sebelumnya di Love You With Sincere - Part 1
Jujur kuakui, aku tak mau
membantunya membujuk Jun Su, aku takut kejadian itu berulang lagi, aku tak mau
kehilangan teman sekali lagi. kenapa …? Kenapa hal seperti ini harus terulang ?
hiks … aku harus bagaimana? aku juga tidak tega melihat Hyo Ri seperti ini.
“Baik aku akan membantumu!” ucapku.
Tuhan semoga kejadian nanti tidak seperti dulu lagi.
Setelah kejadian itu, tak sekalipun
Jun Su mau mengankat telepon dari Hyo Ri, di sekolah, Hyo Ri tak henti-hentinya
curhat padaku. Dia takut Jun Su tidak mau memaafkannya sehingga dia meminta
bantuanku. Sesuai sekolah aku mengajak Jun Su bertemu di café untuk
membicarakan masalah mengenai Hyo Ri.
“Maaf …” ucapku
“Kenapa kamu minta maaf, kamu kan
tidak salah.”
“Aku minta maaf atas nama Hyo Ri.”
“Oh .. begitu, kenapa bukan dia
sendiri yang minta maaf padaku?” tanya Jun Su sinis.
“Dia takut kalau kau tidak mau
memaafkannya.”
“Aku malah akan lebih sulit
memaafkannya kalau begini saja dia minta bantuanmu juga.”
“Kumohon Jun Su, dia merasa sangat
sangat bersalah padamu.”
“Kalau begitu suruh dia sendiri yang
minta maaf! dulu dia juga begini, waktu pertama bertemu dia juga minta
bantuanmu kan? apa dia tidak bis berusaha sendiri?”
“Hyo Ri … “ aku sudah tidak tahu
bicara apa lagi
“Aku benar-benar tidak suka pada
sikapnya, aku tidak terima dia menghina keluargaku.”
“Dia tidak bermaksud begitu!”
Tidak bermaksud bagaimana?
jelas-jelas aku mendengar dia menghina keluargaku.”
“Kalau begitu tolong maafkanlah dia!”
“Semakin lama kau semakin
menjengkelkan juga, kenapa kau selalu membelanya?”
“Karena dia adalah temanku.” Jun Su
sepertinya semakin kesal, dia pun pergi
meninggalkan aku. Aku mengejarnya dan menjelaskan semuanya namun dia tidak
menggubrisku.
Di sekolah aku
juga tak tega melihat Hyo Ri selalu
murubg, dia bahkan menangis tersedu-sedu karena perasaan bersalahnya pada Jun
Su. Berhari-hari aku berkunjung ke tempat Jun Su dan berusaha membujuknya.
Hampir seminggu aku selalu ke rumahnya dan membujuknya agar dia mau memaafkan
Hyo Ri.
“Jangan datang lagi ke rumahku kalau
hanya untuk membujukku. Aku sangat benci pada orang yang menghina keluargaku.”
Ucap Jun Su saat aku menemuinya di rumahnya.
“Hyo Ri sangat sedih kau diamkan
seperti ini, dia merasa sangat menderita.”
“Aku tidak peduli … awalnya aku
sangat senang mengajaknya ke rumahku, namun saat aku tahu responnya terhadap
keluargaku seperti itu, aku jadi kecewa.”
“Jun Su … aku tahu kau bukan orang
jahat, kau pasti mau memaafkannya.”
“Pergi … tinggalkan aku!” perintah
Jun Su, dia tidak mempedulikan aku yang berusaha mendamaikan mereka. Akhirnya
aku berlutut di hadapannya dan memohon agar dia mau memaafkan Hyo Ri. Dia
kelihatan terkejut,
“Apa yang kau lakukan? kenapa kau
berlutut seperti ini? ayo bangun!”
