Saturday 20 June 2015

FF Flower + Guys - Part 6



sebelumnya di Flower + Guys (Part 5)


“Selamat pagi Pak!” salam Siwon saat memasuki ruangan, “Ada apa lagi memanggilku?!” tanyanya pada Pak kepala,
“Bukan Pak Lee yang memanggilmu!” ahjumma itu muncul di hadapan Siwon dan sukses membuat sang penguasa sekolah itu mundur tiga langkah.

“Eomma!!” pekiknya. Eomma? Aku dan Donghae saling tatap penuh kaget,
“Nde Eomma!” jawab ahjumma itu, “Jadi begini pekerjaanmu di sekolah? Pantas akhir-akhir ini kamu terlihat berbeda di rumah, uring-uringan tidak menentu, para pelayan kau bentak seperti kau tidak tahu tata karma. Sampai adikmu saja takut mendekat padamu,”
“Untuk apa Eomma datang ke sekolah?” tanyanya
“Untuk memergokimu berlaku semena-mena pada teman-temanmu. Bagus ya… sejak kapan kau memiliki kewenangan mengatur sekolah ini? Kau hanya siswa, hakmu hanya sampai pada mendapat pengajaran dan perlakuan baik dari warga sekolah, otoritasmu tidak sampai mengeluarkan siswa dari sekolah apalagi sampai menekan kepala sekolah!”
“Eomma bukan begitu…”
“Apanya yang bukan begitu? Mereka sudah menceritakan semua pada Eomma!” bentak eommanya, Siwon menatap pak kepala dengan garang, seakan melemparkan protes mengapa anda menceritakan semua pada ibuku. “Huh… kalau patah hati jangan sampai mengeluarkan orang dari sekolah dong, apa lagi sampai membuatnya putus sekolah!” cibir eommanya. Siwon buru-buru menutup mulut ibunya,
“Eomma bicara apa?” desisnya. Sang ahjumma menepis tangan putranya,
“Ayahmu akan pulang siang nanti dari Boston, kalau sampai ia tahu kelakuanmu di sekolah, kira-kira bagaimana reaksinya?”
“Jangan eomma, jangan sampai ayah tahu!” dia berbalik memelas pada eommanya. Aku dan Donghae melongo, kulihat pak kepala juga tak jauh beda dengan kami. Jadi Siwon takut pada ayahnya?
“Baik… tapi ada syaratnya! Kau harus meminta maaf pada temanmu di hadapan seluruh warga sekolah!”
“Mwo??!” dia keget, terlebih lagi aku dan Donghae.
“Tidak perlu Nyonya, kurasa itu berlebihan!” aku langsung memotong,
“Benar Nyonya, tak perlu!” Donghae menambahkan.
“Tidak boleh… ini pelajaran buatnya agar tidak semena-mena pada orang lain!” tolak eommanya.
“Eomma!” Siwon merajuk. Setelah melalui diskusi yang berbelit-belit, akhirnya Nyonya Choi dapat kami bujuk. Siwon tak perlu meminta maaf di hadapan semua warga sekolah, dia cukup meminta maaf pada kami dan kepala sekolah dihadapan ibunya. Sebenarnya bagiku, cukup kami tidak dikeluarkan dari sekolah, tidak perlu sampai mendapat maaf dari Siwon.

Aku dan Donghae keluar dari ruangan pak kepala penuh dengan rasa lega, aku bahkan belum percaya kami tidak jadi keluar dan dapat terus bersekolah di sini. Untunglah Nyonya Choi datang menyelamatkan kami, beliau seperti seorang ibu peri yang datang membantuku dengan sihirnya agar pangeran kegelapan tidak jadi mengutukku.

“Kita harus menyampaikan kabar gembira ini pada Sungyeon, kasihan dia sedari tadi menangis terus!” ajak Donghae. Aku mengangguk kegirangan, kira-kira dia masih di kelas?
Aku dan Donghae bergegas ke kelas mencari Sungyeon, di sana kulihat Kyuhyun dan Sungmin sedang membujuk sahabatku itu yang masih saja menangis.

