mu sendiri tersengal-sengal dengan tangan yang lecet! Aku
diminta menjagamu sebab hyung-mu takut kalau terjadi apa-apa!” Kangin melempar
selembar handuk,
“Mandilah, lalu kita check out!” perintah Kangin. Bhukkk,
bhukkkk, bhukkk… kutinju dinding kamar mandi begitu aku masuk.
“Bodoh, bodoh, bodoh, bodoh sekali kau Cho Kyuhyun. Apa
otakmu sudah rusak?!” umpatku.
~
Flash Back ~
“Yaak, Kyu~a… apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!”
sayup-sayup kudengar suara Hyena berteriak, entah apa yang merasukiku kala itu.
yang kuingat pasti aku menghempaskan tubuh seseorang ke ranjang. Dia menangis
dan memohon namun tak kuhiraukan. Yang kinginkan hanya memeluk Hyena, aku hanya
ingin memeluknya.
“Kurasakan tubuhku terpental beberapa kali namun aku
tidak merasakan sakit sama sekali.
“Oppa hajima!” lerai seseorang, “Walaupun kau
membunuhnya, dia tidak akan menyadari apa-apa. dia sedang mabuk!” setelah itu
semua hening dan akhirnya aku bangun keesokan harinya.
~
Flash Back End ~
Aku berdiri di depan jendela kantorku, kutatap keindahan
Seoul dengan segala kemewahannya. Kendaraan lalu-lalang seakan tidak ada
putusnya, langit biru pun menambah kesempurnaan pagi ini. Aku terdiam, memaku
sendirian, ibarat pigura yang hanya dapat tertancap di dinding. Angin kecil
menyibak tirai sehingga ujungnya sedikit bergoyang, huft… seperti ingin mati
saja. Kulihat pemandangan di bawah dari ketinggian lantai 11, kurasa aku akan
hancur berkeping-keping bila aku melompat.
Bisakah aku melalui hari esok? Hari pernikahan hyung dan
Hyena? Apakah aku masih punya muka untuk bertemu mereka setelah apa yang
terjadi semalam? Padahal aku sudah bertindak kurang ajar pada calon istrinya,
namun hyung masih memanggil Kangin untuk menjagaku.
“Tok…tok…tok…” ketukan itu membuyarkan lamunanku, “Pak,
ada tamu untuk anda!” lapor sekretarisku yang muncul di balik pintu.
“Siapa?” tanyaku.
“Aku!” jawab seseorang, suara itu begitu familiar di
telingaku. Aku berbalik, ternyata benar, Hyena.
“Miss Lee, kau boleh pergi!” perintahku dan asistenku itu
mengangguk paham. Hening menyelimuti aku dan Hyena, cukup lama kami hanya diam.
Aku tidak berani bicara sebelum gadis itu yang memulainya. Sesaat kemudian
kulihat ada senyuman di bibirnya, senyuman yang belum pernah kulihat selama
ini, senyuman meremehkan.
“Aku berhasil!” ucapnya memecah kesunyian. “Aku benci
padamu Kyu, aku sangat membencimu sampai ingin membunuhmu dengan tanganku
sendiri. Bagaimana rasanya tidak berdaya melihat orang yang kau cintai bersama
orang lain? Sakit kan?” gadis itu tersenyum pahit. Aku kaget mendengar
penuturannya,
“Aku sakit hati melihatmu bersama Seohyun! Aku tahu, aku
memang salah, aku menyukaimu namun tidak berani berterus terang. Valentine itu
bukannya aku mengajakmu bertemu? Saat itu aku putuskan untuk mengakui
perasaanku padamu, kusingkirkan seluruh rasa maluku, harga diriku, dan kekhawatiranku.
Aku tidak peduli lagi pada apa yang akan terjadi, apakah kau akan membenciku
nantinya atau tidak, asalkan kau tahu bahwa aku menyukaimu.”
“Kupertaruhkan persahabatan kita demi cintaku, kugadaikan
harga diriku demi pengakuan itu tapi…” dia terisak, “… kau lebih memilih
menemani Seohyun. Gadis itu segalanya bagimu, kau lupakan aku, kau abaikan aku,
aku tidak memikirkanku bila kau bersamanya. Parahnya lagi kau tak pernah
memberiku kesempatan untuk bicara. Malam itu aku menunggumu… kau tahu sampai
kapan? Sampai matahari terbit keesokan harinya.”
~
Flash Back ~
“Em… Kyu, nanti malam kau ada acara dengan Seohyun?”
“Memangnya kenapa?”