“Aku akan terus berlutut sampai kau
mau memaafkan Hyo Ri. Dia sangat menyesal, kumohon …” tak terasa aku menangis
di hadapannya. “Hyo Ri adalah sahabatku dia sudah kuanggap seperti keluargaku
sendiri. Melihat dia menangis, aku pun ikut terluka. Aku akan melakukan apapun
asal dia bisa tersenyum karena dia adalah sahabatku. Kumohon Jun Su, maafkanlah
dia!” aku menar-benar minta tolong.
“Baiklah … aku akan memaafkannya
asal dia mau datang dan mengakui kesalahannya padaku.” aku tersenyum mendengar
keputusan Jun Su, syukurlah dia mau berubah pikiran. Dia lalu mengambil selembar
tissue dan mengusap air mataku,
“Hyo Ri pasti sangat bahagia
memiliki sahabat seperti kamu, aku jadi iri.” Jun Su tersenyum memandangku yang
mungkin nampak kacau dengan air mata di pipiku. Akhirnya hubungan Hyo Ri dan
Jun Su kembali seperti semula, aku senang dapat membantu mereka rujuk kembali.
Love You Sincerely
Hari ini awal bulan oktober, aku
datang ke pantai dan meletakkan seikat verbena putih di tepi pantai yang
nantinya akan dihanyutkan oleh ombak. Lima tahu lalu … dia awal bulan oktober,
ibu meninggal dalam kecelakaan tragis. Pesawat yang ditumpanginya mengalami
kecelakaan dan diperkirakan jatuh ke laut. Sampai sekarang bangkai pesawatnya
belum ditemukan sehingga setiap tahun bila ingin mengunjungi makam ibu … aku
akan ke laut.
Entah di mana pesawat itu jatuh,
namun aku yakin … di manapun aku meletakkan seikat bunga, ombak pasti akan
membantuku membawanya ke tempat ibuku. Ibu … aku sayang padamu, meski
orang-orang memandang rendah padamu namun aku tetap bersyukur dapat lahir dari
rahimmu.
“Eun Hee …?” tegur seseorang, aku
menoleh ke arah sumber suara, Jun Su?
“Apa yang kau lakukan di sini?”
tanya Jun Su
“Mengunjungi makam ibuku.” jawabku,
“Di laut …?” tanyanya heran, aku pun
mengangguk. Kami duduk di tepi pantai sambil memandangi matahari yang hampir
terbenam.
“Aku hanya sekedar jalan-jalan di
pantai untuk menghilangkan penat, tahu-tahu bertemu denganmu di sini.” sambung
Jun Su.
“Hari ini aku datang untuk
mengucapkan salam pada ibu, hari ini peringatan meninggalnya ibu. Pesawat yang
ditumpanginya jatuh ke laut dan sampai sekarang bangkainya belum ditemukan
sehingga aku menganggap setiap laut adalah makam ibuku.”
“Kau harus kuat!” bujuk Jun Su
“”Ya … aku harus kuat, itu adalah
pesan ayah sebelum beliau meninggal karena sakit tiga tahun yang lalu.”
“Malang sekali nasibmu. Jadi …
selama itu kau tinggal dip anti asuhan?”
“Iya, nenek yang menitipkan aku dip
anti asuhan. Dari dulu nenek tidak pernah menyukai aku dan ibuku. Saat ibu
kecelakaan, nenek malah bilang itu hukuman dari Tuhan atas perbuatan ibu
merebut suami orang. Bahkan dengan taganya nenek mengatakan seandianya aku ikut
dalam kecelakaan itu maka ikan-ikan di laut akan semakin kenyang!” tak terasa
tetes demi tetes air mataku berjatuhan. Aku tak berani memandang Jun Su, aku
merasa malu …
“Hidup dip anti setidaknya masih
lebih baik disbanding hiduup bersama nenek. Sayang nasib sial masih terus
mengikutiku meski aku telah jauh dari Gwangju. Di sekolah semua anak memusuhiku
karena statusku sebagai perebut suami orang. Tapi Hyo Ri … dengan senyuman yang
tulus mengulurkan tangan untuk berjabat denganku di saat semua teman malah
membuang muka saat melihatku. Karena itulah aku sangat menyayangi Hyo Ri, dia
sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri.”