“Yeon~a… aku akan tetap bersekolah di sini! Aku dan Donghae tidak jadi dikeluarkan!” seruku di mulut kelas. Sontak orang-orang yang mendengar jadi kaget,
“Mwo??!!” Sungyeon kaget,
“Benarkah?” Kyuhyun masih tidak percaya,
“Benar! Ibunya Siwon datang dan membantu kami agar tidak dikeluarkan dari sekolah!” jawab Donghae,
“Bibi Choi?” Kyuhyun masih tidak mengerti
“Uhm… Ibunya Siwon kebetulan datang dan mengetahui masalah ini sehingga beliaulah yang turun tangan menyelamatkan kami!” jelasku.
“Huuuaaa… Gwansim~a chukkae!” Sungyeon berlari ke arahku dan langsung memelukku. Sungmin tak mau kalah, dia juga ikut nimbrung di pelukan kami. Siswa lain yang melihat kejadian ini seakan tidak percaya, mereka berat menerima kenyataan bahwa kami tidak jadi keluar dari Neul Paran.
“Chukkae Gwansim!” Kyuhyun menepuk bahuku dan juga memberi selamat pada Donghae. Grebb… tanganku tiba-tiba ditarik seseorang, Siwon? Dia menarikku hingga terpisah dari teman-teman.
“Wonie… apa yang ingin kau lakukan?” Sungmin dan yang lain mengejar,
“Siwon… lepaskan Gwansim!” teriak Sungyeon. Tanganku diterik keras oleh Siwon, aku sebenarnya sangat takut, apa yang akan dilakukannya padaku.
“Siwon-ssi… kau mau apa?” tanyaku gemetar, sampai di depan sebuah ruangan, dia menarikku masuk. Slekk… pintu dikunci dari dalam, kulihat Donghae menggedor-gedor pintu dan Kyuhyun menggumel tak kedengaran.
“Hebat ya… kau gunakan ibuku untuk mempermalukanku!” bentaknya
“Anio… aku bahkan tidak tahu beliau adalah ibumu!” belaku,
“Kau pikir aku percaya?”
“Terserah padamu, aku sungguh tidak tahu apa-apa. Aku sendiri kaget saat kau memanggilnya eomma!” dor…dor…dor… pintu digedor oleh Donghae,
“Shittttttt,” Siwon merasa terganggu. Segera dia menutup tirai jendela sehingga keadaan di luar tidak lagi terlihat olehku. Aku semakin ketakutan, oh Tuhan… sadarkanlah orang yang kerasukan Lucifer di hadapanku ini.   
“Dengar ya, jangan langsung besar kepala karena kau mendapat pembelaan dari ibuku. Kau hanya beruntung hingga lolos dari masalah ini, tapi ingat… semua belum berakhir!” Siwon kemudian perlahan melangkah pergi.
“Kenapa… kenapa kau sangat membenciku?” langkahnya terhenti, “Kau sendiri yang bilang kau berdiri di sampingku sebagai seorang pacar hanya karena kasihan. Baiklah… aku memang tidak tahu berterima kasih, aku minta maaf karena tidak menghargai bantuanmu yang telah menjaga harga diriku, namun… tidak bisakah kau menghapus kebencianmu itu?”

“Seumur hidupku aku tidak pernah berselisih dengan orang lain sampai separah ini, jadi kumohon berhentilah membenciku. Aku janji tidak akan menganggumu lagi, apapun yang kau minta akan kupenuhi asal jangan membenciku sampai berlebihan seperti ini, rasanya sungguh tidak enak.”

“… dan satu lagi, cukup sampai di sini kau kasihan padaku. Aku tidak perlu kau kasihani lagi sebab aku bukan orang yang menyedihkan!” dia menatapku, perlahan aku melangkah ke arahnya. “Bukannya berteman akan lebih baik daripada bermusuhan seperti ini?” kubuka tasku, kuambil tiga amplop titipan Heechul Oppa. “Ini dari Heechul Oppa, acaranya besok!” kuraih tangannya dan meletekkan undangan itu di tangannya. Dia tak lagi memakai cincin berpasangan yang pernah dia berikan padaku.
Saat keluar dari ruangan itu, semua temanku menghampiri.Wajah mereka begitu cemas,    
“Gwencanayeo?” tanya Sungyeon, dia meraba-raba tubuhku sekedar memastikan tidak ada yang luka.
“Nde… gwencana, khajja…” ayo pergi ajakku pada yang lain.
“Noe jeongmal gwencana?!” Donghae masih belum percaya.
“Nde, Siwon tidak melakukan apa-apa, kami hanya bicara. Percayalah!”
“Ya sudah… ayo pergi!” Sungyeon membawaku pergi secepatnya dari ruangan itu, aku tahu dia hanya takut aku disakiti oleh Siwon.
^.^