“Huhh… aku kesepian di rumah, orang tuaku sibuk dan aku
hanya punya kau. Temani aku ya! Sekalian aku ingin mengatakan sesuatu padamu!”
“Kenapa tidak kau katakana sekarang saja? Untuk apa
menunggu sampai nanti malam?”
“Yaak, aku kan bilang kalau aku ingin kau menemaniku.
Lagipula apa yang ingin kukatakan padamu sangatlah rahasia, jadi aku tidak mau
mengatakannya di sembarang tempat!” gadis itu memandang sekelilingnya, jam
pulang sekolah adalah waktu yang sangat ramai jadi mana mau Hyena menceritakan
rahasianya saat itu.
“Kau sudah berani main rahasia-rahasiaan denganku ya?!”
desakku. Kami berjalan beriringan di koridor sekolah.
“Makanya aku memintamu untuk menemuiku nanti malam biar
aku mengatakan rahasia itu padamu sehingga tidak ada lagi rahasia di antara
kita!” aku menatap gadis itu penuh dengan kecurigaan sehingga sukses membuatnya
kelabakan.
“Baiklah, aku akan pulang lebih awal menemani Seohyun,
palingan dia hanya ingin shooping. Biar jalan dengannya agak sore sehingga aku
dapat menemanimu malam nanti.”
“Janji?” gadis itu tidak langsung percaya.
“Apa pernah aku melanggar janjiku?”
“Baiklah, kutunggu di tempat ‘pelarian’ kita dan aku akan
mentraktirmu jajangmyeon!”
“Wah… aku sudah tidak sabar ditraktir Hyena!” seruku. Di
depan taman, Seohyun sudah menungguku. Huhh… padahal aku masih ingin ngobrol
bersama Hyena. Kupasang senyum palsuku pada pacarku itu dan segera berpamitan
pada Hyena, gadis yang sangat kusayangi. Aku tidak menyangka, ternyat saat itu
adalah saat terakhir aku melihat dan bicara dengannya.
~
Flash Back ~
“Huhh…
aku yang bodoh, seharusnya aku bertanya ‘pulang lebih awal’ itu kapan? Sehingga
aku tak perlu menunggumu terlalu cepat. Esok kah, lusa kah, atau mungkin bulan
depan , bahkan mungkin tahun depan? Aku tak tahu kapan kau aka nada waktu
untukku!” aku lemas mendengarkan kisahnya. Perlahan kurasakan penyesalan
menyesakkan dadaku.
“Kuputuskan
mengikuti kepindahan orang tuaku ke Amerika. Awalnya aku tak mau ikut, namun
perlakuanmu membuatku membulatkan tekat. Maaf… aku pergi begitu saja tanpa
berpamitan padamu, aku pergi dengan membawa luka yang kau goreskan di hatiku.”
“Tapi
sekarang aku puas, akhirnya kau merasakan sakit yang dulu pernah kurasakan.
Besok aku akan menikah dengan hyung-mu, tentu kau akan menjdi pendamping kami
kan? Kalau begitu aku permisi dulu, aku tak ingin mengganggu pekerjaanmu.” Gadis
itu berbalik dan dalam sekejap dia menghilang dari pandanganku.
Brukkk,
aku jatuh. Kakiku tiba-tiba kehilangan kekuatannya untuk menopangku, tetes demi
tetes air mataku mengalir dan membuat jejak di wajahku. Kepalaku sesekali
kubenturkan di kaki meja tempatku bersandar. Bodoh… kau memang bodoh Cho
Kyuhyun!
“Aaaaaaaarrrrrrrrrgggggggggghhhhhhhhhhh!!!!”
teriakku keras di tepi sungai Han. Benarkah aku yang salah? Benarkah gadis itu
menungguku di sini sampai matahari terbit? Hiks.. Sungai Han katakanlah
sesuatu, apa benar kau menemani Hyena menantiku malam itu? kalau begitu apa
yang harus kulakukan? Apakah minta maaf cukup atau kuminta dia kembali padaku
tapi bagaimana dengan Hyung-ku?
♥♥♥
Kutatap
diriku di depan cermin, kemeja putih, blazer hitam, sepatu yang mengkilap, dan
dandanan yang resmi. Ini hari bahagia hyung-ku dan tidak seharusnya aku
memasang wajah murung.
“Kek,
aku pergi dulu, tidak akan lama!” aku berpamitan dengan kakek saat bersama-sama
keluar dari rumah.
“Yaa,
kau mau ke mana? Nanti kau terlambat!” teriak kakek.