“Karena itu kau sampai berlutut di
hadapanku demi memohon maaf untuk Hyo Ri?” tanya Jun Su, aku pun mengangguk.
“Bodoh … aku ini bicara apa sih?
kenapa malah menceritakan semua padamu. pokoknya aku harus kaut! aku selalu
ingat pada pesan ayah, bahwa kemarin tak ada yang lain selain mimpi, esok …
hanya untuk tujuan, kecuali hari ini … untuk hidup bahagia. Buatlah setiap hari
kemarin adalah mimpi dari kebahagiaan, dan satiap hari esok adalah tujuan dari
harapan, namun berpandangan optimislah … karena itu untuk hari ini!” aku
mencoba tersenyum ke arah Jun Su dan tiba-tiba …
“Apa yang kau lakukan? kenapa kau …”
“Tidak bisa, tidak terus begini.
Ternyata … ternyata aku tak bisa berbohong lagi.” kata Jun Su sambil menunduk
dan tersenyum pahit. Dia … dia barusan menciumku!
“Cinta … aku mencintaimu. Ternyata kaulah
orangnya, kaulah orang yang diinginkan hatiku bukan sahabatmu!” ucap Jun Su,
bohong … ini pasti bohong. Kenapa dia menciumku? kenapa semau harus berakhir
begini? aku berlari meninggalkan Jun Su di tengah keheningan senja itu. Kenapa
Jun Su melakukan hal itu? apa dia tidak memikirkan perasaan Hyo Ri sebelumnya?.
Saat bertemu Hyo Ri di kelas, aku
menjadi kaku. Apalagi kalau mengingat kejadian saat Jun Su menciumku. Aku
semakin merasa bersalah, apa yang harus kulakukan?. Seusai sekolah, aku diantar Hyo Ri menunggu bus di halte.
Tiba-tiba Jun Su datang, ternyata mereka janjian ke bioskop.
“Apa kabar Eun Hee?” sapanya,
“Baik …” jawabku, aku hanya bisa menunduk karena tak berani
memandangnya.
“Kau sakit ya? wajahmu terlihat
pucat.” sambungnya.
“Dia sedang ada masalah tapi dia
tidak mau menceritakannya padaku.” keluh Hyo Ri, aku tidak mungkin menceritakan
masalahku ini padamu Hyo Ri … kalau Jun Su telah menciumku. Mungkin memang
benar kalau aku ini perusak! sejak saat itu aku berusaha keras untuk menghindar
dari setiap pertemuanku dengan Jun Su. Berbagai alasan kukemukakan setiap Hyo
Ri mengajakku bertemu Jun Su.
“Apa kau menghindar dariku?” tanya
Jun Su tiba-tiba saat aku akan berangkat ke sekolah. Dia menungguku di ujung
jalan dekat panti asuhanku.
“Tolong jangan menggangguku!”
pintaku
“Maaf kalau aku mengganggumu, tapi
aku hanya khawaitr padamu. Hyo Ri bilang kalau di sekolah kau sering murung dan
tidak bersemangat, apa semua itu karena aku?”
“Jun Su! apa kau pikir aku begini
karena siapa? di Gangju aku dimusuhi karena kejadian seperti ini, aku diejek
sebagai perebut pacar orang padahal bukan mauku kalau siswa-siswa itu
menyukaiku. Dan sekarang kaupun sama, apa kau mau sekali lagi aku dihusir?”
“Aku mengerti kenapa siswa-siswa itu
menyukaimu. Sosok gadis yang tegar sekuat batu karang, selalu tersenyum dan
membantu dengan ikhlas dan tulus, semua itu akan sangat sulit untuk membuat
seseorang tidak jatuh cinta padamu, dan itupun yang terjadi padaku.”
“Tapi Hyo Ri juga seperti itu, dia
gadis yang baik!”
“Tapi kau masih bisa tersenyum di
saat semua kebahagiaanmu terenggut dengan tragis!”
