Thursday 11 June 2015

FF Flower + Guys - Part 1

Inspirited from manga best seller “Hanayori Dango”

                                                                                      
                                     
            “Lebih baik kita akhiri hubungan kita sampai di sini saja!” ucapnya,
            “Tapi kenapa?” tanyaku pasrah, aku memang sudah memprediksi hal ini sebelumnya.
            “Aku bosan denganmu!” aku bagai tersambar petir mendengar alasanya, aku sungguh tidak menyangka dia akan sejujur itu. “Ayolah… sadar sedikit, gadis sepertimu mana ada yang suka! Lihat dirimu, kau pendek, kulitmu gelap, chubby, dan sama sekali tak punya daya tarik!”
            “La…lu… kenapa kau mau jadi pacarku selama ini kalau memang aku tidak punya daya tarik?!”
            “Aku hanya kasihan padamu makanya aku ingin menjagamu. Tapi lama kelamaan berada di dekatmu membuat pamorku jatuh, teman-temanku meremehkan aku hanya karena aku berpacaran denganmu!” perlahan air mataku bercucuran, aku tak sanggup lagi menahan sesak di dadaku.
            “Kasihan?” lirihku.                                
“Baiklah… hanya itu yang ingin kukatakan padamu, sampai jumpa mantan pacarku!” Dia  kemudian berbalik dan meninggalkanku tanpa sedikitpun rasa bersalah.
            “Yaa… Lee Donghae, tidak inginkah kau mengatakan maaf karena memutuskanku begitu saja?”   
            “Mwo? Maaf? Kau bercanda? Seharusnya kau berterima kasih padaku, setidaknya aku membantumu menepis terkaan siswa-siswi yang mengatakan gadis sepertimu tidak akan mendapat pacar. Seorang ketua klub tari yang menjadi pujaan para siswi di sekolah ini dengan rendah hati mengizinkanmu menjadi pacarnya!!! Bukankah itu hal yang diluar nalar?” serunya penuh percaya diri. “Sudahlah… kau pasti hanya shock makanya perkataanmu jadi tidak masuk akal. Bagaimanapun terima kasih karena selama ini kau sudah mau membantuku mengerjakan semua tugas sekolahku. Sampai jumpa!”
             Buggg… tiba-tiba ada bola basket yang melayang ke arah Donghae dan sukses menimpuk kepalanya.
“Hya…!!!” Donghae meringis memegang kepalanya. “Siapa yang melakukannya?!” pekiknya, di pandanginya setiap sudut tempatnya berdiri untuk mencari si pelaku,
            “Kalian ribut sekali!! Aku jadi tidak bisa tidur!” bentak Siwon dari seberang. Donghae terkejut melihat seorang Choi Siwon, sang penguasa sekolah, berdiri di seberang dengan tatapan yang mematikan, terlebih lagi aku.
            “Mianhe… aku tidak tahu kalau kau tidur di sana! Jeongmal mianhe!!!” seru Donghae ketakutan. Segera dia kabur dari atap gedung itu sehingga yang tertinggal hanya aku yang baru diputuskannya. Blang… aku mulai ketakutan melihat Siwon memandangku dengan tatapan yang tidak bersahabat.
            “Mianheyeo!!!” ucapku gemetar dan segera kabur mengikuti langkah Donghae.
♥_♥
            “Gwansim…!!!” lengkingan Sungyeon membuat langkahku terhenti. Aku berbalik dan kulihat sahabatku itu berlari menghampiriku. “Katanya kau putus dengan Donghae?” pertanyaan itu membuatku manyun. Aku tidak menjawab, malah kuteruskan langkahku menelusuri koridor untuk segera pulang.
            “Yaa… aku sudah bilang ‘kan dari dulu kalau Donghae hanya memanfaatkanmu saja, dia hanya menjadikanmu mesin kerja PR-nya. Anak tidak tahu apa-apa itu tentu butuh seorang anak jenius untuk membantunya mendongkrak nila-nilainya. Dan seperti ketiban durian runtuh, dia menemukan seorang siswi jenius tapi tolol untuk dijadikan budaknya!!!”
