“Lebih baik kita akhiri hubungan
kita sampai di sini saja!” ucapnya,
“Tapi kenapa?” tanyaku pasrah, aku
memang sudah memprediksi hal ini sebelumnya.
“Aku bosan denganmu!” aku bagai
tersambar petir mendengar alasanya, aku sungguh tidak menyangka dia akan
sejujur itu. “Ayolah… sadar sedikit, gadis sepertimu mana ada yang suka! Lihat
dirimu, kau pendek, kulitmu gelap, chubby, dan sama sekali tak punya daya
tarik!”
“La…lu… kenapa kau mau jadi pacarku
selama ini kalau memang aku tidak punya daya tarik?!”
“Aku hanya kasihan padamu makanya
aku ingin menjagamu. Tapi lama kelamaan berada di dekatmu membuat pamorku
jatuh, teman-temanku meremehkan aku hanya karena aku berpacaran denganmu!”
perlahan air mataku bercucuran, aku tak sanggup lagi menahan sesak di dadaku.
“Kasihan?”
lirihku.
“Baiklah…
hanya itu yang ingin kukatakan padamu, sampai jumpa mantan pacarku!” Dia kemudian berbalik dan meninggalkanku tanpa
sedikitpun rasa bersalah.
“Yaa… Lee Donghae, tidak inginkah
kau mengatakan maaf karena memutuskanku begitu saja?”
“Mwo? Maaf? Kau bercanda? Seharusnya
kau berterima kasih padaku, setidaknya aku membantumu menepis terkaan
siswa-siswi yang mengatakan gadis sepertimu tidak akan mendapat pacar. Seorang
ketua klub tari yang menjadi pujaan para siswi di sekolah ini dengan rendah
hati mengizinkanmu menjadi pacarnya!!! Bukankah itu hal yang diluar nalar?”
serunya penuh percaya diri. “Sudahlah… kau pasti hanya shock makanya
perkataanmu jadi tidak masuk akal. Bagaimanapun terima kasih karena selama ini
kau sudah mau membantuku mengerjakan semua tugas sekolahku. Sampai jumpa!”
Buggg… tiba-tiba ada bola basket yang melayang
ke arah Donghae dan sukses menimpuk kepalanya.
“Hya…!!!”
Donghae meringis memegang kepalanya. “Siapa yang melakukannya?!” pekiknya, di
pandanginya setiap sudut tempatnya berdiri untuk mencari si pelaku,
“Kalian ribut sekali!! Aku jadi
tidak bisa tidur!” bentak Siwon dari seberang. Donghae terkejut melihat seorang
Choi Siwon, sang penguasa sekolah, berdiri di seberang dengan tatapan yang
mematikan, terlebih lagi aku.
“Mianhe… aku tidak tahu kalau kau
tidur di sana! Jeongmal mianhe!!!” seru Donghae ketakutan. Segera dia kabur
dari atap gedung itu sehingga yang tertinggal hanya aku yang baru
diputuskannya. Blang… aku mulai ketakutan melihat Siwon memandangku dengan
tatapan yang tidak bersahabat.
“Mianheyeo!!!” ucapku gemetar dan
segera kabur mengikuti langkah Donghae.
♥_♥
“Gwansim…!!!” lengkingan Sungyeon
membuat langkahku terhenti. Aku berbalik dan kulihat sahabatku itu berlari menghampiriku.
“Katanya kau putus dengan Donghae?” pertanyaan itu membuatku manyun. Aku tidak
menjawab, malah kuteruskan langkahku menelusuri koridor untuk segera pulang.
“Yaa… aku sudah bilang ‘kan dari
dulu kalau Donghae hanya memanfaatkanmu saja, dia hanya menjadikanmu mesin
kerja PR-nya. Anak tidak tahu apa-apa itu tentu butuh seorang anak jenius untuk
membantunya mendongkrak nila-nilainya. Dan seperti ketiban durian runtuh, dia
menemukan seorang siswi jenius tapi tolol untuk dijadikan budaknya!!!”
