Tuesday 16 June 2015

FF Flower + Guys - Part 3

Inspirited from manga best seller “Hanayori Dango”



sebelumnya di Flower + Guys (Part 2)

“Mwoooooo???!! Jadi semalam Sungmin mampir ke restaurantmu??” pekik Sungyeon yang hampir membuat gendang telingaku retak. “Apa maunya anak itu, tak akan kubiarkan dia mendekati chagi-ku!”
“Mwo? Chagi?” kucoba memperjelas pendengaranku tadi, Sungyeon cengengesan,
“Wah… aku kalah selangkah, pokoknya aku tidak boleh tinggal diam! Aku harus lebih agresif lagi!”
“Kau ini bicara apa? Jangan merusak image polos yang selama ini telah kau bangun di hadapan Oppaku, nanti kau yang rugi!”
“Tapi kalau aku tinggal diam, aku bisa keduluan Sungmin!”
“Yaa… maksudmu Sungmin menyukai kakakku?!” pletak… dia menjitak kepalaku,
 “Apa kau tidak bisa melihat gerak-geriknya selama ini? Menurutku dia itu seorang gay!” bisik Sungyeon hati-hati. Heh… apa aku memang belum cerita padanya?
“Mmmm… dia…dia… memang gay!” ucapku pelan, sahabatku itu terperangah.
“Gwansimaaaaa!!!” Sungmin mengagetkan aku dan Sungyeon, di belakangnya mengikut Kyuhyun dan Siwon. “Bagaimana kabar Yesung Hyung? Semalam dia baik sekali padaku!”
“Sungmin~ssi… Oppaku itu pria normal…” ucapku berhati-hati.
“Yaa… yeoja gila, apa kau sudah mencuci otak Gwansim?” tanyanya pada Sungyeon.
 “Mwo? Gila? Apa perlu kuberikan cermin? Kau yang gila menaksir Yesung Oppa, Yaak… sampai matipun tak akan kulepas Yesung Oppa padamu!” 
“Whahahahaha… kau mengancamku? Bosan bersekolah di sini ya?” delik Sungmin. “Gwansim~a… apapun yang dia katakan, jangan ditanggapi. Dia hanya cemburu melihat aku dan Oppamu dekat!”
“Apa kau tak sadar justru hal itu yang harus ditanggapi oleh Gwansim. Yesung Oppa adalah pria normal, dia suka wanita bukannya ‘jeruk’!”
“Yaa… kau!!!” Sungmin mencekik Sungyeon, buru-buru aku memisahkan mereka. Kyuhyun dan Siwon menarik Sungmin sementara aku membantu Sungyeon.
“Kau bisanya hanya pada wanita ya?” umpat sahabatku,
“Memang apa kau wanita?!” balas Sungmin
“Yaa… !!!” Sungyeon histeris.

>.<

Huft… kurentangkan tanganku saat aku berbaring di taman sekolah, kubuka buku biologiku, kenapa aku malas membacanya padahal sebentar lagi olimpiade? Arhg… olimpiade biologi, drama musikal, masalah Yesung Oppa, juga Sungyeon dan Sungmin cukup membuatku kena struk mendadak.
“Lelah?” tanyanya, aku keget, kulihat Siwon berdiri di atas kepalaku, senyumannya membuatku sedikit melupakan bebanku. “Ayo bolos!” ajaknya, what? Bolos?

Kupeluk erat tubuhnya dari belakang saat dia mengendarai motor besarnya seakan sedang menembus angin. Entah ke mana dia akan membawaku, aku hanya dapat menutup mata dan kurasakan motornya menyelip ke kanan dan ke kiri. Beberapa lama kemudian aku dan dia tiba di sebuah padang rumput yang luas di daerah perbukitan. Sepertinya ini kawasan Incheon.
“Tempatnya bagus sekali, tenang dan terasa damai!” ucapku sambil berlarian ke sana ke mari. Setelah lelah bermain-main, aku dan dia tiduran di atas rumput yang hijau ini.
“Ini tempat kesukaan Yeonhee!” ucapnya tiba-tiba, aku kaget, siapa Yeonhee itu? Kulihat dia menatap lepas ke angkasa, “Yeonhee~a… kau baik-baik saja di sana? Lihat, aku membawa seorang yeoja, dia cantik ‘kan?” gumamnya sendiri. Aku ikut menerawang ke angkasa, apakah Yeonhee sudah…