            “Sungyeon, chugolle?!” kau mau mati ya? Bentakku menatap tajam padanya.
            “Nde… lebih baik kau bunuh aku daripada aku mati perlahan-lahan karena sakit hati melihatmu dimanfaatkan oleh namja sok keren itu!” ternyata Sungyeon tak gentar sama sekali. Kuhentikan langkahku dan serta merta memeluk Sungyeon,
            “Dia bilang aku tidak menarik sama sekali. Aku pendek lah, berkulit gelap lah… sakit sekali!!!” aku sesenggukan di bahu sahabatku itu.
            “Huft… sudahlah… sekarang kau sudah tahu siapa dia sebenarnya ‘kan? Jadi lupakan dia dan jangan pernah mengharapkannya lagi!” hibur Sungyeon.
            Usai menangis, perasaanku menjadi sedikit lebih tenang. Bersama sahabat kentalku itu, aku berjalan sampai di depan sekolah. Beberapa siswa yang tidak dapat dikatakan sedikit, berkerumun sehingga tak menyisahkan jalan di koridor.
            “Pasti mereka lagi yang lewat!” dengus Sungyeon, mereka? Maksudnya sang Flower Guys? Tiga orang namja yang nampak bersinar dibanding siswa lainnya berjalan penuh kharisma di koridor sekolah. Para siswa yang berkerumun memberikan jalan khusus untuk mereka seakan mereka sedang berjalan di red carpet.
            “Wah… Siwon seperti pangeran ya?!” bisik seorang siswi sebelahku.
            “Kyuhyun Oppa juga!!” sela siswi di sampingnya.
            “Sungmin Sunbae… dia benar-benar cute!!” kali ini aku kaget, ya… bagaimana tidak seorang siswa di dekatku memandang pria bernama Sungmin itu sambil mengeluarkan ilernya. Aku hanya dapat menatap takjub pada ketiga namja yang tengah dikerubuti siswa-siswi persis seorang selebriti dikerubuti fansnya. Sesaat namja yang bernama Siwon melirik ke arahku, aku kaget bukan kepalang. Bagaimana tidak, Siwon adalah satu-satunya saksi hidup yang melihatku diputuskan oleh Donghae dengan alasan yang sangat memalukan. Sepersekian detik berikutnya Siwon membuang tatapannya ke arah lain.
            “Apa kau tidak lihat tadi, Prince Siwon melirik ke arahku!” seru siswi di sampingku,
            “Salah, dia melirik ke arahku!” bantah temannya. Mereka pun bertengkar berebut tatapan Siwon tadi yang entah untuk siapa.
Choi Siwon; keluarganya pemilik jaringan Alfa Mart se-Korea, pemilik brand terkenal Boryeong yang pasarannya telah sampai ke seluruh penjuru dunia sekaligus pendiri Hyundai department store, pusat perbelanjaan termegah di Korea, ayahnya pemilik yayasan Universitas Sungkongheo sekaligus guru besar di jurusan Bisnis, ibunya seorang diplomat ulung dalam pemerintahan, bisa dikatakan kalau keluarga Choi mempengaruhi tiga sentra kehidupan masyarakat Korea yaitu sentra ekonomi, pendidikan dan politik.
Lee Sungmin; keluarganya pemilik jaringan Hotel Seoul dengan cabang-cabangnya yang tersebar di seluruh penjuru Asia, memiliki perusahaan penerbangan pribadi, serta penguasa ekspor dan impor di Korea. Cho Kyuhyun; keluarganya pemilik rumah sakit internasional dan pendiri yayasan jantung terbesar di Asia, pendiri game center dan pemilik beberapa brand game terkenal.  

            “Kau dijemput lagi oleh Yesung Oppa?” tanya Sungyeon dengan mata berbinar saat kami berhasil melalui kerumunan siswa.
