sebelumnya di Flower + Guys (Part 5)
“Selamat
pagi Pak!” salam Siwon saat memasuki ruangan, “Ada apa lagi memanggilku?!”
tanyanya pada Pak kepala,
“Bukan
Pak Lee yang memanggilmu!” ahjumma itu muncul di hadapan Siwon dan sukses membuat
sang penguasa sekolah itu mundur tiga langkah.
“Eomma!!”
pekiknya. Eomma? Aku dan Donghae saling tatap penuh kaget,
“Nde
Eomma!” jawab ahjumma itu, “Jadi begini pekerjaanmu di sekolah? Pantas
akhir-akhir ini kamu terlihat berbeda di rumah, uring-uringan tidak menentu,
para pelayan kau bentak seperti kau tidak tahu tata karma. Sampai adikmu saja
takut mendekat padamu,”
“Untuk
apa Eomma datang ke sekolah?” tanyanya
“Untuk
memergokimu berlaku semena-mena pada teman-temanmu. Bagus ya… sejak kapan kau
memiliki kewenangan mengatur sekolah ini? Kau hanya siswa, hakmu hanya sampai
pada mendapat pengajaran dan perlakuan baik dari warga sekolah, otoritasmu
tidak sampai mengeluarkan siswa dari sekolah apalagi sampai menekan kepala
sekolah!”
“Eomma
bukan begitu…”
“Apanya
yang bukan begitu? Mereka sudah menceritakan semua pada Eomma!” bentak
eommanya, Siwon menatap pak kepala dengan garang, seakan melemparkan protes
mengapa anda menceritakan semua pada ibuku. “Huh… kalau patah hati jangan
sampai mengeluarkan orang dari sekolah dong, apa lagi sampai membuatnya putus
sekolah!” cibir eommanya. Siwon buru-buru menutup mulut ibunya,
“Eomma
bicara apa?” desisnya. Sang ahjumma menepis tangan putranya,
“Ayahmu
akan pulang siang nanti dari Boston, kalau sampai ia tahu kelakuanmu di
sekolah, kira-kira bagaimana reaksinya?”
“Jangan
eomma, jangan sampai ayah tahu!” dia berbalik memelas pada eommanya. Aku dan
Donghae melongo, kulihat pak kepala juga tak jauh beda dengan kami. Jadi Siwon
takut pada ayahnya?
“Baik…
tapi ada syaratnya! Kau harus meminta maaf pada temanmu di hadapan seluruh
warga sekolah!”
“Mwo??!”
dia keget, terlebih lagi aku dan Donghae.
“Tidak
perlu Nyonya, kurasa itu berlebihan!” aku langsung memotong,
“Benar
Nyonya, tak perlu!” Donghae menambahkan.
“Tidak
boleh… ini pelajaran buatnya agar tidak semena-mena pada orang lain!” tolak
eommanya.
“Eomma!”
Siwon merajuk. Setelah melalui diskusi yang berbelit-belit, akhirnya Nyonya
Choi dapat kami bujuk. Siwon tak perlu meminta maaf di hadapan semua warga sekolah,
dia cukup meminta maaf pada kami dan kepala sekolah dihadapan ibunya.
Sebenarnya bagiku, cukup kami tidak dikeluarkan dari sekolah, tidak perlu
sampai mendapat maaf dari Siwon.
Aku
dan Donghae keluar dari ruangan pak kepala penuh dengan rasa lega, aku bahkan
belum percaya kami tidak jadi keluar dan dapat terus bersekolah di sini.
Untunglah Nyonya Choi datang menyelamatkan kami, beliau seperti seorang ibu
peri yang datang membantuku dengan sihirnya agar pangeran kegelapan tidak jadi
mengutukku.
“Kita
harus menyampaikan kabar gembira ini pada Sungyeon, kasihan dia sedari tadi
menangis terus!” ajak Donghae. Aku mengangguk kegirangan, kira-kira dia masih
di kelas?
Aku
dan Donghae bergegas ke kelas mencari Sungyeon, di sana kulihat Kyuhyun dan
Sungmin sedang membujuk sahabatku itu yang masih saja menangis.
“Yeon~a…
aku akan tetap bersekolah di sini! Aku dan Donghae tidak jadi dikeluarkan!”
seruku di mulut kelas. Sontak orang-orang yang mendengar jadi kaget,
“Mwo??!!”