Usai jam pelajaran ekstra bagi siswa yang akan ikut olimpiade belajar, kutarik tangan Kyuhyun ke tempat sepi. Kurasa dia tahu banyak tentang masalah Siwon, aku tidak berminat menanyakan hal ini pada Sungmin, yah… sekedar mengindari masalah.
“Yeonhee?!” tanya Kyuhyun balik, aku mengangguk mantap. “Dia cinta pertama Siwon Hyung!” dhuaaarrr, kurasakan ada sesuatu yang meledak di dadaku. Jadi… dia telah mencintai orang lain sebelumnya?
“Yeonhee adalah gadis yang sangat dicintai Siwon Hyung, cinta pertama dan kurasa yang terakhir baginya. Tiga tahun yang lalu dia meninggal karena kanker hati, Siwon Hyung benar-benar terpukul oleh kejadian itu. Bagaimana tidak, hyung belum sempat mengakui perasaannya, Yeonhee sudah terlanjur pergi. Mereka tumbuh dan bersekolah bersama, kurasa perasaan cinta hyung padanya sangatlah dalam, setelah kepergian Yeonhee, hyung menjadi pendiam, dingin, dan sarkastis. Dia jarang bergaul dan tidak punya belas kasihan.”
“Aku cukup kaget saat dia memperkenalkanmu pada kami, setelah bertahun-tahun terpuruk oleh kesedihan, kini dia kembali. Aku tidak tahu apa alasannya memilihmu namun yang jelas, kau tentulah istimewa. Kusarankan… jagalah kepercayaannya padamu, sebab dia tak akan memaafkan orang yang mengecewakannya!”
Aku tertegun sendiri memandang lepas pemandangan melalui jendela kamarku, Kyuhyun sempat memberikan selembar foto Yeonhee padaku. Yeoja yang manis dan cantik. Yeoja ini bila dibandingkan denganku… semakin membuatku penasaran kenapa Siwon memilihku menjadi pacarnya? Argh… tapi Siwon juga tidak akan menjawab bila aku bertanya, dia sudah pastikan itu.
“Gwansim~a…!!” teriakan Sungyeon mengagetkan aku, kulihat dia melambai di bawah. Ada apa anak itu datang ke sini? Biasanya dia menelpon dulu kalau mau datang. Yah… tidak jauh-jauh dari obsesinya mendekati Oppaku, kali ini dia mengajak aku dan Yesung Oppa jalan-jalan ke taman. Anak ini membuktikan perkataannya, dia akan bertindak lebih agresif.

            Hari ini kami melakukan gladi kotor persiapan drama musikal kami. Huft… Jessica benar-benar membuatku kesal, tak sekalipun dia serius dengan latihannya. Sudah berapa kali member mengulang dialog yang selalu salah di bagian gadis itu.
            “Apa kau dapat berakting atau tidak?!” tegur guru seniku yang merangkap sutradara drama ini pada Jessica. “Ya sudah… istirahat 15 menit!” putus guruku kesal. Pekerjaanku mulai, segera kuangkat bungkusan berisi minuman kaleng dan membagikannya pada setiap member.
            “Yaa… semua ini salahmu!” bentak gadis itu tiba-tiba padaku,
            “Mwo? Salahku? Di mana letak kesalahanku?” tanyaku bingung.
            “Kau sengaja membuat dialog yang sulit untukku supaya aku tidak dapat menguasainya dan akhirnya akan seperti ini, aku dipermalukan oleh songsaenim!” dia melotot ke arahku,
            “Kurasa kaulah yang mempermalukan dirimu sendiri! buktinya actor yang lain dapat menghapal dialognya. Hanya kau yang tidak bisa!” Donghae tiba-tiba membelaku,
            “Oppa!!!” protes gadis itu.
            “Besok kita akan gladi bersih dan lusa akan tampil, kalau keadaanmu terus begini, pertunjukan kita akan batal. Sebenarnya apa yang kau lakukan selama ini sampai belum menghapal naskah?!” sambung Donghae, Jessica memencak dan segera meninggalkan ruangan. Baru saja akan mengejarnya, Donghae menahanku. “Biar aku yang membujuknya!” ucapnya, aku pun tak dapat berbuat banyak lagi.
            “Gwansim… tak perlu khawatir, ini bukan salahmu. Hanya dia yang otaknya mandek makanya sulit menghapal!!!” member yang lain menghiburku. Huft… aku tersenyum, untung mereka tidak menyalahkanku. Lima belas menit kemudian kami kembali latihan, kali ini Jessica tampil sedikit lebih baik. Untung saja Donghae berhasil membujuknya, hm… memang hanya Donghae yang dapat menenangkannya. Setelah tiga jam berlalu, songsaenim mengizinkan kami pulang. Aku adalah juru kunci, jadi pastinya akan pulang paling belakang setelah membereskan ruang latihan ini.
            “Sudah selesai?!” tanya Donghae setelah aku keluar dari ruang ganti, aku mengangguk sambil merapikan buku-buku yang kubawa. “Gwan Sim!” dia menegurku, aku mendongak, perlahan tangannya mendekat ke wajahku. Aku cukup kaget, apa yang akan dia lakukan? “Ada sisa tissue di wajahmu!” ucapnya. Oh… aku jadi lega, kupikir…