            “Nde, wae?” balasku yang sudah mengerti maksudnya. Sungyeon cengengesan sendiri yang artinya dia mau numpang juga. “Oppa hanya menggunakan skuter soalnya mobil kami masuk bengkel lagi!” lanjutku.
            “Yah…” gerutu Sungyeon, sesaat kemudian orang yang dibicarakan datang dengan skuter khas pengantar makanan.
            “Anyeong Haseyo Oppa!!” sapa Sungyeon lembut pada kakakku, Yesung Oppa, diapun membalas dengan tersenyum.
            “Baru mengantar pesanan Oppa?” tanyaku. Yesung hanya mengangguk, buru-buru aku naik ke skuter itu, “Sungyeon~a mianhe kau tidak bisa numpang!”
            “Aniyo, gwencana!” elak Sungyeon meski jelas sekali ada raut kecewa di matanya.
            “Sungyeon… kami pergi dulu!” pamit Yesung Oppa,
            “Nde… hati-hati Oppa!” balas gadis itu dengan senyum renyah. Aku tahu kalau sahabatku itu naksir Oppa namun sepertinya Oppa hanya menganggapnya sebagai adik, mungkin karena Sungyeon temanku.
            Skuter kami berhenti saat lampu merah, untuk menghusir penat menunggu, kujelajahi jalan dengan penglihatanku. Tak disangka skuterku berhenti bersebelahan dengan mobil ‘penguasa sekolah’. Dengan jelas kulihat Kyuhyun sedang asyik bermain PSP, Sungmin sedang membaca majalah, sementara Siwon… ups dia juga tengah melihat-lihat jalan. Alhasil pandangan kami bertemu, aku shock dan buru-buru membenamkan wajahku di punggung oppa. Beberapa saat kemudian skuter kami kembali berjalan diiringi dengan tarikan napas legaku.
            “Waeyo saeng?” tanya Oppa, “Kau sakit?”
            “Aniyo Oppa, cuma kepanasan makanya kupinjam punggungmu!”  jawabku bohong.
Flower + Guys
            Hari pertama bertemu dengan Donghae semenjak putus kemarin, membuatku kikuk. Apalagi saat ini Donghae telah menggandeng Jessica sebagai pacar barunya. Aku benar-benar terlihat seperti orang bodoh saat Donghae sengaja mempertontonkan kemesraannya bersama gadis pirang itu. Huh… aku seharusnya mengikuti saran Sungyeon untuk mengundurkan diri sebagai pengurus klub tari. Kalau terus begini aku akan selalu jadi objek cemoohan member klub saat latihan tiba.
Kutenteng kantong belanjaanku yang lumayan berat menelusuri lapangan. Baiklah, kuputuskan keluar saja dari klub itu daripada aku dijadikan pembantu untuk mengurusi keperluan mereka yang ternyata sering mencemoohku di belakangku. Sebuah bola basket menggelinding ke arahku dan mengenai ujung kakiku.
“Lemparkan bolanya!” pinta seseorang tiba-tiba, aku menoleh ke samping, ya ampun… Choi Siwon!!!! pekikku dalam hati, dia bermain sendirian di lapangan ini. Dengan tangan bergetar kuoper bola itu ke arahnya dan wuih… terlalu jauh. Dia berdecak kesal memandangku, mungkin dia pikir aku sedang mempermainkannya.
“Mianheyeo…” pelasku, aku segera mengambil bola itu, aku tidak mau dia mengerjaiku seperti yang telah dia lakukan pada beberapa siswa yang mencoba melawannya, dan mereka pun berakhir keluar dari sekolah, itupun mereka sendiri yang mengundurkan diri. Kemarahan Siwon berarti kemarahan sekolah, tak segan-segan para pengikutnya mengerjai siswa yang membangkang itu.