“Itu bukan alasan …” aku
meninggalkan Jun Su.
“Karena ketulusanmu, karena
ketulusanmu aku jatuh cinta!” ucap Jun Su namun aku tidak begitu
menghiraukannya. “Aku akan menunggumu di depan stasiun sepulang sekolah. Aku
akan menunggumu sampai kau datang sebagai jawaban atas perasaanku padamu.” aku
pura-pura tidak dengar dan pergi meninggalkannya. Kuharap begini saja dia sudah
mengerti perasaanku.
Saat sedang asyik membaca buku di
dalam kamarku, tiba-tiba adikku memanggil, katanya ada telepon untukku,
“Halo …?” tanyaku,
“Halo Eun Hee, ini ibunya Jun Su.
Apa sekarang Jun Su bersamamu Nak?”
“Tidak, memangnya kenapa bibi?”
“Jun Su belum pulang-pulang juga,
padahal sudah malam begini. Bibi sudah menelpon Hyo Ri tapi dia juga tidak tahu
Jun Su di mana. Ponsel Jun Su sulit dihubungi, bibi takut terjadi sesuatu
padanya.” Aku melirik ke jam dinding, ha … sudah jam 12 malam! ke mana dia?
tiba-tiba aku teringat pada percakapanku dengan Jun Su tadi pagi. Jangan-jangan
dia ada di …
“Bibi … kurasa aku tahu di mana dia
sekarang!” ucapku, aku pun segera ke stasiun tempat Jun Su mengatakan akan
meungguku. Kuharap dia tidak akan sebodoh itu menungguku sampai larut bagini.
Saat sampai di stasiu, aku melihatnya, dengan sabar dia menungguku.
“Jun Su!” tegurku, diapun segera
berdiri dan menghampiriku. Dia tersenyum, plaaak … aku menamparnya.
“Dasar bodoh …! Apa yang kau lakukan
sampai malam begini di sini? apa kau tidak tahu kalau ibumu menghawatirkanmu,
kau selalu saja menyusahkan orang, kenapa menungguku sampai larut begini?”
“Karena aku yakin kau akan datang!”
ucapnya. Bodoh … bodoh sekali kau, aku lalu memeluknya. Dari kejadian ini aku
dapat merasakan ketulusannya dalam mencintaiku. Hyo Ri … maafkan aku.
“Lalu … bagaimana kalau aku tidak
datang?”
“Aku akan terus menunggumu!”
jawabnya mantap. Aku tersenyum melihat keteguhannya, aku memang tidak dapat
bohong pada diriku sediri. Aku akui aku mulai tertarik padanya saat aku menyerahkan
kepercayaanku padanya, saat itu dia berjanji tidak akan pernah menyusahkanku.
Aku tidak tahu sampai kapan aku dan
Jun Su akan menyembunyikan hubungan kami pada Hyo Ri, namun aku yakin … hari di
saat dia mengetahui hubungan kami pasti akan datang. Di saat itu pasti tak akan
ada yang lain selain air mata dan sakit hati, namun … sampai hari itu datang,
biarlah aku dan Jun Su menjalani ini dengan cara kami sendiri.
Love You Sincerely
Suatu saat entah mengapa Hyo Ri
terlihat murung. Dia sama sekali tidak mau bicara padaku.Apakah dia sedang ada
masalah dengan Jun Su? aku segera menelpon Jun Su dan menyuruhnya bicara dengan
Hyo Ri. Syukurlah setelah bicara sejenak dengan Jun Su, dia agak baikan.
Sesusia sekolah Hyo Ri mengajakku untuk makan es krim di toko depan sekolah.
Aku yakin ada yang ingin dibicarakan,
“Kau sahabatku kan Eun Hee?”
tanyanya tiba-tiba
“Tentu saja!” jawabku,
“Jadi kau tidak akan merebut Jun Su
dariku kan?” tanyanya lagi, aku sangat terkejut mendengarnya. “Kemarin aku
melihat Jun Su menggandeng tangan seorang gadis saat berjalan-jalan di Gangnam.