Karena hari ini hari libur, Sungyeon dan aku memutuskan untuk ber-shopping ria. Kami berkeliling di kawasan Dongdaemun, sekalian aku singgah di salon untuk memotong rambutku yang sempat menjadi bahan uji coba Eunjeong beberapa hari yang lalu. Rambutku dipotong sepanjang bahu lalu disasak. Lumayan menusuk-nusuk wajahku namun kurasa ini lebih baik dibanding dengan potongan Eunjeong kemarin itu.

Usai memotong rambut, aku dan Sungyeon mengunjungi toko baju satu-persatu. Sudah lama kami tidak jalan sesantai ini, mengingat masalah-masalah yang akhir-akhir ini mewarnai hidupku.
“Yaa… Kim Gwansim!” panggil seseorang saat aku dan Sungyeon tengah asyik menikmati es krim di tepi jalan.
“Sungmin-ssi?” aku kaget melihat Sungmin keluar dari sebuah mobil sport mini disusul oleh Kyuhyun. “Apa yang kalian lakukan di sini?” tanyaku.
“Seharusnya aku yang bertanya begitu! Pesta Heechul Hyung sejam lagi dan kau masih belum bersiap-siap!” semprot Kyuhyun.
“Oh… aku ‘kan tidak diundang!” ucapku.
“Siapa bilang? Kau juga masuk dalam daftar undangan!” balas Sungmin.
“Undangan itu hanya untuk kalian bertiga, Heechul Oppa menyangka aku dan Siwon masih berhubungan namun kenyataannya…” tak perlu kuteruskan, toh mereka juga akan mengerti.

“Jadi itu alasannya? Jadi kau tetap tidak mau datang? Apa kau tega membuat Heechul Hyung kecewa?”
“Itu…” aku jadi kikuk, “Aku tentu tidak ingin membuatnya kecewa tapi apa kalian tidak mengerti posisiku? Aku dan Siwon ‘kan tidak punya hubungan apa-apa lagi!”
“Baiklah… kau datang sebagai pasanganku saja, lagian aku juga belum punya pasangan!” ajak Kyuhyun.
“Wah… itu ide yang bagus, Gwansim ikutlah! Jarang lho ada kesempatan seperti ini, Heechul Oppa ‘kan orang terkenal, pasti di pestanya nanti akan banyak selebriti yang diundang!” bujuk Sungyeon.
“Em… apa Yesung Hyung sibuk?” tanya Sungmin malu-malu.
“Yaak, jangan bilang kau ingin mengajaknya!” sela Sungyeon.
“Memangnya kenapa?!” balas Sungmin.
“Apa kau tidak bisa baca konsep undangannya? Atau kau tidak tahu bahasa korea? Mau kuajarkan bagaimana mengerti bahasa korea yang baik dan membanca huruf Hangul? Undangannya mengatakan untuk datang berpasangan! P-a-s-a-n-g-a-n! Pria dan wanita! Bukan jeruk dan jeruk!”
“Yaak… gadis ini!” Sungmin naik darah,
“Aduh… jangan bertengkar lagi!” aku menyela, “Sungmin-ssi apa kau belum punya pasangan?” tanyaku. Dia hanya manyun, itu berarti belum. “Bagaimana kalau Sungyeon saja yang menjadi pasanganmu?!” tawarku.
“Mwo??!! Dia??!!” mereka serempak saling tunjuk.
“Andwae!!!” mending aku datang sendiri daripada harus berpasangan dengannya!” Sungmin melotot horror.
“Yaak, siapa juga yang ingin menjadi pasanganmu? Mending nonton DVD di rumah dari pada ke pesta bersamamu!” balas Sungyeon. Kutepuk jidatku, huft… sampai kapan kedua orang ini akan terus bermusuhan?
“Aduh… aduh… begini saja! Aku berpasangan dengan Sungyeon dan Gwansim berpasangan dengan Hyung, bagaimana?” sepertinya tawaran Kyuhyun memberi solusi pada masalah ini.