“Ini…” ucapku gemeteran sambil menyodorkan bola itu padanya. Secepat kilat aku kabur usai memastikan aku mengembalikan bola itu padanya. Napasku tersengal karena berlari melalui beberapa anak tangga, aku berhenti sejenak untuk sekedar mengumpulkan oksigen di paru-paruku. Ya ampun… sungguh mengerikan orang itu, sang pewaris jaringan Hyundai se-Korea. Jangan sampai aku membuat masalah dengannya, aku masih sayang nyawaku. Kasihan orang tua dan kakakku yang bekerja keras menyekolahkan aku, kalau aku dikeluarkan hanya karena bermasalah dengan Choi Siwon… lebih baik aku bunuh diri.
Setelah lama beristirahat, aku pun kembali ke klub. Kutepuk jidatku keras saat aku berada di koridor, aku baru ingat kalau aku tidak membawa belanjaanku. Astaga kenapa aku begitu bodoh begini? Pasti member di klub sudah menunggu, Donghae pasti tengah kehausan sekarang. Aduh… mana belanjaannya ketinggalan di lapangan, aku tidak berani lagi ke sana kalau Siwon masih ada.
“Yaa…” kurasakan ada orang yang memanggilku, aku berbalik dan mendapatkan sosok Siwon berdiri sambil menenteng belanjaanku. “Milikmu kelupaan tadi!” dia menyodorkannya padaku. Aku tertegun, apa ini mimpi? Seorang penguasa sekolah membawakan belanjaanku? Tuan Muda Kerajaan Hyundai mengejarku hanya untuk mengembalikan belanjaanku?
“Mau sampai kapan kau bengong begitu? Tanganku pegal!” tegurnya. Aku kembali ke alam sadarku, segera kuambil kantongan putih yang lumayan berat itu.
“Gomapseumnida!” aku membungkukkan badanku dan segera pergi. Aku melangkah cepat, sesekali aku melirik ke belakang, huh… kenapa dia mengikutiku? Akhirnya aku sampai juga di klub, setidaknya tempat ini lebih aman dibanding aku harus bersama Siwon.
“Yaa… kenapa kau lama sekali?!” cerocos Jessica saat melihatku tiba. “Kau tahu kami kehausan, kau sengaja ya agar kami mati dehidrasi?!”
“Mianhe… bawaanku cukup berat sehingga jalanku lambat makanya kelamaan!” lirihku.
“Kalau kau sudah bosan menjadi pengurus, lebih baik kau mengundurkan diri saja!” tegur Donghae, dia mengambil kantongan itu kemudian membagikan isinya pada member lain. Brushhhh… Jessica langsung kena semprot begitu dia membuka kaleng soda bagiannya, alhasil wajah dan bajunya basah, beberapa member terkikih melihatnya.
“Apa-apaan ini? Kau mau cari mati?!” bentaknya sambil mendorongku hingga aku mundur selangkah. “Kau pasti mengocok soda ini untuk mempermalukanku, iya kan? Kau melakukan ini karena kau iri padaku, katakan saja!”
“Aku… aku tidak melakukan apa-apa pada soda itu, lagipula kalau aku mengocoknya, mana kutahu kalau kau yang dapat soda itu nantinya!” aku mencoba membela.
“Irgh… kau sangat menyebalkan!” Jessica mengayunkan tangannya ke arahku, kututup mataku saking takutnya. Beberapa saat kemudian tidak terjadi apa-apa, tidak ada tamparan ya? Segera kubuka mataku, kulihat wajah shock Jessica yang matanya membulat menatap sesuatu di belakangku. Aku penasaran dan segera menoleh, Choi… Choi Siwon menyelamatkan aku dari tamparan Jessica!!! Dia… dia… menahan tangan gadis itu agar tidak mengenai wajahku!!!
“Begini perlakuan member klub ini pada sesamanya?” tanya Siwon dingin kemudian dihempaskannya tangan mungil gadis itu. “Aku yang melakukan semua ini, aku melakukannya untuk menyadarkan kalian kalau pacarku ini bukan pembantu!” Ha??? Ddddd…dia bilang apa?