Aku melihat gadis itu seperti kamu tapi aku yakin aku pasti cuma salah lihat.
Bodoh … aku ini bicara apa, mana mungkin kau dan Jun Su menghianatiku. Apalagi
saat aku menelpon Jun Su, dia bilang saat itu dia berada di rumah temannya,
jadi dia tidak mungkin ada di Gangnam. Maaf ya … aku pencemburu sekali nih!”
ucap Hyo Ri, aku hanya bisa menunduk,
“Maaf … “ kata-kataku tercekat, aku
tidak berani mengakuinya.
“Kenapa Eun Hee minta maaf, padahal
kan tidak salah!”
“Tentu saja aku tidak akan
menyakitimu …” ucapku dengan pasrah. Entah bagaimana aku berterus terang, cukup
sampai di sini aku menyakiti Hyo Ri. Aku mengajak Jun Su bertemu di taman usai
sekolah, apalagi kalau bukan membicarakan masalah Hyo Ri.
“Kurasa cukup sampai di sni Jun Su,
hubungan kita tak dapat diteruskan lagi.
“Apa?”
“Kalau diteruskan Hyo Ri akan tahu.
Saat kita berada di Gangnam, dia sempat melihat kita bersama. Aku yakin, dengan
jelas dia melihat kita namun dia berusaha membohongi perasaannya kalau yang dia
lihat itu orang lain. Pasti karena dia sangat sayang dan percaya ada kita.”
“Tapi …”
“Tidak ada tapi-tapian, aku tidak
mau menyakitinya lebih lanjut.” Aku lalu bangkit “Maafkan aku!” ucapku sekali
lagi dan pergi meninggalkannya. Dia mengejarku dan meraih tanganku, tanpa
kusangka … dia menciumku sekali lagi.
“Untuk terakhir kalinya …” ucapnya lemah dan
penuh kepasrahan. Aku hanya menunduk sedih, tiba-tiba aku merasa genggaman
tangan Jun Su menjadi dingin, matanya memandang tajam ke arah belakangku, aku
pun berbalik,
“Hyo Ri …?” pekikku terkejut. Dia
memandang kami dengan mata yang merah dan tetes demi tetes air matanya jatuh,
dia diam terpaku di hadapanku dan Jun Su.
“Hyo Ri … “ tegur Jun Su. Hyo Ri
maju dan menamparku, dia mendorongku menjauhi Jun Su sampai aku tersungkur di
rumput taman,
“Keterlaluan! kau sudah janji padaku
tidak akan merebut Jun Su dariku, dia milikku! aku yang mengenalnya lebih dulu!”
bentaknya.
“Maafkan aku … “ aku terisak,
“ Tadinya aku mencoba percaya kalau
yang kulihat waktu itu hanya orang lain yang mirip dengan kalian, namun setelah
melihat yang barusan, aku baru sadar. Bagaimana pun aku berusaha bohong pada
hatiku, yang kulihat memang benar-benar kalian!”
“Hyo Ri … “Jun Su mencoba memberi
penjelasan,
“Kau juga …! kau tahu dia sahabatku,
tapi kenapa? kalau kau berselingkuh dengan orang lain mungkin aku bisa terima
meski akan sangat sakit, tapi kenapa harus Eun Hee? kenapa harus dia? sakitku
semakin berlipa-lipat, kau tahu itu!” Hyo Ri menangis sedih, “Kau sangat jahat
Jun Su, dia sahabatku. Kalian sama saja!” Hyo Ri berlari meninggalkan kami
sambil menangis. Maafkan kami Hyo Ri …
Di sekolah aku selalu mendekati Hyo
Ri untuk minta maaf tapi sepertinya dia tidak akan memaafkan aku. Dia masih
sakit hati bahkan Jun Su pun belum dapat berbicara langsung dengannya semenjak
kejadian itu. Hyo Ri menjauhi aku, dia sama sekali tidak mau memandangku. Saat
berjalan di koridor sekolah, sekelompok teman sekelasku mengapungku dan Yun Su sebagai leadernya.