Aku dan Sungyeon dibawa ke sebuah salon ternama setelahnya kami dibawa ke butik untuk memilih baju. Padahal kami bisa dandan sendiri dan lagian kami punya gaun kok. Tepat pukul tujuh kami tiba di tempat penyelenggaraan pesta, aku bergandengan dengan Sungmin sementara sahabatku dengan Kyuhyun. Saat memasuki tempat pesta, aku dan Sungyeon sukses dibuat melongo karena takjub. Pantas Sungmin dan Kyuhyun tidak mengijinkan kami untuk dandan dan memilih gaun sendiri.
“Oh… kalian datang berpasangan?” sapa Heechul Oppa saat melihat kedatangan kami, kami hanya tersenyum mengangguk. “Lalu Wonnie dengan siapa?” lanjutnya.
“Kami tidak tahu, apa dia belum datang?” tanya Kyuhyun.
“Iya…” jawab Oppa memandangku lekat-lekat. “Apa terjadi sesuatu di antara kalian?” selidik Oppa sambil memicingkan matanya yang indah ke arahku. Aku jadi kikuk,
“Ehm…^^ ada sedikit kesalahpahaman Hyung, nanti akan membaik sendiri!” Sungmin membantuku bicara. Oppa lantas mengangguk paham dan tidak bertanya lagi.
“Oh… itu Wonnie!” Heechul oppa melirik ke arah pintu masuk. Spontan aku dan yang lain menoleh, Siwon datang menggandeng seorang gadis manis.
“Heechul Oppa!” sapa gadis itu dengan manja,
“Wah… anak manis, kenapa baru muncul?” balas Heechul Oppa,
“Uwh… aku sibuk belajar, inipun kalau bukan Siwon Oppa yang memohon untuk ditemani, aku juga tidak akan datang!”
“Yaak…!” desis Siwon menghentikan keceplosan gadis itu.
“Dia Jiwon, adiknya Siwon!” bisik Sungmin. Sungmin dan Kyuhyun pun menyapa gadis manis itu. Sejenak aku dan Siwon bertemu pandang, namun buru-buru aku menunduk.

Aku dan Sungyeon asyik bercengkarama di tepi kolam sementara Flower Guys dan Heechul Oppa kami biarkan dengan dunianya sendiri.
“Gomawo Gwansim~a…” ucap Sungyeon,
“Terima kasih untuk apa?” aku jadi bingung.
“Karena kau, aku bisa merasakan pesta berkelas seperti ini. Pesta para selebriti dan orang-orang penting!”
“Jangan berterima kasih padaku, bukannya Kyuhyun dan Sungmin yang menolong kita?” kami sama-sama tersenyum.
“Kalian?!” tegur seseorang pada kami, Jessica, Jaekyeong, dan Eunjeong!
“Kenapa kalian bisa ada di pesta ini?” seru Jaekyeong kaget,
“Memangnya kenapa? Apa tidak boleh?” balas Sungyeon sengit.
“Yaak… orang seperti kalian tidak pantas berada di pesta mewah seperti ini, kehadiran kalian hanya merusak suasana!” ucap Eunjeong.

“Justru orang seperti kalianlah yang merusak suasana pesta, bisanya hanya menganggu orang lain!” balas Sungyeon tidak mau kalah. Aku berulang kali berusaha menenangkan sahabatku itu.
“Sudahlah… ayo kita pergi!” buru-buru kutarik tangan Sungyeon dan pergi dari mereka. Tak kusangka Jessica sengaja menginjak gaunku sehingga aku kehilangan keseimbangan dan byyyyuuuurrrrrr…
“Gwansim!!!” pekik Sungyeon,
“Bwahahaaaahahahaaahahaa…” kudengar tawa ketiga gadis itu membahana.
“Tolong! Gwansim tidak bisa berenang!” pekik Sungyeon, tolong aku, kumohon, aku tidak bisa bernapas. Seketika perhatian pengunjung beralih pada Sungyeon yang berteriak minta tolong. Byuuuuuurrrrr… kurasakan ada seseorang yang ikut melompat ke dalam kolam, diraihnya tanganku dan segera membawaku menepi. Di tepi, sudah ada Kyuhyun dan Sungmin membantuku naik.