Sungyeon kaget,
“Benarkah?”
Kyuhyun masih tidak percaya,
“Benar!
Ibunya Siwon datang dan membantu kami agar tidak dikeluarkan dari sekolah!”
jawab Donghae,
“Bibi
Choi?” Kyuhyun masih tidak mengerti
“Uhm…
Ibunya Siwon kebetulan datang dan mengetahui masalah ini sehingga beliaulah
yang turun tangan menyelamatkan kami!” jelasku.
“Huuuaaa…
Gwansim~a chukkae!” Sungyeon berlari ke arahku dan langsung memelukku. Sungmin
tak mau kalah, dia juga ikut nimbrung di pelukan kami. Siswa lain yang melihat
kejadian ini seakan tidak percaya, mereka berat menerima kenyataan bahwa kami
tidak jadi keluar dari Neul Paran.
“Chukkae
Gwansim!” Kyuhyun menepuk bahuku dan juga memberi selamat pada Donghae. Grebb…
tanganku tiba-tiba ditarik seseorang, Siwon? Dia menarikku hingga terpisah dari
teman-teman.
“Wonie…
apa yang ingin kau lakukan?” Sungmin dan yang lain mengejar,
“Siwon…
lepaskan Gwansim!” teriak Sungyeon. Tanganku diterik keras oleh Siwon, aku
sebenarnya sangat takut, apa yang akan dilakukannya padaku.
“Siwon-ssi…
kau mau apa?” tanyaku gemetar, sampai di depan sebuah ruangan, dia menarikku
masuk. Slekk… pintu dikunci dari dalam, kulihat Donghae menggedor-gedor pintu
dan Kyuhyun menggumel tak kedengaran.
“Hebat
ya… kau gunakan ibuku untuk mempermalukanku!” bentaknya
“Anio…
aku bahkan tidak tahu beliau adalah ibumu!” belaku,
“Kau
pikir aku percaya?”
“Terserah
padamu, aku sungguh tidak tahu apa-apa. Aku sendiri kaget saat kau memanggilnya
eomma!” dor…dor…dor… pintu digedor oleh Donghae,
“Shittttttt,”
Siwon merasa terganggu. Segera dia menutup tirai jendela sehingga keadaan di
luar tidak lagi terlihat olehku. Aku semakin ketakutan, oh Tuhan… sadarkanlah
orang yang kerasukan Lucifer di hadapanku ini.
“Dengar
ya, jangan langsung besar kepala karena kau mendapat pembelaan dari ibuku. Kau
hanya beruntung hingga lolos dari masalah ini, tapi ingat… semua belum
berakhir!” Siwon kemudian perlahan melangkah pergi.
“Kenapa…
kenapa kau sangat membenciku?” langkahnya terhenti, “Kau sendiri yang bilang kau
berdiri di sampingku sebagai seorang pacar hanya karena kasihan. Baiklah… aku
memang tidak tahu berterima kasih, aku minta maaf karena tidak menghargai
bantuanmu yang telah menjaga harga diriku, namun… tidak bisakah kau menghapus
kebencianmu itu?”
“Seumur
hidupku aku tidak pernah berselisih dengan orang lain sampai separah ini, jadi
kumohon berhentilah membenciku. Aku janji tidak akan menganggumu lagi, apapun
yang kau minta akan kupenuhi asal jangan membenciku sampai berlebihan seperti
ini, rasanya sungguh tidak enak.”
“…
dan satu lagi, cukup sampai di sini kau kasihan padaku. Aku tidak perlu kau
kasihani lagi sebab aku bukan orang yang menyedihkan!” dia menatapku, perlahan
aku melangkah ke arahnya. “Bukannya berteman akan lebih baik daripada
bermusuhan seperti ini?” kubuka tasku, kuambil tiga amplop titipan Heechul
Oppa. “Ini dari Heechul Oppa, acaranya besok!” kuraih tangannya dan meletekkan
undangan itu di tangannya. Dia tak lagi memakai cincin berpasangan yang pernah
dia berikan padaku.
Saat
keluar dari ruangan itu, semua temanku menghampiri.Wajah mereka begitu
cemas,
“Gwencanayeo?”
tanya Sungyeon, dia meraba-raba tubuhku sekedar memastikan tidak ada yang luka.