“Sungyeon, chugolle?!” kau mau mati
ya? Bentakku menatap tajam padanya.
“Nde… lebih baik kau bunuh aku
daripada aku mati perlahan-lahan karena sakit hati melihatmu dimanfaatkan oleh
namja sok keren itu!” ternyata Sungyeon tak gentar sama sekali. Kuhentikan
langkahku dan serta merta memeluk Sungyeon,
“Dia bilang aku tidak menarik sama
sekali. Aku pendek lah, berkulit gelap lah… sakit sekali!!!” aku sesenggukan di
bahu sahabatku itu.
“Huft… sudahlah… sekarang kau sudah
tahu siapa dia sebenarnya ‘kan? Jadi lupakan dia dan jangan pernah mengharapkannya
lagi!” hibur Sungyeon.
Usai menangis, perasaanku menjadi
sedikit lebih tenang. Bersama sahabat kentalku itu, aku berjalan sampai di
depan sekolah. Beberapa siswa yang tidak dapat dikatakan sedikit, berkerumun
sehingga tak menyisahkan jalan di koridor.
“Pasti mereka lagi yang lewat!”
dengus Sungyeon, mereka? Maksudnya sang Flower
Guys? Tiga orang namja yang nampak bersinar dibanding siswa lainnya
berjalan penuh kharisma di koridor sekolah. Para siswa yang berkerumun
memberikan jalan khusus untuk mereka seakan mereka sedang berjalan di red
carpet.
“Wah… Siwon seperti pangeran ya?!”
bisik seorang siswi sebelahku.
“Kyuhyun Oppa juga!!” sela siswi di
sampingnya.
“Sungmin Sunbae… dia benar-benar
cute!!” kali ini aku kaget, ya… bagaimana tidak seorang siswa di dekatku
memandang pria bernama Sungmin itu sambil mengeluarkan ilernya. Aku hanya dapat
menatap takjub pada ketiga namja yang tengah dikerubuti siswa-siswi persis
seorang selebriti dikerubuti fansnya. Sesaat namja yang bernama Siwon melirik
ke arahku, aku kaget bukan kepalang. Bagaimana tidak, Siwon adalah satu-satunya
saksi hidup yang melihatku diputuskan oleh Donghae dengan alasan yang sangat
memalukan. Sepersekian detik berikutnya Siwon membuang tatapannya ke arah lain.
“Apa kau tidak lihat tadi, Prince Siwon
melirik ke arahku!” seru siswi di sampingku,
“Salah, dia melirik ke arahku!”
bantah temannya. Mereka pun bertengkar berebut tatapan Siwon tadi yang entah
untuk siapa.
Choi
Siwon; keluarganya pemilik jaringan Alfa Mart se-Korea, pemilik brand terkenal Boryeong
yang pasarannya telah sampai ke seluruh penjuru dunia sekaligus pendiri Hyundai
department store, pusat perbelanjaan termegah di Korea, ayahnya pemilik yayasan
Universitas Sungkongheo sekaligus guru besar di jurusan Bisnis, ibunya seorang
diplomat ulung dalam pemerintahan, bisa dikatakan kalau keluarga Choi
mempengaruhi tiga sentra kehidupan masyarakat Korea yaitu sentra ekonomi,
pendidikan dan politik.
Lee
Sungmin; keluarganya pemilik jaringan Hotel Seoul dengan cabang-cabangnya yang
tersebar di seluruh penjuru Asia, memiliki perusahaan penerbangan pribadi,
serta penguasa ekspor dan impor di Korea. Cho Kyuhyun; keluarganya pemilik
rumah sakit internasional dan pendiri yayasan jantung terbesar di Asia, pendiri
game center dan pemilik beberapa brand game terkenal.
“Kau dijemput lagi oleh Yesung
Oppa?” tanya Sungyeon dengan mata berbinar saat kami berhasil melalui kerumunan
siswa.