            Donghae mengunci pintu ruangan dan tanpa kami sadari kami bersama-sama meraih kantongan sampah yang akan kubuang di depan nanti. Buru-buru kutarik tanganku saat tak sengaja dipegang olehnya.
            “Mianhe…!” ucapnya, aku menggeleng tanda tak masalah. Begitu berbalik untuk memulai langkahku, tiba-tiba saja Siwon sudah ada di depanku.
            “Ommo… kau membuatku kaget!” buku yang kubawa pun berjatuhan, dia tidak menggubrisku, pandangannya hanya tertuju pada Donghae di belakang. Aduh… kuharap dia tidak salah paham. “Maaf… aku kelamaan, tadi harus membereskan ruangan dulu!” aku segera menyela. Siwon masih tetap memandang tajam pada Donghae namun beberapa detik kemudian,
            “Tak apa, aku hanya bosan menunggu di parkiran. Kau terlihat begitu lelah, usai drama musikal ini, kau mengundurkan diri saja menjadi pengurus klub!” dia lalu memungut bukuku yang tadi jatuh. Astaga… dia menemukan foto Yeonhee yang menyembul dari lipatan bukuku. Sejenak dia menatapku, namun dia segera mengembalikan buku-buku itu dan tidak berkata apa-apa lagi.
>.<

Aku kelelahan usai pelajaran olah raga, seluruh tubuhku seperti remuk. Dengan langkah yang tertatih-tatih, aku berjalan ke ruang latihan. Aku harus tahan sebab hari ini adalah latihan terakhir kami.
“Oh… kau sudah datang?” sapaku pada Donghae yang tengah berlatih koreografi.
“Kau kenapa? Seperti kehabisan seluruh tenagamu!” tanyanya.
“Tadi ada lari marathon, pengambilan nilai mid semester. Argh… tulangku seperti dilucuti semua!” keluhku. “Oh ya… waktu latihan masih ada satu jam lagi ‘kan? Aku ingin istirahat dulu! Kau latihan saja, aku tidak masalah dengan suara musiknya.” Segera kurebahkan tubuhku pada sofa di balik tirai.
“Akan kukecilkan volume suaranya!!” sahut Donghae,
“Gomawo…” balasku.
Tidurku begitu nyenyak sampai akhirnya Donghae membangunkan aku, kulihat sudah banyak member yang datang dan sepertinya sudah saatnya kami latihan.
“Ini latihan terakhir kalian jadi… semua harus fokus dan serius arachi?”
“Nde Songsaenim!!!” para member menghabiskan waktu tiga jam berdialog dan menari mengikuti alunan skrip yang telah aku buat. Dan sukurlah semua berjalan lancar, Jessica tak lagi membuat masalah, kurasa hari ini mood-nya sedang baik. Tapi kenapa aku merasa kelakuannya agak aneh? Sedari tadi dia menatapku dengan senyuman yang mengerikan. Apa lagi yang dia rencanakan? Aduh… aku sungguh tidak dapat meladeni orang yang mengajakku perang urat syaraf seperti ini.

“Gwansim!!!!” seru Sungmin sesaat setelah kami selesai latihan, di sampingnya sudah berdiri Kyuhyun dengan senyuman mautnya sehingga membuat member yeoja kehilangan kendali.
“Kami datang mendukungmu biar kau dan yang lain lebih semangat!” sambung Kyuhyun. Aku celingukan mencari seseorang, mungkin saja dia jalan di belakang. “Siwon tidak ikut!” timpal Kyuhyun, dia menyadari kalau seseorang yang kucari adalah Siwon.
“Dia ke rumah Yeonhee, hari ini peringatan meninggalnya!” sambung Sungmin. Aku termangu, benarkah?
“Jangan bersedih… kau saat ini bersaing dengan orang yang telah tiada dan tentunya kau akan menang!”
“Mmmm… hwaiting!!!” Sungmin dan Kyuhyun memberi semangat, aku hanya bisa tersenyum meski sesak di dadaku begitu menyakitkan.