“Nde…
gwencana, khajja…” ayo pergi ajakku pada yang lain.
“Noe
jeongmal gwencana?!” Donghae masih belum percaya.
“Nde,
Siwon tidak melakukan apa-apa, kami hanya bicara. Percayalah!”
“Ya
sudah… ayo pergi!” Sungyeon membawaku pergi secepatnya dari ruangan itu, aku
tahu dia hanya takut aku disakiti oleh Siwon.
^.^
Karena
hari ini hari libur, Sungyeon dan aku memutuskan untuk ber-shopping ria. Kami
berkeliling di kawasan Dongdaemun, sekalian aku singgah di salon untuk memotong
rambutku yang sempat menjadi bahan uji coba Eunjeong beberapa hari yang lalu.
Rambutku dipotong sepanjang bahu lalu disasak. Lumayan menusuk-nusuk wajahku
namun kurasa ini lebih baik dibanding dengan potongan Eunjeong kemarin itu.
Usai
memotong rambut, aku dan Sungyeon mengunjungi toko baju satu-persatu. Sudah
lama kami tidak jalan sesantai ini, mengingat masalah-masalah yang akhir-akhir
ini mewarnai hidupku.
“Yaa…
Kim Gwansim!” panggil seseorang saat aku dan Sungyeon tengah asyik menikmati es
krim di tepi jalan.
“Sungmin-ssi?”
aku kaget melihat Sungmin keluar dari sebuah mobil sport mini disusul oleh
Kyuhyun. “Apa yang kalian lakukan di sini?” tanyaku.
“Seharusnya
aku yang bertanya begitu! Pesta Heechul Hyung sejam lagi dan kau masih belum
bersiap-siap!” semprot Kyuhyun.
“Oh…
aku ‘kan tidak diundang!” ucapku.
“Siapa
bilang? Kau juga masuk dalam daftar undangan!” balas Sungmin.
“Undangan
itu hanya untuk kalian bertiga, Heechul Oppa menyangka aku dan Siwon masih
berhubungan namun kenyataannya…” tak perlu kuteruskan, toh mereka juga akan
mengerti.
“Jadi
itu alasannya? Jadi kau tetap tidak mau datang? Apa kau tega membuat Heechul
Hyung kecewa?”
“Itu…”
aku jadi kikuk, “Aku tentu tidak ingin membuatnya kecewa tapi apa kalian tidak
mengerti posisiku? Aku dan Siwon ‘kan tidak punya hubungan apa-apa lagi!”
“Baiklah…
kau datang sebagai pasanganku saja, lagian aku juga belum punya pasangan!” ajak
Kyuhyun.
“Wah…
itu ide yang bagus, Gwansim ikutlah! Jarang lho ada kesempatan seperti ini,
Heechul Oppa ‘kan orang terkenal, pasti di pestanya nanti akan banyak selebriti
yang diundang!” bujuk Sungyeon.
“Em…
apa Yesung Hyung sibuk?” tanya Sungmin malu-malu.
“Yaak,
jangan bilang kau ingin mengajaknya!” sela Sungyeon.
“Memangnya
kenapa?!” balas Sungmin.
“Apa
kau tidak bisa baca konsep undangannya? Atau kau tidak tahu bahasa korea? Mau
kuajarkan bagaimana mengerti bahasa korea yang baik dan membanca huruf Hangul?
Undangannya mengatakan untuk datang berpasangan! P-a-s-a-n-g-a-n! Pria dan
wanita! Bukan jeruk dan jeruk!”
“Yaak…
gadis ini!” Sungmin naik darah,
“Aduh…
jangan bertengkar lagi!” aku menyela, “Sungmin-ssi apa kau belum punya
pasangan?” tanyaku. Dia hanya manyun, itu berarti belum. “Bagaimana kalau Sungyeon
saja yang menjadi pasanganmu?!” tawarku.
“Mwo??!!
Dia??!!” mereka serempak saling tunjuk.
“Andwae!!!”
mending aku datang sendiri daripada harus berpasangan dengannya!” Sungmin
melotot horror.
“Yaak,
siapa juga yang ingin menjadi pasanganmu? Mending nonton DVD di rumah dari pada
ke pesta bersamamu!” balas Sungyeon. Kutepuk jidatku, huft… sampai kapan kedua
orang ini akan terus bermusuhan?