“Cuma
sebentar Kek!” seruku. Setelah menyetir beberapa saat, akhirnya sampai juga di
butik. Kugigit bibir bawahku, menimbang-nimbang untuk masuk atau tidak. Klek…
pintu terbuka, sepasang kaki dengan high-heels mutiara muncul di balik pintu.
Perlahan kuangkat kepalaku, perlahan pula sosok Hyena terlihat jelas oleh
mataku. Cantik, hanya itu yang dapat kukatakan. Gaun seputih berlian membalut
tubuhnya yang ramping, senada dengan kulitnya yang putih bersih. Sejenak kami
hanya bertatapan dan diam tanpa ekspresi. Dia sepertinya mulai dapat mengendalikan
situasi, dia melangkah perlahan mencoba untuk melaluiku seakan dia tidak
mengakui keberadaanku.
“Satu
pertanyaanku untukmu…” aku berusaha melerainya tanpa harus menghadangnya. “……
apa kau memanfaatkan hyung-ku?” lanjutku. Langkahnya terhenti saat dia sejajar
denganku.
“Kurasa
memang seperti itu!” jawabnya lantang. Aku shock, benarkah dia Hyena yang
kukenal? Kenapa dia jadi seperti ini? Siapa yang mengubah malaikat menjadi
Lucifer seperti ini? Oh… rupanya aku sendiri, akulah mengubah gadis selembut
malaikat seeperti dia menjadi gadis sejahat Lucifer. “Tapi tenanglah… pria
seperti hyung-mu akan sangat mudah untuk dicintai. Pria baik seperti Yesung
Oppa tidak akan membutuhkan waktu lama untuk membuatku mencintainya,”
lanjutnya.
“Sebelum
semua berakhir… aku ingin memberitahukanmu satu hal. Aku telah tertarik padamu
sejak pertama kali melihatmu. Saat itu kau adalah orang pertama yang memberiku
selamat atas kelulusanku. Aku bahkan sampai ingin menangis saat kau bilang ‘Cho
Kyuhyun selamat atas kelulusanmu!’ ucapan terima kasihku saat itu sungguh
keluar dari lubuk hatiku yang paling dalam. Terima kasih karena kau memberiku
ucapan selamat itu……”
“Berhentilah
bercerita tentang masa SMU kita sebab aku ingin melupakan semuanya!
Setiap mengenang kebersamaan kita saat itu, membuat hatiku sakit.” Gadis
meneruskan langkahnya setelah membungkamku dengan kata-katanya.
“Cho
Kyuhyun… kau sangat menyedihkan!” umpatnya padaku.
“Berbahagialah,
kau dan hyung-ku adalah pasangan yang serasi. Mulai saat ini aku tidak akan
lagi menyesali kesalahpahaman kita saat SMU, sebab dengan kejadian itu kita
dapat berpisah. Aku memang tak pantas untukmu sebab itulah takdir menjauhkan
kita. We aren’t a destiny!” tutupku. Gadis itu melanjutkan langkahnya, dia
memasuki mobil dan akhirnya menghilang dari pandanganku.
Drrtt…
drrrttt… getaran ponselku membuyarkan lamunanku, segera kulihat notifikasinya
dan ternyata hyung-ku mengirim pesan singkat.
“Aku
ada urusan mendadak dan harus kembali ke Amerika sekarang juga. Kutitip kakek
dan Hyena padamu, tolong jaga mereka baik-baik. Oh ya, segeralah ke gereja
sebab mereka menunggumu di sana!” aku terkejut membacanya, apa maksudnya ini?
Urusan mendadak apa yang lebih penting dari pernikahanmu hyung?
“Shitttt…
ayo hyung angkat telponku!” aku mendengus kesal sambil mengendarai mobil ke
gereja. “Hyung cepat angkat!!!” bentakku di depan ponsel. Lima belas manit
kemudian aku sampai di depan gereja. Kulihat tamu telah berdatangan dan
memasuki ruangan sebab acara akan segera dimulai.
“Kyu~a…
bagaimana ini?” Hyena langsung menghampiriku dengan wajah pucatnya saat aku
masuk ke ruang rias pengantin. Dia menyodorkan ponselnya padaku, maaf aku tidak dapat melanjutkan pernikahan
kita, pesan dari hyung-ku. “Bagaimana ini Kyu? Apa yang harus kulakukan?”
gadis itu gemetar, telapak tangannya dingin, dan kulihat Kristal-kristal bening
mulai menggenang di mata indahnya. Cklek, pintu tiba-tiba terbuka,
“Apa
yang kalian lakukan di sini? Pendeta telah menunggu kalian begitupun para
undangan!” seru kakek, ya… kakekku. Aku dan Hyena berpandangan tidak mengerti.