“Gwencanayeo?” tanya Sungyeon panik. Aku mengangguk, sedikit terbatuk-batuk sebab aku menelan banyak air.
“Gomawoyeo…” ucapku pada Siwon yang ternyata sudah bersedia melompat ke dalam air untuk menolongku. Kyuhyun membantunya naik, dia sedikit mengambil napas sebelum akhirnya berdiri.
“Oppa… gwencanayeo?” tanya adiknya padanya. Dia mengangguk, kini tatapannya tertuju pada tiga gadis yang mengusiliku. Trio gadis itu jelas sangat ketakutan mendapat tatapan mematikan dari Siwon.
“Ouch…” tiba-tiba seorang gadis menumpahkan saus tiram ke gaun pink Eunjeong, “Mianhe…!” seru gadis itu mengeluarkan puppy eyes-nya. Aku mengerutkan kening, jelas sekali kalau perbuatannya tadi disengaja.
“Aish… apa yang kau lakukan? Kau buta ya?!” bentak Eunjeong padanya.

“Tidak, aku jelas-jelas melihat ada tiga tong sampah di sini!” gadis itu lalu menumpahkan saus tiram yang tersisa di mangkuknya pada Jessica dan Jaekyeong. “Aku tidak mau pestaku dikotori oleh tong sampah seperti kalian, pergi dari sini!” bentak gadis itu. Ketiga gadis itu saling memandang, “Apa kalian perlu diseret?!” ancam gadis itu, akhirnya trio Jessica, Jaekyeong, dan Eunjeong kabur ketakutan.

“Wah… noona, kau hebat!” puji Sungmin, Kyuhyun tersenyum begitupun Siwon.
“Aku tahu!” puji gadis itu pada dirinya sendiri.
“Chagi… kau membuatku semakin mencintaimu!” ucap Heechul Oppa. Tunggu dulu, biarkan otakku mencerna keadaan ini. Ini ‘kan pesta ulang tahun pacar Heechul Oppa, jadi… pacarnya adalah gadis ini? Dia berjongkok untuk mengimbangi posisiku,

“Wah… kau bisa masuk angin kalau terus menggunakan pakaian basah. Ayo ikut aku, akan kuganti gaunmu!” ajaknya. Akupun menuruti permintaan gadis itu, dengan dipapah Sungyeon, aku memasuki sebuah ruangan yang sepertinya memang tempat merias. Setelah melepas pakaianku yang basah, Unnie itu membuka sebuah lemari yang sukses membuat mataku dan mata Sungyeon melotot.

“Pilihlah gaun yang kau sukai! Oh ya namaku Jongsuk, salam kenal!” ucapnya. Lemari yang dia buka ternyata sebuah butik mini yang penuh dengan baju-baju cantik dan tentunya mahal.

“Ta…ta..pi… aku tidak…” kugaruk kepalaku yang tidak gatal, aku mana bisa memilih kalau semua bajunya sebagus ini. Unnie itu tersenyum, sepertinya dia mengerti maksudku. Dia sendiri yang menjelajahi gaun-gaun yang tergantung rapi itu dan mencoba menarik satu untukku. Dia memilihkan sebuah gaun yang sepintas terlihat seperti hanbok namun ternyata itu gaun modern dengan terusan berenda sampai di lutut.

“Wah… cantik sekali!” puji Sungyeon saat aku selesai mengenakannya,
“Baiklah… sekarang giliran Heechul Oppa!” ucap Jongsuk Unnie. Beberapa saat kemudian Oppa masuk dengan membawa kotak kecil yang isinya perlengkapan make up. Jari-jarinya yang lentik bermain di wajahku, dia mengoleskan foundation, memberi bedak, eye shadow, lipgloss, dan tak lupa rambutku di rapikan.

“Selesai!!!” ucapnya puas kemudian menyodorkan cermin ke arahku. “Kenapa? Apa kau tidak suka?” tanya Oppa.
“Aniyeo… bukan begitu Oppa, aku hanya sulit percaya kalau ini adalah wajahku. Kau sekali lagi membuatku terbengong melihat wajahku sendiri. Gomawoyeo Oppa, Unnie kalian sangat baik padaku!”
“Sudahlah… kau ‘kan teman adik-adik kami, berarti kau juga adik kami dan tentu saja kami akan selalu menolongmu bila kau butuh bantuan!” Jongsuk Unnie tersenyum, manis sekali. Kupandangi sekali lagi wajahku di cermin, rambutku dibuat bergelombang dan dipilin seluruhnya ke samping kiriku. Sebuah mahkota kecil bertabur Kristal bertengger di atasnya, terlihat manis di tengah rambut hitamku. Dengan gaun berbentuk hanbok modern selutut, aku terlihat seperti putri kerajaan.