Aku
dan Sungyeon dibawa ke sebuah salon ternama setelahnya kami dibawa ke butik
untuk memilih baju. Padahal kami bisa dandan sendiri dan lagian kami punya gaun
kok. Tepat pukul tujuh kami tiba di tempat penyelenggaraan pesta, aku
bergandengan dengan Sungmin sementara sahabatku dengan Kyuhyun. Saat memasuki
tempat pesta, aku dan Sungyeon sukses dibuat melongo karena takjub. Pantas
Sungmin dan Kyuhyun tidak mengijinkan kami untuk dandan dan memilih gaun
sendiri.
“Oh…
kalian datang berpasangan?” sapa Heechul Oppa saat melihat kedatangan kami,
kami hanya tersenyum mengangguk. “Lalu Wonnie dengan siapa?” lanjutnya.
“Kami
tidak tahu, apa dia belum datang?” tanya Kyuhyun.
“Iya…”
jawab Oppa memandangku lekat-lekat. “Apa terjadi sesuatu di antara kalian?”
selidik Oppa sambil memicingkan matanya yang indah ke arahku. Aku jadi kikuk,
“Ehm…^^
ada sedikit kesalahpahaman Hyung, nanti akan membaik sendiri!” Sungmin
membantuku bicara. Oppa lantas mengangguk paham dan tidak bertanya lagi.
“Oh…
itu Wonnie!” Heechul oppa melirik ke arah pintu masuk. Spontan aku dan yang
lain menoleh, Siwon datang menggandeng seorang gadis manis.
“Heechul
Oppa!” sapa gadis itu dengan manja,
“Wah…
anak manis, kenapa baru muncul?” balas Heechul Oppa,
“Uwh…
aku sibuk belajar, inipun kalau bukan Siwon Oppa yang memohon untuk ditemani,
aku juga tidak akan datang!”
“Yaak…!”
desis Siwon menghentikan keceplosan gadis itu.
“Dia
Jiwon, adiknya Siwon!” bisik Sungmin. Sungmin dan Kyuhyun pun menyapa gadis
manis itu. Sejenak aku dan Siwon bertemu pandang, namun buru-buru aku menunduk.
Aku
dan Sungyeon asyik bercengkarama di tepi kolam sementara Flower Guys dan
Heechul Oppa kami biarkan dengan dunianya sendiri.
“Gomawo
Gwansim~a…” ucap Sungyeon,
“Terima
kasih untuk apa?” aku jadi bingung.
“Karena
kau, aku bisa merasakan pesta berkelas seperti ini. Pesta para selebriti dan
orang-orang penting!”
“Jangan
berterima kasih padaku, bukannya Kyuhyun dan Sungmin yang menolong kita?” kami
sama-sama tersenyum.
“Kalian?!”
tegur seseorang pada kami, Jessica, Jaekyeong, dan Eunjeong!
“Kenapa
kalian bisa ada di pesta ini?” seru Jaekyeong kaget,
“Memangnya
kenapa? Apa tidak boleh?” balas Sungyeon sengit.
“Yaak…
orang seperti kalian tidak pantas berada di pesta mewah seperti ini, kehadiran
kalian hanya merusak suasana!” ucap Eunjeong.
“Justru
orang seperti kalianlah yang merusak suasana pesta, bisanya hanya menganggu
orang lain!” balas Sungyeon tidak mau kalah. Aku berulang kali berusaha
menenangkan sahabatku itu.
“Sudahlah…
ayo kita pergi!” buru-buru kutarik tangan Sungyeon dan pergi dari mereka. Tak
kusangka Jessica sengaja menginjak gaunku sehingga aku kehilangan keseimbangan
dan byyyyuuuurrrrrr…
“Gwansim!!!”
pekik Sungyeon,
“Bwahahaaaahahahaaahahaa…”
kudengar tawa ketiga gadis itu membahana.
“Tolong!
Gwansim tidak bisa berenang!” pekik Sungyeon, tolong aku, kumohon, aku tidak
bisa bernapas. Seketika perhatian pengunjung beralih pada Sungyeon yang
berteriak minta tolong. Byuuuuuurrrrr… kurasakan ada seseorang yang ikut
melompat ke dalam kolam, diraihnya tanganku dan segera membawaku menepi. Di
tepi, sudah ada Kyuhyun dan Sungmin membantuku naik.