            “Yesung Hyung akan datang menonton pertunjukan besok kan?” tanya Sungmin berbinar-binar saat kami dalam perjalan pulang. Yah… kali ini merekalah yang mengantarku.
            “Entahlah… Oppaku itu akhir-akhir ini berubah, sulit sekali mengambil hatinya meski untuk jalan sekalipun.”
            “Hah…? Jangan-jangan dia punya masalah! ais… di saat seperti ini lah aku harus berada di sampingnya!”
            “Berubah bagaimana maksudmu?” tanya Kyuhyun,
            “Dia yang dulu cerewet dan begitu terbuka padaku kini tidak seperti itu lagi. Dia jadi pendiam dan sangat tertutup, aku jadi bingung!”
            “Jangan-jangan dia kena lovesickness!” sela Sungmin,
            “Aku adiknya!!!” kutegaskan pada Sungmin,
            “Yang bilang dia suka padamu memangnya siapa? Maksudku… lovesickness-nya pada seseorang yang terasa sulit didapatkan, yah… dia pasti sedang menantiku, dia malu mengutarakannya pada siapapun sehingga lebih memilih memendamnya sendiri dan akhirnya menjadi aneh…”
            “Jangan di dengar Gwansim!!!” potong Kyuhyun,   
            “Aku serius… pasti keadaanya seperti itu. Ah… aku sungguh tidak tahan, aku harus segera menemuinya.”
            “Hyung… kau lupa minum obat lagi? kita singgah di apotik ya!” cerocos Kyuhyun. Pletakkk… Sungmin menjitak kepalanya dan melotot ke arah dongsaeng-nya itu.
            “Oh… itu Yesung Oppa!!” tunjukkku sebelum mobil yang dikendari Kyuhyun memasuki lorong rumahku dan akhirnya kami singgah. Yesung Oppa sedang bersama Sungyeon dan itu membuat Sungmin berang.
            “Anyeong haseyo Hyung!” sahut Kyuhyun dan Sungmin berbarengan dan dibalas senyuman oleh Oppaku.
            “Kenapa kau ada di sini michieo yeoja?” tegur Sungmin pada Sungyeon.
            “Memangnya kenapa? Aku kebetulan bertemu Oppa di jalan jadi sekalian ngobrol dulu!” balas Sungyeon
            “Kebetulan atau kau memang membuntutinya?!” ucap Sungmin tidak percaya,
            “Yaa… jangan sembarangan bicara!!!” Sungyeon berang, kurasa karena dia ketahuan,
            “Sudah… apa kalian tidak malu bertengkar di hadapan Oppa?!” aku mencoba melerai. Kuberikan kode pada Kyuhyun untuk mengajak Sungmin pulang dan sukurlah si jenius matematika itu paham.
            “Hyung… ini sudah malam, lebih baik kita pulang!” Kyuhyun langsung menarik tangan Hyungnya dan memaksanya masuk ke mobil.
            “Yeon~a kau juga harus pulang, ini sudah malam!” segera kucegatkan taksi untuknya. Fuih… sukurlah sekarang pembuat keributan sudah pulang semua.
            “Temanmu ramai juga ya!” sindir Yesung Oppa, huh… ramai? Maksudnya ribut? Oppa berjalan beberapa langkah di depanku, punggungnya tak tegap lagi seperti dulu, seperti sedang memikul beban berat.
            “Oppa… besok kau mau datang ke pertunjukan drama musikal sekolahku kan?” tanyaku hati-hati. Tak ada respon darinya, “Em… memang bukan aku yang main namun skenarionya aku yang tulis. Kumohon Oppa mau datang, Eomma dan Appa berhalangan hadir dan kau satu-satunya harapanku!” lanjutku.
            “Apa perlu aku datang?” tanyanya,
            “Tentu saja! Aku ingin Oppa melihat hasil karyaku, apakah aku dapat menjadi penulis atau tidak?! Kumohon Oppa… datang ya!” aku berlari kecil ke arahnya dan segera merengkuh lengannya. Kucoba semanja mungkin agar dia mengabulkan permintaanku, “Aku tahu selama ini Oppa kecewa padaku karena aku sering pulang malam. Aku janji setelah drama ini aku akan mengundurkan diri jadi pengurus klub jadi tidak perlu pulang lambat lagi!”
            “Tak perlu berlebihan begitu, tak usah sampai mengundurkan diri hanya karena kau tak mau Oppa marah!”
            “Anio… tak apa-apa kok. Lagian Siwon juga tidak suka kalau aku kelelahan karena mengurus klub!”
            “Oh… jadi karena anak itu ya?!” lirihnya.
            “Kesimpulannya karena Siwon dan Oppa yang meminta!” kusandarkan kepalaku di bahu Oppa, “Oppa mau datang ‘kan?” aku merajuk. Dia tersenyum dan mengangguk, alangkah bahagianya aku dia menyanggupinya. Sebelum memasuki halaman rumah aku berbalik ke jalan utama, sepertinya tadi aku melihat mobil milik Siwon, tapi mana mungkin. Bukannya dia sedang sibuk di rumah Yeonhee?
Flower + Guys