“Nde, wae?” balasku yang sudah
mengerti maksudnya. Sungyeon cengengesan sendiri yang artinya dia mau numpang
juga. “Oppa hanya menggunakan skuter soalnya mobil kami masuk bengkel lagi!”
lanjutku.
“Yah…” gerutu Sungyeon, sesaat
kemudian orang yang dibicarakan datang dengan skuter khas pengantar makanan.
“Anyeong Haseyo Oppa!!” sapa Sungyeon
lembut pada kakakku, Yesung Oppa, diapun membalas dengan tersenyum.
“Baru mengantar pesanan Oppa?” tanyaku.
Yesung hanya mengangguk, buru-buru aku naik ke skuter itu, “Sungyeon~a mianhe
kau tidak bisa numpang!”
“Aniyo, gwencana!” elak Sungyeon
meski jelas sekali ada raut kecewa di matanya.
“Sungyeon… kami pergi dulu!” pamit Yesung
Oppa,
“Nde… hati-hati Oppa!” balas gadis
itu dengan senyum renyah. Aku tahu kalau sahabatku itu naksir Oppa namun
sepertinya Oppa hanya menganggapnya sebagai adik, mungkin karena Sungyeon
temanku.
Skuter kami berhenti saat lampu
merah, untuk menghusir penat menunggu, kujelajahi jalan dengan penglihatanku.
Tak disangka skuterku berhenti bersebelahan dengan mobil ‘penguasa sekolah’.
Dengan jelas kulihat Kyuhyun sedang asyik bermain PSP, Sungmin sedang membaca
majalah, sementara Siwon… ups dia juga tengah melihat-lihat jalan. Alhasil
pandangan kami bertemu, aku shock dan buru-buru membenamkan wajahku di punggung
oppa. Beberapa saat kemudian skuter kami kembali berjalan diiringi dengan
tarikan napas legaku.
“Waeyo saeng?” tanya Oppa, “Kau
sakit?”
“Aniyo Oppa, cuma kepanasan makanya
kupinjam punggungmu!” jawabku bohong.
Flower + Guys
Hari pertama bertemu dengan Donghae
semenjak putus kemarin, membuatku kikuk. Apalagi saat ini Donghae telah
menggandeng Jessica sebagai pacar barunya. Aku benar-benar terlihat seperti
orang bodoh saat Donghae sengaja mempertontonkan kemesraannya bersama gadis
pirang itu. Huh… aku seharusnya mengikuti saran Sungyeon untuk mengundurkan
diri sebagai pengurus klub tari. Kalau terus begini aku akan selalu jadi objek
cemoohan member klub saat latihan tiba.
Kutenteng
kantong belanjaanku yang lumayan berat menelusuri lapangan. Baiklah, kuputuskan
keluar saja dari klub itu daripada aku dijadikan pembantu untuk mengurusi
keperluan mereka yang ternyata sering mencemoohku di belakangku. Sebuah bola
basket menggelinding ke arahku dan mengenai ujung kakiku.
“Lemparkan
bolanya!” pinta seseorang tiba-tiba, aku menoleh ke samping, ya ampun… Choi
Siwon!!!! pekikku dalam hati, dia bermain sendirian di lapangan ini. Dengan
tangan bergetar kuoper bola itu ke arahnya dan wuih… terlalu jauh. Dia berdecak
kesal memandangku, mungkin dia pikir aku sedang mempermainkannya.
“Mianheyeo…”
pelasku, aku segera mengambil bola itu, aku tidak mau dia mengerjaiku seperti
yang telah dia lakukan pada beberapa siswa yang mencoba melawannya, dan mereka
pun berakhir keluar dari sekolah, itupun mereka sendiri yang mengundurkan diri.
Kemarahan Siwon berarti kemarahan sekolah, tak segan-segan para pengikutnya
mengerjai siswa yang membangkang itu.