“Gwencanayeo?”
tanya Sungyeon panik. Aku mengangguk, sedikit terbatuk-batuk sebab aku menelan
banyak air.
“Gomawoyeo…”
ucapku pada Siwon yang ternyata sudah bersedia melompat ke dalam air untuk
menolongku. Kyuhyun membantunya naik, dia sedikit mengambil napas sebelum
akhirnya berdiri.
“Oppa…
gwencanayeo?” tanya adiknya padanya. Dia mengangguk, kini tatapannya tertuju
pada tiga gadis yang mengusiliku. Trio gadis itu jelas sangat ketakutan
mendapat tatapan mematikan dari Siwon.
“Ouch…”
tiba-tiba seorang gadis menumpahkan saus tiram ke gaun pink Eunjeong,
“Mianhe…!” seru gadis itu mengeluarkan puppy eyes-nya. Aku mengerutkan kening,
jelas sekali kalau perbuatannya tadi disengaja.
“Aish…
apa yang kau lakukan? Kau buta ya?!” bentak Eunjeong padanya.
“Tidak,
aku jelas-jelas melihat ada tiga tong sampah di sini!” gadis itu lalu
menumpahkan saus tiram yang tersisa di mangkuknya pada Jessica dan Jaekyeong.
“Aku tidak mau pestaku dikotori oleh tong sampah seperti kalian, pergi dari
sini!” bentak gadis itu. Ketiga gadis itu saling memandang, “Apa kalian perlu
diseret?!” ancam gadis itu, akhirnya trio Jessica, Jaekyeong, dan Eunjeong
kabur ketakutan.
“Wah…
noona, kau hebat!” puji Sungmin, Kyuhyun tersenyum begitupun Siwon.
“Aku
tahu!” puji gadis itu pada dirinya sendiri.
“Chagi…
kau membuatku semakin mencintaimu!” ucap Heechul Oppa. Tunggu dulu, biarkan
otakku mencerna keadaan ini. Ini ‘kan pesta ulang tahun pacar Heechul Oppa,
jadi… pacarnya adalah gadis ini? Dia berjongkok untuk mengimbangi posisiku,
“Pilihlah
gaun yang kau sukai! Oh ya namaku Jongsuk, salam kenal!” ucapnya. Lemari yang
dia buka ternyata sebuah butik mini yang penuh dengan baju-baju cantik dan
tentunya mahal.
“Ta…ta..pi…
aku tidak…” kugaruk kepalaku yang tidak gatal, aku mana bisa memilih kalau
semua bajunya sebagus ini. Unnie itu tersenyum, sepertinya dia mengerti
maksudku. Dia sendiri yang menjelajahi gaun-gaun yang tergantung rapi itu dan
mencoba menarik satu untukku. Dia memilihkan sebuah gaun yang sepintas terlihat
seperti hanbok namun ternyata itu
gaun modern dengan terusan berenda sampai di lutut.
“Wah…
cantik sekali!” puji Sungyeon saat aku selesai mengenakannya,
“Baiklah…
sekarang giliran Heechul Oppa!” ucap Jongsuk Unnie. Beberapa saat kemudian Oppa
masuk dengan membawa kotak kecil yang isinya perlengkapan make up. Jari-jarinya
yang lentik bermain di wajahku, dia mengoleskan foundation, memberi bedak, eye
shadow, lipgloss, dan tak lupa rambutku di rapikan.
“Selesai!!!”
ucapnya puas kemudian menyodorkan cermin ke arahku. “Kenapa? Apa kau tidak
suka?” tanya Oppa.
“Aniyeo…
bukan begitu Oppa, aku hanya sulit percaya kalau ini adalah wajahku. Kau sekali
lagi membuatku terbengong melihat wajahku sendiri. Gomawoyeo Oppa, Unnie kalian
sangat baik padaku!”
“Sudahlah…
kau ‘kan teman adik-adik kami, berarti kau juga adik kami dan tentu saja kami
akan selalu menolongmu bila kau butuh bantuan!” Jongsuk Unnie tersenyum, manis
sekali. Kupandangi sekali lagi wajahku di cermin, rambutku dibuat bergelombang
dan dipilin seluruhnya ke samping kiriku. Sebuah mahkota kecil bertabur Kristal
bertengger di atasnya, terlihat manis di tengah rambut hitamku. Dengan gaun
berbentuk hanbok modern selutut, aku
terlihat seperti putri kerajaan.