“Siapa ketua klubnya?” tanya Siwon meski dia tahu kalau Donghae lah yang dia maksud.
“Aku!” jawab Donghae gugup,
“Dengarkan baik-baik, aku tidak tahu apa alasannya yeoja chingu-ku tetap ingin menjadi pengurus klub ini dan akupun tidak bisa melarang… jadi aku ingin kalian memperlakukannya sebagaimana mestinya! Arro?” Donghae bergidik,
“Nde…” jawabnya singkat.

Dalam waktu sekejap, bagaikan angin yang brhembus kencang, berita mengenai pengakuan Siwon bahwa aku adalah pacarnya merebak seantero sekolah. Siswa-siswi gempar mengenai berita itu, bagaimana tidak, gadis yang tak punya daya tarik sepertiku bisa berpacaran dengan pangeran pujaan seluruh siswi di sekolah.
“Bagaimana bisa kau berpacaran dengan namja itu?!” seru Sungyeon padaku,
“Aku juga tidak tahu… tiba-tiba saja dia mengakui aku sebagai pacarnya di hadapan member klub, aku sendiri shock! Aduh… Yeon~a aku harus bagaimana? Kau tahu sendiri Siwon namja seperti apa, berhadapan dengannya saja aku takut apalagi…”
“Hm… sepertinya terjadi sesuatu di kepalanya, dengan alasan apa dia menjadikanmu pacarnya? Donghae saja tidak selevel denganmu apalagi dia…”
“Yaa…kau ini temanku bukan sih?!” gerutuku kesal.
“He…he… aku hanya menyuarakan kata hatiku!” dia cengengesan di depanku, “Tapi memang aneh, coba kau pikirkan, mengenalmu pun tidak, tapi kenapa dia mengakuimu pacar? Nama harumnya bisa jadi bau karena pengakuannya itu!”
“Kau benar-benar ingin mati!” kucekik Sungyeon sampai wajahnya memerah.
“Gwansim~a…” seseorang menegurku, Choi Siwon! “Ayo kita pulang!” ajaknya. Aku seperti terhipnotis, aku masih sayang nyawaku makanya aku tak menolak sedikitpun. Aku sudah berpesan pada Sungyeon kalau Yesung Oppa menjemput, katakan saja aku ada urusan mendadak yang tidak dapat aku tinggalkan. Dengan senang hati gadis itu menyanggupi, tentu saja! Dia jadi bisa leluasa nebeng pada Oppaku.
Kyuhyun dan Sungmin menatapku lekat-lekat dari atas sampai bawah. Mereka saling pandang dengan wajah keheranan.
“Hyung… kau yakin?” tanya Kyuhyun, “Aku bisa mengenalkanmu dengan gadis lain yang lebih seksi dan cantik!” huh… dasar playboy kakap, aku tahu selama ini kau dikelilingi gadis-gadis cantik namun apa salahnya kalau kau menjaga sedikit perasaanku?
“Wonie… aku masih lebih baik dari dia!” Sungmin cemberut. Siwon hanya tersenyum,
“Hyung dan Saeng pulang saja duluan, aku masih ada urusan dengan Gwansim!” buru-buru dia memasukkan aku ke Audy putihnya dan meluncur mantap melalui gerbang sekolah. Kusadari seluruh siswa memandangi kejadian tadi, kami menjadi pusat perhatian mereka.
Siwon menghentikan mobilnya di depan sebuah salon, akupun turun mengikuti langkahnya. Memang sedari tadi kami hanya saling diam,
“Ommo! Wonie… kau datang!” seorang namja berwajah cantik meyambut kami di depan pintu. Siwon tersenyum dan terjadilah percakapan asyik di antara mereka. Kupandangi namja itu dari atas sampai bawah, ya ampun… dia membuatku minder sebagai wanita tulen. Rambut namja itu tergerai seleher, matanya besar, bibirnya pink tipis, tubuhnya langsing dengan kulit putih bersih. Seandainya tadi aku tidak memperhatikan bagian dadanya yang rata aku pasti sukses menyangka dia yeoja.