“Yaak,
tunggu apa lagi?” kakek menarik tangan Hyena keluar dari ruangan, aku sendiri
melongo semakin tidak paham. “Bocah ini! Apa yang kau lakukan seperti orang
bodoh di sini? Cepat ke altar, kita sudah terlambat!” kakek memarahiku, kakek
yang tadi sudah keluar ruangan, kembali lagi mendorongku keluar.
Perlahan
aku mulai paham, ya… hyung-ku mengalah dan melepaskan Hyena padaku. Tapi
bagaimana ini bisa terjadi? Maksudku apakah dia tahu semua? Rasa canggungku tak
dapat kusembunyikan saat kakek menyerahkan Hyena padaku di altar pernikahan.
Langkahku gemetaran, aku tidak yakin kalau saat ini wajahku tidak pucat.
Seperti mimpi, hari ini aku menikah! Menikah dengan gadis yang membuatku jatuh
cinta saat pertama kali bertemu., gadis yang menjadi calon istri hyung-ku.
“Hari
ini kalian telah resmi menjadi sepasang suami istri, apa yang telah disatukan
Tuhan tidak dapat dipisahkan oleh manusia!” seru pendeta menyudahi janji suci
pernikahan kami. Kupeluk Hyena yang lebih dulu menangis terharu. Kukecup
keningnya mesra dan penuh cinta,
“Saranghaeyo…”
ucapnya pelan di sela isakannya. Kutenangkan dia dalam pelukanku, nyaris aku
kehilangan dirinya.
“Nado
saranghaeyo… jeongmal saranghaeyo!” bisikku pelan. Usai pernikahan, aku dan
Hyena menemui kakek yang duduk termenung di sudut gereja.
“Kakek
jeoseumhamnida…” lirihku, kutundukkan kepalaku sebagai tanda penyesalan.
“Kenapa
minta maaf? Kau salah apa?”
“Hyung……”
suaraku tercekat,
“Hyung-mu
sudah menceritakan semuanya pada kakek, dia tidak sengaja mendengar percakapan
kalian kemarin. Sejujurnya kami berdua sangat shock, bagaimana bisa masalah
sebesar ini kalian sembunyikan dari kami. Kalau saja kemarin Hyung-mu tidak
datang ke kantormu saat itu dan mendengarkan pembicaraan kalian, mungkin saat
ini sampai seterusnya kehidupan kalian hanya akan dilanda kebohongan. Kalian
hanya akan saling menyakiti.”
“……”
“……”
aku dan Hyena terdiam, untuk saat ini kami tidak tahu harus berkata apa.
“Sekarang
kau tahu bahwa Hyung-mu sangat menyayangimu jadi berhentilah berfikir bahwa kau
hanya sendirian di dunia. Kini kau punya Hyung, Kakek, juga istri yang sangat
mencintaimu!” lanjut kakek. Uhm… aku percaya kalau kalian menyayangiku terlebih
lagi Hyung-ku. Kulihat kakek melirik jamnya, serta merta Hyena bertanya,
“Ada
apa Kek?”
“Beberapa
menit lagi pesawat Hyung-mu lepas landas…”
“Mwo?
Jadi Hyung masih ada di bandara?” tanpa banyak bicara lagi, aku dan Hyena
menyusul Hyung ke bandara. Kuharap aku masih sempat bertemu dengannya sekedar
untuk mengatakan salam perpisahan dan berterima kasih padanya. Aku segera
berpencar bersama Hyena begitu masuk ke bandara, tujuan kami hanya satu,
menemukan hyungku.
“Yesung
Oppa!” kudengar Hyena berteriak dari jauh, dia pasti telah menemukannya. Benar
saja… saat aku berlari ke arahnya, kulihat Hyung-ku tersenyum sambil melambai
dari balik ruang pemeriksaan passport.
“Oppa…”
lirih Hyena, hyung-ku masih tersenyum dengan senyuman terbaiknya.
“Aku
baik-baik saja, tenanglah!” dia memberi isyarat pada kami, dia meyakinkan kami
meski aku tahu saat ini dia sangat terluka.
Terima
kasih hyung… sungguh aku sangat berterima kasih padamu. Aku percaya kalau kau
menyayangiku, seandainya saja aku menyadarinya sejak dulu, kita pasti akan
menjadi saudara yang kompak. Aku juga sayang padamu, kuharap kau mendapatkan
pendamping yang lebih baik. Aku yakin Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi
orang baik sepertimu. Akan kujaga kakek dan Hyena seperti permintaanmu. Aku
janji!
Because I am Stupid End
110204
(For Kyu’s Birthday)
No comments:
Post a Comment