“Ayo
kita keluar, sudah saatnya pesta dimulai!” ajak Heechul Oppa. Semua mata
tertuju pada rombonganku saat kami keluar dari sebuah ruangan. Kurasa karena
kecantikan Jongsuk Unnie yang mampu menyihir para hadirin untuk terus
manatapnya.
“Gwansim…
jangan menunduk terus, angkat wajahmu, lihatlah semua orang sedang menatapmu!”
bisik Unnie yang berjalan di sampingku. Ha? Menatapku? Kucoba mengangkat
kepalaku, beberapa orang memang sedang melihat ke arahku.
“Oppa…
kenapa melamun?” kudengar Jiwon menegur kakaknya, Siwon tersadar dari
lamunannya saat mata kami betemu, dia juga sudah berganti kostum yang baru.
Buru-buru kualihkan pandanganku, kini aku melihat Sungmin dan Kyuhyun, mereka
tersenyum padaku.
“Baiklah…
pestanya akan kami mulai, maaf ya tadi ada sedikit masalah sehingga acaranya
jadi molor begini…” ucap Heechul Oppa
Saengil
chubka hamnida…
Saengil
chubka hamnida…
Saranghaneun
urie Jongsuk…
Saengil
cubka hamnida…
Usai
melantunka lagu itu, Unnie segera meniup lilin kue ulang tahunnya. Tepuk tangan
membahana usai lilin-lilin itu padam. Perlahan musik lembut menyapu setiap
sudut ruangan, wah seperti di film-film saja, ada sesi dansanya.
“Maukah
kau berdansa denganku nona?” seseorang mengulurkan tangannya padaku. Sungmin!
Aku tersenyum dan segera kusambut tangannya.
“Aku
tidak tahu berdansa jadi maaf saja kalau aku tak sengaja menginjak kakimu!”
bisikku, dia menggeleng tanda tak mengapa. Di sampingku, Kyuhyun mengajak Sungyeon
berdansa, aku ikut senang. Setelah berdansa bersama Sungmin, kini Kyuhyun yang
mengulurkan tangannya padaku, dengan berat hati Sungmin melepasku. Aku pun
berdansa bersama playboy kelas kakap itu. Entah apa yang akan terjadi kalau
pacar-pacarnya melihat kejadian ini. Tak banyak yang tahu kalau dia itu playboy
sebab dia selalu bermain dengan rapi.
“Hyung…
kenapa tidak mengajak Sungyeon berdansa?” protes Kyuhyun pada Sungmin.
“Shirreo!!”
balas mereka bersamaan.
“Ayolah
Hyung… jangan bermusuhan terus, sekarang saatnya perdamaian, kita harus
menikmati pesta ini!” bujuk Kyuhyun.
“Yeon~a…
ayolah…” bujukku juga. Mereka akhirnya berdansa bersama meski terlihat sangat
kaku. Yah… kurasa itu wajar sebab mereka dalam keadaan terpaksa.
“Yaak…
Cho Kyuhyun! Mau sampai kapan kau berdansa dengan Gwansim? Lihatlah pacarnya
tak punya pasangan!” tegur Unnie sambil melirik ke arah Siwon. Siwon yang
sedang minum jadi tersedak karena Unnie, aku sendiri kaget bukan main. Aduh…
sepertinya Unnie belum tahu apa yang telah terjadi. Siwon diseret ke hadapanku,
aku jadi kikuk begitupun dia. “Yaak… apa yang kalian lakukan? Kenapa hanya
diam?” desak Unnie.
“Choi
Siwon cepat peluk dia dan ajak berdansa!” ucapnya lagi,
“Aduh…
chagi, kau sudah mabuk, ayo kita ke dalam saja!” ajak Heechul Oppa.
“Hyung…
berdansa saja dengan Gwansim, kau tahu sendiri kan kalau Jongsuk Noona sedang
mabuk, dia pasti tidak akan berhenti mencampuri urusan orang sampai orang itu
melakukan apa yang dia mau!” bujuk Kyuhyun, apa-apaan sih anak itu, seharusnya
dia menyelamatkan aku.
“Yaak…
Choi Siwon!” desak Unnie.