“Ayo kita keluar, sudah saatnya pesta dimulai!” ajak Heechul Oppa. Semua mata tertuju pada rombonganku saat kami keluar dari sebuah ruangan. Kurasa karena kecantikan Jongsuk Unnie yang mampu menyihir para hadirin untuk terus manatapnya.

“Gwansim… jangan menunduk terus, angkat wajahmu, lihatlah semua orang sedang menatapmu!” bisik Unnie yang berjalan di sampingku. Ha? Menatapku? Kucoba mengangkat kepalaku, beberapa orang memang sedang melihat ke arahku.

“Oppa… kenapa melamun?” kudengar Jiwon menegur kakaknya, Siwon tersadar dari lamunannya saat mata kami betemu, dia juga sudah berganti kostum yang baru. Buru-buru kualihkan pandanganku, kini aku melihat Sungmin dan Kyuhyun, mereka tersenyum padaku.
“Baiklah… pestanya akan kami mulai, maaf ya tadi ada sedikit masalah sehingga acaranya jadi molor begini…” ucap Heechul Oppa

Saengil chubka hamnida…
Saengil chubka hamnida…
Saranghaneun urie Jongsuk…
Saengil cubka hamnida…

Usai melantunka lagu itu, Unnie segera meniup lilin kue ulang tahunnya. Tepuk tangan membahana usai lilin-lilin itu padam. Perlahan musik lembut menyapu setiap sudut ruangan, wah seperti di film-film saja, ada sesi dansanya.
“Maukah kau berdansa denganku nona?” seseorang mengulurkan tangannya padaku. Sungmin! Aku tersenyum dan segera kusambut tangannya.

“Aku tidak tahu berdansa jadi maaf saja kalau aku tak sengaja menginjak kakimu!” bisikku, dia menggeleng tanda tak mengapa. Di sampingku, Kyuhyun mengajak Sungyeon berdansa, aku ikut senang. Setelah berdansa bersama Sungmin, kini Kyuhyun yang mengulurkan tangannya padaku, dengan berat hati Sungmin melepasku. Aku pun berdansa bersama playboy kelas kakap itu. Entah apa yang akan terjadi kalau pacar-pacarnya melihat kejadian ini. Tak banyak yang tahu kalau dia itu playboy sebab dia selalu bermain dengan rapi.

“Hyung… kenapa tidak mengajak Sungyeon berdansa?” protes Kyuhyun pada Sungmin.
“Shirreo!!” balas mereka bersamaan.
“Ayolah Hyung… jangan bermusuhan terus, sekarang saatnya perdamaian, kita harus menikmati pesta ini!” bujuk Kyuhyun.
“Yeon~a… ayolah…” bujukku juga. Mereka akhirnya berdansa bersama meski terlihat sangat kaku. Yah… kurasa itu wajar sebab mereka dalam keadaan terpaksa.

“Yaak… Cho Kyuhyun! Mau sampai kapan kau berdansa dengan Gwansim? Lihatlah pacarnya tak punya pasangan!” tegur Unnie sambil melirik ke arah Siwon. Siwon yang sedang minum jadi tersedak karena Unnie, aku sendiri kaget bukan main. Aduh… sepertinya Unnie belum tahu apa yang telah terjadi. Siwon diseret ke hadapanku, aku jadi kikuk begitupun dia. “Yaak… apa yang kalian lakukan? Kenapa hanya diam?” desak Unnie.