“Kudengar Jun Su akhirnya selingkuh
denganmu ya, wah … hebat! akhirnya kau menampakkan wujud aslimu juga?” ucapnya.
“Apa mau kalian? maaf aku tidak
punya urusan dengan kalian!” aku mencoba menerobos mereka. Bruk …, mereka
mendorongku sampau terbentur di tembok.
“Jelas kau punya urusan dengan kami.
Jangan pikir Seoul sama dengan Gwangju, seenaknya saja kau mau berbuat apa saja
pada murid-muridnya … “
“Lalu kalian mau apa?” tanyaku. Tiba-tiba
wali kelasku datang, beliau melihat kami berkumpul di koridor, sepertinya
beliau tahu akan ada pertengkaran sehingga melerai kami.
“Lee Eun Hee ikut bapak ke kantor,
beasiswamu sudah datang jadi kau bisa mengambilnya sekarang “ ucap waliku dan
akupun terbebas dari belenggu kebengisan teman-temanku. Berhari-hari Hyo Ri
mendiamiku termasuk teman sekelasku, aku merasa sangat bersalah. Saat tiba di
sekolah keesokan harinya, dua orang temanku menyeretku ke kantor kepala
sekolah.
“Pokoknya kami tidak setuju kalau
anak ini sekelas dengan kami!” seru teman-temanku pada kepala sekolahku.
“Lalu dia akan ditempatkan di mana
kalau kalian menolaknya?” tanya Pak kepala
“Di mana saja asal bukan di kelas
kami!” semua menolakku, mereka membenciku, dan aku hanya dapat menunduk sambil
menahan air mata yang sedari tadi ingin keluar. Hyo Ri … bahkan dia tak
sedikitpun mau menatapku. Mereka memperdebatkan aku, mereka bahkan mengancam
akan mogok belajar bila aku tetap di kelas itu. Ke mana lagi aku akan pergi?
apa yang akan kukatakan pada Ibu panti asuhanku?
Sekolah telah sepi saat jam dinding
di sekolah menunjukkan jam 4 sore, aku masih belum berani kembali ke panti
asuhanku. Tiba-tiba datang sekelompok siswi yang ternyata teman sekelasku.
“Ternyata kau di sini!” mereka
mendekatiku.
“Mau apa kalaian?” tanyaku.
“Memberi pelajaran padamu!” mereka menarikku
dari tempat duduk, mereka menamparku, menendang, memukul, dan menjambak
rambatku. Tolong … seseorang tolonglah aku. Tidak … aku memang pantas
mendapatkan ini. Aku orang jahat dan aku memang pantas diperlakukan seperti
ini.
“Minggir …!” tiba-tiba seseorang
berteriak dan muncul dari balik teman-teman yang mengeroyokiku. Yun Su …, dia
membawa sebuah pisau dan tersenyum licik di hadapanku. Ya … Tuhan apa yang akan
dia lakukan?
“Apa yang kalian lakukan? jangan
merusak masa depan kalian dengan melakukan hal konyol seperti itu. Apa hanya
karena gadis ini kalian mau masuk penjara?” tiba-tiba Hyo Ri muncul di antara
mereka. “Dia tidak pantas membuat kita semua susah!” lanjutnya.
“Benar juga, kalau begitu sampai di
sini saja teman-teman!” ucap Yun Su, aku paham Hyo Ri melakukan ini untuk
melindungiku. Meski sikapnya mengatakan membenciku namun hatinya sebenarnya
masih menganggapku sebagai sahabat. Hanya aku yang jahat telah merampas
kebahagiaannya, hiks …
Aku berjalan lunglai sambil menahan
sakit dari luka pukulan teman-temanku. Tanpa kusangka di jalan aku bertemu Jun
Su.
“Eun Hee …?” dia terkejut melihat
penampilanku.