“Chaggi…
jangan berteriak, orang-orang melihat kita!” bujuk Heechul Oppa. Grebbb, Siwon
meraih tanganku dan menarikku ke dalam pelukannya. Dia… memutuskan untuk
berdansa denganku.
“Nah…
begitu baru bagus!” ucap Unnie plong,
“Ya
sudah… ayo kita ke dalam!” ajak Heechul Oppa pada pacarnya itu. Selama berdansa
dengannya, aku hanya dapat menunduk. Tak berani aku menatapnya di saat seperti
ini. Jantungku berdetak begitu cepat, aku hanya berharap dia tidak
mendengarnya. Alunan musik merdu itu terasa begitu lama berhenti, mau sampai
kapan aku dan Siwon dalam keadaan seperti ini?
Setelah
beberapa lama bersabar dan terjebak dalam keadaan kikuk, akhirnya acara dansa
pun selesai. Aku dan Siwon segera berpisah, cepat-cepat aku ke toilet untuk
memeriksa wajahku. Aduh… merah sekali, mana bibirku pucat. Astaga… aku tidak
bisa percaya aku dan Siwon berdansa! Seumur hidup aku tidak pernah sampai
kepikiran akan hal itu. Usai memperbaiki dandananku, aku kembali ke tempat
pesta. Aduh… kenapa gelap sekali? Apa mati lampu? Aku tidak dapat melihat
apa-apa!
“Yeon~a…
kau di mana? Kenapa di sini gelap sekali?” aku meraba-raba dalam gelap.
“Gwansim
jangan bergerak! Tetap di tempatmu!” perintah Sungyeon.
“Ada
apa sebenarnya? Kenapa jadi gelap begini?”
“Em…itu,
aduh pesta orang kaya memang benar-benar berbeda!”
“Yaak…
kau menginjak kakiku!” pekik Sungmin!
“Aku
kan tidak sengaja!” balas Sungyeon.
“Tidak
sengaja kok sampai sesakit ini?!”
“Namanya
juga tidak sengaja!”
“Dasar
kau, sini... aku tunjukkan bagaimana rasanya kalau kakimu diinjak!”
“Awwwwh,
Yaak… beraninya kau!” gedubrak buggh… Suara apa itu, sepertinya suara benda
jatuh. Ckleeek, tiba-tiba lampu menyala, kulihat beberapa pasangan menyudahi
ciuman mereka. Ja…ja..di, tadi itu kissing
time?
“Haaaaaaaa…”
pekikku sendiri saat melihat apa yang terbaring di bawahku, Sungmin dan Sungyeon!
Mereka…ciuman!
“Huuuuuuuuaaaaaaaaaaaa!!!!!
Tidakkkkkkkkk!!!” Sungyeon yang posisinya di atas buru-buru berdiri dan berlari
menangis.
“Yeoan~a!”
teriakku, kulihat Sungmin yang masih terbaring blank di bawah. “Sungmin-ssi apa
kau baik-baik saja?” tanyaku, dia hanya diam dengan mata melotot.
“Hyung!”
Kyuhyun segera menghampiri kami, “Cepat kejar Sungyeon!” perintah Kyuhyun.
Akupun segera berlari mengejar sahabatku itu. Kudapati dia yang sedang menangis
sesenggukan di sudut atap.
“Yeon~a…”
lirihku.
“Itu
ciuman pertamaku, aku ingin memberi ciuman pertamaku untuk orang yang aku
cintai…” huaaaaaaaaauuuaaaa, sahabatku itu menangis keras. Segera kutenangkan
dia dalam pelukanku. “Ciuman untuk Yesung Oppa berakhir dengan seorang gay,
tidakkkkkkkkkk!” tangisnya lagi, hm… aku hanya bisa menarik napas dalam-dalam.
“Sudahlah…
lagian Sungmin tidak sengaja ‘kan? Dia juga sampai shock,” bujukku.
“Argh…
tidak, aku tidak terima!”
“Yeon~a…
tenanglah, em… bagaimana kalau kita pulang sekarang?!” ajakku. “Aku sudah
lelah, banyak sekali kejadian di pesta ini yang berada di luar nalarku. Aku
takut bila semakin lama di sini, kejadian tak terduga akan semakin banyak
menimpa!”