“Choi Siwon cepat peluk dia dan ajak berdansa!” ucapnya lagi,
“Aduh… chagi, kau sudah mabuk, ayo kita ke dalam saja!” ajak Heechul Oppa.
“Hyung… berdansa saja dengan Gwansim, kau tahu sendiri kan kalau Jongsuk Noona sedang mabuk, dia pasti tidak akan berhenti mencampuri urusan orang sampai orang itu melakukan apa yang dia mau!” bujuk Kyuhyun, apa-apaan sih anak itu, seharusnya dia menyelamatkan aku.
“Yaak… Choi Siwon!” desak Unnie.
“Chaggi… jangan berteriak, orang-orang melihat kita!” bujuk Heechul Oppa. Grebbb, Siwon meraih tanganku dan menarikku ke dalam pelukannya. Dia… memutuskan untuk berdansa denganku.
“Nah… begitu baru bagus!” ucap Unnie plong,
“Ya sudah… ayo kita ke dalam!” ajak Heechul Oppa pada pacarnya itu. Selama berdansa dengannya, aku hanya dapat menunduk. Tak berani aku menatapnya di saat seperti ini. Jantungku berdetak begitu cepat, aku hanya berharap dia tidak mendengarnya. Alunan musik merdu itu terasa begitu lama berhenti, mau sampai kapan aku dan Siwon dalam keadaan seperti ini?

Setelah beberapa lama bersabar dan terjebak dalam keadaan kikuk, akhirnya acara dansa pun selesai. Aku dan Siwon segera berpisah, cepat-cepat aku ke toilet untuk memeriksa wajahku. Aduh… merah sekali, mana bibirku pucat. Astaga… aku tidak bisa percaya aku dan Siwon berdansa! Seumur hidup aku tidak pernah sampai kepikiran akan hal itu. Usai memperbaiki dandananku, aku kembali ke tempat pesta. Aduh… kenapa gelap sekali? Apa mati lampu? Aku tidak dapat melihat apa-apa!

“Yeon~a… kau di mana? Kenapa di sini gelap sekali?” aku meraba-raba dalam gelap.
“Gwansim jangan bergerak! Tetap di tempatmu!” perintah Sungyeon.
“Ada apa sebenarnya? Kenapa jadi gelap begini?”
“Em…itu, aduh pesta orang kaya memang benar-benar berbeda!”
“Yaak… kau menginjak kakiku!” pekik Sungmin!
“Aku kan tidak sengaja!” balas Sungyeon.
“Tidak sengaja kok sampai sesakit ini?!”
“Namanya juga tidak sengaja!”
“Dasar kau, sini... aku tunjukkan bagaimana rasanya kalau kakimu diinjak!”
“Awwwwh, Yaak… beraninya kau!” gedubrak buggh… Suara apa itu, sepertinya suara benda jatuh. Ckleeek, tiba-tiba lampu menyala, kulihat beberapa pasangan menyudahi ciuman mereka. Ja…ja..di, tadi itu kissing time?
“Haaaaaaaa…” pekikku sendiri saat melihat apa yang terbaring di bawahku, Sungmin dan Sungyeon! Mereka…ciuman!
“Huuuuuuuuaaaaaaaaaaaa!!!!! Tidakkkkkkkkk!!!” Sungyeon yang posisinya di atas buru-buru berdiri dan berlari menangis.
“Yeoan~a!” teriakku, kulihat Sungmin yang masih terbaring blank di bawah. “Sungmin-ssi apa kau baik-baik saja?” tanyaku, dia hanya diam dengan mata melotot.
“Hyung!” Kyuhyun segera menghampiri kami, “Cepat kejar Sungyeon!” perintah Kyuhyun. Akupun segera berlari mengejar sahabatku itu. Kudapati dia yang sedang menangis sesenggukan di sudut atap.
“Yeon~a…” lirihku.
“Itu ciuman pertamaku, aku ingin memberi ciuman pertamaku untuk orang yang aku cintai…” huaaaaaaaaauuuaaaa, sahabatku itu menangis keras. Segera kutenangkan dia dalam pelukanku. “Ciuman untuk Yesung Oppa berakhir dengan seorang gay, tidakkkkkkkkkk!” tangisnya lagi, hm… aku hanya bisa menarik napas dalam-dalam.
“Sudahlah… lagian Sungmin tidak sengaja ‘kan? Dia juga sampai shock,” bujukku.
“Argh… tidak, aku tidak terima!”
“Yeon~a… tenanglah, em… bagaimana kalau kita pulang sekarang?!” ajakku. “Aku sudah lelah, banyak sekali kejadian di pesta ini yang berada di luar nalarku. Aku takut bila semakin lama di sini, kejadian tak terduga akan semakin banyak menimpa!”
“Kurasa kau benar, kita pulang saja!” hiks, isaknya. Kugandeng lengan sahabatku itu kemudian menuntunnya keluar dari atap. Mataku tertuju ke bawah, kulihat Siwon sedang menyendiri di sebuah jembatan kecil sambil memandangi sungai kecil yang mengalir di bawahnya.