“Kau membawa siapa?” tanyanya saat menyadari Siwon tidak sendirian.
“Oh… namanya Kim Gwansim!”
“Nugu?” tanyanya cemas
“Nae Yuchin!” jawab Siwon.*yeoja chingu disingkat yuchin = pacar* namja cantik itu melotot horor padaku. Ekspresi yang tak jauh beda dari Kyuhyun dan Sungmin tadi. Aku jadi cemberut,
“Hee Chul Hyung… tolong dandani dia, buat dia secantik mungkin bahkan lebih cantik darimu!” aku melongo, dandan? Jadi dia membawaku ke sini untuk dandan? Kupikir dia yang akan dandan sementara aku hanya menemaninya.
Lebih sejam aku dipermak oleh namja cantik ini yang ternyata bernama Hee Chul. Jari-jemarinya yang kurus dan lentik bermain indah di wajah dan rambutku.
“Ok! Selesai!” ucapnya puas, kutatap wajahku di cermin, ha… kali ini aku yang menatap horror pada keadaanku. Aku sampai pangling bahkan tidak mengenali wajahku sendiri. Siwon dan Hee Chul Oppa tersenyum melihatku,
“Sudah kubilang dia memang cantik, hanya saja dia tidak tahu berdandan!” ungkap Siwon. Rambut lurusku dibuat bergelombang dengan poni ke samping dan alisku sedikit dirapikan, Hee Chul Oppa juga mengajariku menggunakan alat-alat make-up; bedak, lip glos, eye shadow, dan blush on.
“Neomu kyeopta!” ucap Hee Chul Oppa berbinar, “Rajinlah mampir di tempatku biar kuajarkan bagaimana cara berdandan. Kau tidak cocok dengan dandanan tebal, cukup yang tipis.” Aku hanya tersenyum, lalu kenapa tadi kau sempat menatap horror padaku.
Siwon mengantarku pulang, di perjalanan sekali lagi kami hanya diam. Sepertinya aku harus mengajaknya ngobrol, aku sungguh tidak terbiasa dengan keadaan kaku seperti ini.
“Waeyo? Kenapa sedari tadi kulihat kau gelisah?” tanya Siwon tiba-tiba.
“Eh…anu… itu…em…” aku jadi gugup, “Kenapa kau melakukan ini padaku?” akhirnya keluar juga pertanyaan itu. “Kenapa kau sangat baik padaku?”
“Kau tidak suka?” tanyanya balik.
“Bukan begitu, aku jadi merasa tidak enak. Tiba-tiba saja kau mengakui aku sebagai pacarmu padahal kau sama sekali tidak mengenalku! Aku bukan gadis popular juga bukan gadis yang menarik…bila dibandingkan denganmu, aku tidak ada pantas-pantasnya.”
“Aku malas menjawabnya, jadi jangan bertanya apa-apa lagi. Kau cukup mengikuti langkahku saja, kau hanya harus percaya aku hanya ingin membantumu!”
Aku menatap kepergian Siwon sesaat setelah aku tiba di depan kedai milik keluargaku, kau cukup mengikuti langkahku saja, kau hanya harus percaya aku hanya ingin membantumu… kata-katanya terngiang di kepalaku.
“Gwansim???” tegur seseorang, aku berpaling, kulihat ibuku menatap tidak percaya padaku.
“Eomma… apa aku cantik?!” tanyaku percaya diri.
“Aku sampai tidak mengenali putriku sendiri! kau sangat cantik!” puji Eomma, kulihat Yesung Oppa mendekat, pandangannya tak lepas dariku, sama seperti eomma tadi.
“Gwansim???” tanyanya mencoba meyakinkan dirinya.



to be continued ...

No comments:

Post a Comment