“Kurasa
kau benar, kita pulang saja!” hiks, isaknya. Kugandeng lengan sahabatku itu
kemudian menuntunnya keluar dari atap. Mataku tertuju ke bawah, kulihat Siwon
sedang menyendiri di sebuah jembatan kecil sambil memandangi sungai kecil yang
mengalir di bawahnya.
Saat
berpamitan dengan Kyuhyun, dia tidak mengijinkan kami untuk pulang sendiri. Dia
ngotot ingin mengantar kami pulang, dan Sungmin juga harus ikut. Padahal aku
ingin memisahkan Sungmin dan Sungyeon setelah apa yang terjadi di antara mereka
namun yang ada… huft. Sungyeon manyun sejelek mungkin saat dia tak punya
pilihan, kami beriringan ke tempat parkir.
“Em…
kalian duluan dulu, aku ingin mengembalikan sesuatu pada Siwon-ssi!” ucapku
pada ketiga temanku. Wajah mereka langsung berubah heran namun bukan saatnya
aku memberi penjelasan. Perlahan aku melangkah mendekatinya, langkah sepatuku
membuatnya terusik namun dia tak bergeming.
“Siwon-ssi…”
tegurku,
“Wae?”
tanyanya tanpa menoleh.
“Aku
hanya ingin mengembalikan ini!” kubuka tas tanganku dan mengambil sebuah kotak
kecil berwarna biru sapphire. Dia akhirnya berbalik, tatapannya tertuju pada
kotak kecil itu, “Kurasa aku tak bisa lagi menyimpannya, antara kau dan aku
sudah tak ada apa-apa lagi maka cincin ini pun sudah tak dapat lagi bersamaku!”
“Buang
saja!”
“Tidak…
aku tidak bisa membuangnya, aku tidak pernah membuang barang pemberian orang
lain. Maka dari itu aku mengembalikannya padamu, toh… kalau kau ingin
membuangnya, itu terserah padamu.” Siwon pun menerima cincin itu, “Permisi …!”
pamitku. Aku meninggalkannya, dadaku terasa sesak, sebisa mungkin kutahan air
mataku. Beginikah akhir dari kisah kami? Plungggg, kudengar suara seperti benda
jatuh ke air. Aku menoleh dan kulihat Siwon membuang kotak itu ke sungai.
Diapun pergi dari tempatnya dengan arah yang berlawanan denganku. Penglihatanku
mengikuti kotak cincin itu yang mengalir terbawa arus sungai, aku sungguh tidak
menyangka dia akan membuangnya. Kupikir saat dia menyuruhku membuangnya, itu
hanya gertakan.
“Gwansim~a…”
lirih Sungyeon, entah kapan dia tepat berdiri di hadapanku, apakah dia juga
melihat kejadian tadi? Sungmin dan Kyuhyun memandang juga sedih padaku. Kubuka
high heels-ku dan berlari menuruni jembatan. Kukejar cincin itu yang telah jauh
terbawa arus sungai,
“Gwansim!!!!
Apa yang kau lakukan?!!” teriak Sungyeon dari atas. Hiks… entah kenapa aku
tidak tega melepasnya, aku tak mau kehilangannya. Meski hanya sebuah cincin
namun ianya memiliki arti yang dalam.
“Cincin itu menandakan bahwa
mulai detik ini kau adalah milikku!”, “Kalau kau menjaga cincin itu maka aku
juga menjaga hatiku!”
perkataan Siwon kala itu terngiang di telingaku, hiks… aku harus mendapatkannya
sebab hatimu berada pada cincin itu. Aku berlari secepat mungkin, berlomba
dengan arus sungai untuk menyelamatkan ‘hati’nya. Untunglah sebuah ranting
menahan laju kotak itu, akupun segera masuk ke sungai kecil itu dan
menyelamatkan kotak biru itu.
“Hiikksss………”
aku tersedu sambil memeluk kotak itu, di dalamnya cincin sapphire biru masih
dalam keadaan utuh. Terima kasih kau masih selamat, terima kasih… aku masih
saja terisak saat kusadari seseorang memelukku.
“Kyuhyun-ssi…”
lirihku,
“Kau
membuat kami khawatir!” ucapnya, dia membawaku menepi dan Sungyeon pun langsung
memelukku.
“Mencintainya
bukanlah sesuatu yang salah namun kusarankan jangan kau lakukan sebab kau hanya
akan menderita…” ucap Sungyeon.
to be continued ...
No comments:
Post a Comment