Saat berpamitan dengan Kyuhyun, dia tidak mengijinkan kami untuk pulang sendiri. Dia ngotot ingin mengantar kami pulang, dan Sungmin juga harus ikut. Padahal aku ingin memisahkan Sungmin dan Sungyeon setelah apa yang terjadi di antara mereka namun yang ada… huft. Sungyeon manyun sejelek mungkin saat dia tak punya pilihan, kami beriringan ke tempat parkir.
“Em… kalian duluan dulu, aku ingin mengembalikan sesuatu pada Siwon-ssi!” ucapku pada ketiga temanku. Wajah mereka langsung berubah heran namun bukan saatnya aku memberi penjelasan. Perlahan aku melangkah mendekatinya, langkah sepatuku membuatnya terusik namun dia tak bergeming.
“Siwon-ssi…” tegurku,
“Wae?” tanyanya tanpa menoleh.
“Aku hanya ingin mengembalikan ini!” kubuka tas tanganku dan mengambil sebuah kotak kecil berwarna biru sapphire. Dia akhirnya berbalik, tatapannya tertuju pada kotak kecil itu, “Kurasa aku tak bisa lagi menyimpannya, antara kau dan aku sudah tak ada apa-apa lagi maka cincin ini pun sudah tak dapat lagi bersamaku!”
“Buang saja!”
“Tidak… aku tidak bisa membuangnya, aku tidak pernah membuang barang pemberian orang lain. Maka dari itu aku mengembalikannya padamu, toh… kalau kau ingin membuangnya, itu terserah padamu.” Siwon pun menerima cincin itu, “Permisi …!” pamitku. Aku meninggalkannya, dadaku terasa sesak, sebisa mungkin kutahan air mataku. Beginikah akhir dari kisah kami? Plungggg, kudengar suara seperti benda jatuh ke air. Aku menoleh dan kulihat Siwon membuang kotak itu ke sungai. Diapun pergi dari tempatnya dengan arah yang berlawanan denganku. Penglihatanku mengikuti kotak cincin itu yang mengalir terbawa arus sungai, aku sungguh tidak menyangka dia akan membuangnya. Kupikir saat dia menyuruhku membuangnya, itu hanya gertakan.

“Gwansim~a…” lirih Sungyeon, entah kapan dia tepat berdiri di hadapanku, apakah dia juga melihat kejadian tadi? Sungmin dan Kyuhyun memandang juga sedih padaku. Kubuka high heels-ku dan berlari menuruni jembatan. Kukejar cincin itu yang telah jauh terbawa arus sungai,
“Gwansim!!!! Apa yang kau lakukan?!!” teriak Sungyeon dari atas. Hiks… entah kenapa aku tidak tega melepasnya, aku tak mau kehilangannya. Meski hanya sebuah cincin namun ianya memiliki arti yang dalam.

“Cincin itu menandakan bahwa mulai detik ini kau adalah milikku!”, “Kalau kau menjaga cincin itu maka aku juga menjaga hatiku!” perkataan Siwon kala itu terngiang di telingaku, hiks… aku harus mendapatkannya sebab hatimu berada pada cincin itu. Aku berlari secepat mungkin, berlomba dengan arus sungai untuk menyelamatkan ‘hati’nya. Untunglah sebuah ranting menahan laju kotak itu, akupun segera masuk ke sungai kecil itu dan menyelamatkan kotak biru itu.

“Hiikksss………” aku tersedu sambil memeluk kotak itu, di dalamnya cincin sapphire biru masih dalam keadaan utuh. Terima kasih kau masih selamat, terima kasih… aku masih saja terisak saat kusadari seseorang memelukku.
“Kyuhyun-ssi…” lirihku,
“Kau membuat kami khawatir!” ucapnya, dia membawaku menepi dan Sungyeon pun langsung memelukku.

“Mencintainya bukanlah sesuatu yang salah namun kusarankan jangan kau lakukan sebab kau hanya akan menderita…” ucap Sungyeon.      



to be continued ...

No comments:

Post a Comment