“Ini…”
ucapku gemeteran sambil menyodorkan bola itu padanya. Secepat kilat aku kabur
usai memastikan aku mengembalikan bola itu padanya. Napasku tersengal karena
berlari melalui beberapa anak tangga, aku berhenti sejenak untuk sekedar
mengumpulkan oksigen di paru-paruku. Ya ampun… sungguh mengerikan orang itu,
sang pewaris jaringan Hyundai
se-Korea. Jangan sampai aku membuat masalah dengannya, aku masih sayang
nyawaku. Kasihan orang tua dan kakakku yang bekerja keras menyekolahkan aku,
kalau aku dikeluarkan hanya karena bermasalah dengan Choi Siwon… lebih baik aku
bunuh diri.
Setelah
lama beristirahat, aku pun kembali ke klub. Kutepuk jidatku keras saat aku
berada di koridor, aku baru ingat kalau aku tidak membawa belanjaanku. Astaga
kenapa aku begitu bodoh begini? Pasti member di klub sudah menunggu, Donghae
pasti tengah kehausan sekarang. Aduh… mana belanjaannya ketinggalan di
lapangan, aku tidak berani lagi ke sana kalau Siwon masih ada.
“Yaa…”
kurasakan ada orang yang memanggilku, aku berbalik dan mendapatkan sosok Siwon
berdiri sambil menenteng belanjaanku. “Milikmu kelupaan tadi!” dia
menyodorkannya padaku. Aku tertegun, apa ini mimpi? Seorang penguasa sekolah
membawakan belanjaanku? Tuan Muda Kerajaan Hyundai
mengejarku hanya untuk mengembalikan belanjaanku?
“Mau
sampai kapan kau bengong begitu? Tanganku pegal!” tegurnya. Aku kembali ke alam
sadarku, segera kuambil kantongan putih yang lumayan berat itu.
“Gomapseumnida!”
aku membungkukkan badanku dan segera pergi. Aku melangkah cepat, sesekali aku
melirik ke belakang, huh… kenapa dia mengikutiku? Akhirnya aku sampai juga di
klub, setidaknya tempat ini lebih aman dibanding aku harus bersama Siwon.
“Yaa…
kenapa kau lama sekali?!” cerocos Jessica saat melihatku tiba. “Kau tahu kami
kehausan, kau sengaja ya agar kami mati dehidrasi?!”
“Mianhe…
bawaanku cukup berat sehingga jalanku lambat makanya kelamaan!” lirihku.
“Kalau
kau sudah bosan menjadi pengurus, lebih baik kau mengundurkan diri saja!” tegur
Donghae, dia mengambil kantongan itu kemudian membagikan isinya pada member
lain. Brushhhh… Jessica langsung kena semprot begitu dia membuka kaleng soda
bagiannya, alhasil wajah dan bajunya basah, beberapa member terkikih melihatnya.
“Apa-apaan
ini? Kau mau cari mati?!” bentaknya sambil mendorongku hingga aku mundur
selangkah. “Kau pasti mengocok soda ini untuk mempermalukanku, iya kan? Kau
melakukan ini karena kau iri padaku, katakan saja!”
“Aku…
aku tidak melakukan apa-apa pada soda itu, lagipula kalau aku mengocoknya, mana
kutahu kalau kau yang dapat soda itu nantinya!” aku mencoba membela.
“Irgh…
kau sangat menyebalkan!” Jessica mengayunkan tangannya ke arahku, kututup
mataku saking takutnya. Beberapa saat kemudian tidak terjadi apa-apa, tidak ada
tamparan ya? Segera kubuka mataku, kulihat wajah shock Jessica yang matanya
membulat menatap sesuatu di belakangku. Aku penasaran dan segera menoleh, Choi…
Choi Siwon menyelamatkan aku dari tamparan Jessica!!! Dia… dia… menahan tangan
gadis itu agar tidak mengenai wajahku!!!
“Begini
perlakuan member klub ini pada sesamanya?” tanya Siwon dingin kemudian
dihempaskannya tangan mungil gadis itu. “Aku yang melakukan semua ini, aku
melakukannya untuk menyadarkan kalian kalau pacarku ini bukan pembantu!” Ha???
Ddddd…dia bilang apa?