“Jun Su…!” tangisku meletus di
pelukannya. Aku benar-benar sedih, dia lalu membawaku ke rumahnya dan mengobati
semua lukaku.
“Jahat sekali yang memperlakukanmu
seperti ini!” umpat ibunya Jun Su, hiks … akulah yang jahat bibi, aku yang telah
merebut kebahagiaan seseorang. Saat pagi menjelang, aku keluar dari rumah Jun
Su. Aku hanya meninggalkan sepucuk surat berisi ungkapan terima kasih atas
bantuan Jun Su dan keluarganya selama ini. Aku memutuskan keluar dari kehidupan Jun Su untuk selamanya.
Aku mengundurkan diri dari panti
asuhan dan sekolahku. Aku memutuskan kembali ke Gwangju meski aku tidak tahu
apakah nenek masih mau menerimaku atau tidak. Aku pergi ke sekolah untuk
mengembalikan beasiswa yang sempat diberikan wali kelasku saat itu. Aku
berpamitan pada kepala sekolah, wali kelas, dan beberapa guru.
“Terima kasih atas kebaikan bapak
dan ibu selam ini, aku pasti tidak akan melupakan semua kenangan selama aku
bersekolah di sini.” ucapku. Aku juga menitipkan sepucuk surat utnuk Hyo Ri,
aku harap dengan kepergianku ini teman-temanku tidak perlu mogok belajar.
Dear Hyo Ri
Maaf … aku telah
membuatmu kecewa dengan perbuatanku ini. Jujur saja saat kau memintaku untuk
membujuk Jun Su karena kau telah menyakiti perasaannya, aku sebenarnya ingin
menolak. Di Gwangju dulu semua temanku selalu meminta bantuanku di saat mereka
sedang bertengkar dengan pacarnya, katanya aku pandai membujuk orang. Namun …
kenyataan pahit harus aku terima di saat pacar mereka malah balik menyukaiku,
entah dari mana perasaan itu bisa muncul, namun itu pulalah yang tejadi pada
Jun Su. Aku akui, aku memang salah telah jatuh cinta padanya. Untuk itu aku
memutuskan pergi dari kehidupan kalian karena aku telah berjanji padamu bahwa
aku tidak akan merebut dia darimu.
Berbahagialah … meski
sebenarnya sangat sulit meninggalkan kota ini karena aku harus meninggalkan
seorang sahabat yang mau menerimaku apa adanya seperti dirimu.
Lee Eun Hee
Pagi
ini aku telah memesan tikat ke Gwangju, sebelum meninggalkan Seoul aku
mendatangi pantai di mana Jun Su pertama kali mengutarakan perasaannya padaku.
Selamat tinggal … Jun Su, kusimpan cintaku padamu di pantai ini.
Kereta mulai berjalan perlahan,
perasaanku pun hancur perlahan seiring tangisanku sedihku, inikah nasib yang
harus kujalani?
Tok … tok … tok … jendela di samping
tempat dudukku berbunyi, Jun Su?! oh ya … aku memang belum berpamitan padanya.
Dia menatapku dengan mata berkaca-kaca dari balik jendela, aku berusaha sekuat
mungkin untuk tersenyum manis di hadapannya, seperti katanya, aku masih bisa
tersenyum meski beban yang kutanggung sangat berat. Aku melambaikan tangan
sambil tersenyum penuh paksaan karena menahan tangis. Selamat tinggal … kuharap
kita tidak akan bertemu lagi! dia berlari mengejar kereta meski itu sia-sia
saja…
Selamat tinggal, percayalah kau akan
selalu hidup dalam hatiku. Dari kejauhan aku melihat Hyo Ri juga datang ke
stasiun, senyumku semakin berkembang … kalian akan selalu kukenang, percayalah!
sejujurnya … yang membuatku berat meninggalkan kota ini adalah meninggalkan
sahabat yang mau menerimaku apa adanya dan meninggalkan … seorang pria yang
mencintaiku dengan tulus. Hiks …
~The End~
No comments:
Post a Comment