“Siapa
ketua klubnya?” tanya Siwon meski dia tahu kalau Donghae lah yang dia maksud.
“Aku!”
jawab Donghae gugup,
“Dengarkan
baik-baik, aku tidak tahu apa alasannya yeoja
chingu-ku tetap ingin menjadi pengurus klub ini dan akupun tidak bisa
melarang… jadi aku ingin kalian memperlakukannya sebagaimana mestinya! Arro?”
Donghae bergidik,
“Nde…”
jawabnya singkat.
Dalam
waktu sekejap, bagaikan angin yang brhembus kencang, berita mengenai pengakuan
Siwon bahwa aku adalah pacarnya merebak seantero sekolah. Siswa-siswi gempar
mengenai berita itu, bagaimana tidak, gadis yang tak punya daya tarik sepertiku
bisa berpacaran dengan pangeran pujaan seluruh siswi di sekolah.
“Bagaimana
bisa kau berpacaran dengan namja itu?!” seru Sungyeon padaku,
“Aku
juga tidak tahu… tiba-tiba saja dia mengakui aku sebagai pacarnya di hadapan
member klub, aku sendiri shock! Aduh… Yeon~a aku harus bagaimana? Kau tahu
sendiri Siwon namja seperti apa, berhadapan dengannya saja aku takut apalagi…”
“Hm…
sepertinya terjadi sesuatu di kepalanya, dengan alasan apa dia menjadikanmu
pacarnya? Donghae saja tidak selevel denganmu apalagi dia…”
“Yaa…kau
ini temanku bukan sih?!” gerutuku kesal.
“He…he…
aku hanya menyuarakan kata hatiku!” dia cengengesan di depanku, “Tapi memang
aneh, coba kau pikirkan, mengenalmu pun tidak, tapi kenapa dia mengakuimu
pacar? Nama harumnya bisa jadi bau karena pengakuannya itu!”
“Kau
benar-benar ingin mati!” kucekik Sungyeon sampai wajahnya memerah.
“Gwansim~a…”
seseorang menegurku, Choi Siwon! “Ayo kita pulang!” ajaknya. Aku seperti
terhipnotis, aku masih sayang nyawaku makanya aku tak menolak sedikitpun. Aku
sudah berpesan pada Sungyeon kalau Yesung Oppa menjemput, katakan saja aku ada
urusan mendadak yang tidak dapat aku tinggalkan. Dengan senang hati gadis itu
menyanggupi, tentu saja! Dia jadi bisa leluasa nebeng pada Oppaku.
Kyuhyun
dan Sungmin menatapku lekat-lekat dari atas sampai bawah. Mereka saling pandang
dengan wajah keheranan.
“Hyung…
kau yakin?” tanya Kyuhyun, “Aku bisa mengenalkanmu dengan gadis lain yang lebih
seksi dan cantik!” huh… dasar playboy kakap, aku tahu selama ini kau
dikelilingi gadis-gadis cantik namun apa salahnya kalau kau menjaga sedikit
perasaanku?
“Wonie…
aku masih lebih baik dari dia!” Sungmin cemberut. Siwon hanya tersenyum,
“Hyung
dan Saeng pulang saja duluan, aku masih ada urusan dengan Gwansim!” buru-buru
dia memasukkan aku ke Audy putihnya dan
meluncur mantap melalui gerbang sekolah. Kusadari seluruh siswa memandangi
kejadian tadi, kami menjadi pusat perhatian mereka.
Siwon
menghentikan mobilnya di depan sebuah salon, akupun turun mengikuti langkahnya.
Memang sedari tadi kami hanya saling diam,
“Ommo!
Wonie… kau datang!” seorang namja berwajah cantik meyambut kami di depan pintu.
Siwon tersenyum dan terjadilah percakapan asyik di antara mereka. Kupandangi
namja itu dari atas sampai bawah, ya ampun… dia membuatku minder sebagai wanita
tulen. Rambut namja itu tergerai seleher, matanya besar, bibirnya pink tipis,
tubuhnya langsing dengan kulit putih bersih. Seandainya tadi aku tidak
memperhatikan bagian dadanya yang rata aku pasti sukses menyangka dia yeoja.
“Kau
membawa siapa?” tanyanya saat menyadari Siwon tidak sendirian.
“Oh…
namanya Kim Gwansim!”
“Nugu?”
tanyanya cemas
“Nae
Yuchin!” jawab Siwon.*yeoja chingu disingkat yuchin = pacar* namja cantik itu
melotot horor padaku. Ekspresi yang tak jauh beda dari Kyuhyun dan Sungmin
tadi. Aku jadi cemberut,
“Hee
Chul Hyung… tolong dandani dia, buat dia secantik mungkin bahkan lebih cantik
darimu!” aku melongo, dandan? Jadi dia membawaku ke sini untuk dandan? Kupikir
dia yang akan dandan sementara aku hanya menemaninya.
Lebih
sejam aku dipermak oleh namja cantik ini yang ternyata bernama Hee Chul. Jari-jemarinya
yang kurus dan lentik bermain indah di wajah dan rambutku.
“Ok!
Selesai!” ucapnya puas, kutatap wajahku di cermin, ha… kali ini aku yang
menatap horror pada keadaanku. Aku sampai pangling bahkan tidak mengenali
wajahku sendiri. Siwon dan Hee Chul Oppa tersenyum melihatku,
“Sudah
kubilang dia memang cantik, hanya saja dia tidak tahu berdandan!” ungkap Siwon.
Rambut lurusku dibuat bergelombang dengan poni ke samping dan alisku sedikit
dirapikan, Hee Chul Oppa juga mengajariku menggunakan alat-alat make-up; bedak,
lip glos, eye shadow, dan blush on.
“Neomu
kyeopta!” ucap Hee Chul Oppa berbinar, “Rajinlah mampir di tempatku biar
kuajarkan bagaimana cara berdandan. Kau tidak cocok dengan dandanan tebal,
cukup yang tipis.” Aku hanya tersenyum, lalu kenapa tadi kau sempat menatap
horror padaku.
Siwon
mengantarku pulang, di perjalanan sekali lagi kami hanya diam. Sepertinya aku
harus mengajaknya ngobrol, aku sungguh tidak terbiasa dengan keadaan kaku
seperti ini.
“Waeyo?
Kenapa sedari tadi kulihat kau gelisah?” tanya Siwon tiba-tiba.
“Eh…anu…
itu…em…” aku jadi gugup, “Kenapa kau melakukan ini padaku?” akhirnya keluar
juga pertanyaan itu. “Kenapa kau sangat baik padaku?”
“Kau
tidak suka?” tanyanya balik.
“Bukan
begitu, aku jadi merasa tidak enak. Tiba-tiba saja kau mengakui aku sebagai
pacarmu padahal kau sama sekali tidak mengenalku! Aku bukan gadis popular juga
bukan gadis yang menarik…bila dibandingkan denganmu, aku tidak ada
pantas-pantasnya.”
“Aku
malas menjawabnya, jadi jangan bertanya apa-apa lagi. Kau cukup mengikuti
langkahku saja, kau hanya harus percaya aku hanya ingin membantumu!”
Aku
menatap kepergian Siwon sesaat setelah aku tiba di depan kedai milik keluargaku,
kau cukup mengikuti langkahku saja, kau
hanya harus percaya aku hanya ingin membantumu… kata-katanya terngiang di
kepalaku.
“Gwansim???”
tegur seseorang, aku berpaling, kulihat ibuku menatap tidak percaya padaku.
“Eomma…
apa aku cantik?!” tanyaku percaya diri.
“Aku
sampai tidak mengenali putriku sendiri! kau sangat cantik!” puji Eomma, kulihat
Yesung Oppa mendekat, pandangannya tak lepas dariku, sama seperti eomma tadi.
“Gwansim???”
tanyanya mencoba meyakinkan dirinya.
to be continued ...
No comments:
Post a Comment