            Berkat doa dan seluruh kerja keras member klub, proyek drama musikal kami akhirnya berjalan lancar. Kulihat di bangku penonton Yesung Oppa memberikan jempol padaku, aku hanya bisa tersenyum mengekpresikan kebahagiaanku. Setelah acara usai, para member saling berpelukan melepas kebahagiaan dan keharuan atas keberhasilan kami.
            “Gwansim~aaaaa!!!” teriakan Sungyeon mengalihkan pandanganku, dia berdiri di depan pintu sambil merentangkan tangannya, aku langsung berlari ke arahnya dan memeluknya. “Chukkaeyo!!” dia sangat antusias pada keberhasilan drama musikal kami.
            “Gomawo!!!” di belakang ada Siwon, Kyuhyun, dan Sungmin yang ikut sumringah melihat tingkahku bersama Sungyeon. “Oh ya… Yesung Oppa?” aku baru teringat pada Oppaku itu.
            “Tenang saja tadi kami sudah mengantarnya pulang!” cerocos Sungmin padahal baru saja Sungyeon ingin menjawab pertanyaanku.
            “Bagaimana kalau kalian ikut merayakan keberhasilan kami? Songsaenim akan mentraktir kita makan!” ajak Donghae pada teman-temanku. Kalau mengajak Sungyeon mungkin tidak akan mengapa, tapi kalau mengajak Flower Guys ini…
            “Baiklah… terima kasih!” serobot Siwon.
            “Uhm… tak masalah gabung dalam pesta kalian, aku juga ingin merasakan rasanya pesta siswa-siswa bisa!” sambung Kyuhyun
            “Di mana pestanya?!” seru Sungmin bersemangat.
            Aku jadi tidak enak pada ketiga pangeran sekolah ini saat member klubku membawa mereka ke sebuah warung pinggir jalan untuk berpesta bulgogi. Wajah mereka terlihat shock saat ajumma pemilik warung mengeluarkan hidangan yang akan kami santap. Siwon, Kyuhyun, dan Sungmin saling tatap seperti tidak percaya mereka disuguhkan hidangan seperti ini.
            “Kalian tidak perlu makan ini, biar kupesankan daging untuk kalian!” ucapku, baru melihat usus sapi di depannya itu, wajah Sungmin langsung pucat. Siwon langsung menarik tanganku saat aku berdiri akan memesan steak untuk mereka.
            “Tidak perlu… kami akan makan ini!” ucapnya. Sungmin dan Kyuhyun menatap horror pada temannya itu, tatapan mereka mengisyaratkan mereka tidak sanggup makan.
            “Yaa… anak manja, coba dulu baru berkomentar!” Taeyoen yang sudah memanggang potongan usus sapi itu langsung memasukkannya ke dalam mulut Sungmin. “Jangan dimuntahkan! Kunyah dulu!” cegat sahabatku itu saat Sungmin mual dan ingin mengeluarkan makanan yang ada di dalam mulutnya itu. Buru-buru kuambil daun selada yang sudah dikulum dan menyuapkannya pada Sungmin agar dia tidak begitu mual. Dengan sekuat tenaga Sungmin mengunyah dan akhirnya menelan makanan baru itu.
            “Lumayan!!” ucap Sungmin meski peluh mengiasi wajahnya.
            “Benarkah Hyung?” tanya Kyuhyun meyakinkan, Sungmin mengangguk,
            “Mau coba?” tanya Sungyeon pada si magnae, dengan ragu Kyuhyun menyumpit seiris usus itu dan mencelupkannya pada saos kemudian memakannya. Kusodorkan daun selada padanya dan dia nampak menikmatinya. Dia tersenyum, dari ekspresinya aku sudah tahu bagaimana tanggapannya.
            “Yaa… kau menyuapi Kyuhyun dan Sungmin tapi melupakan pacarmu sendiri!”
            “Yeon~a…” kusikut dia, aku jadi salah tingkah. Tak dapat kusembunyikan rasa gugupku saat aku menyuapi Siwon, tatapannya padaku serasa melepas jantungku dari singga sananya.
            “Ottoekhe?!” bagaimana, tanyaku saat dia sudah mencicipi,
            “Maeshita!” enak, jawabnya. Secuil lesung pipi menambah ketampanan wajahnya.
            “Kenapa wajahmu merah?!” pertanyaan Sungmin membuatku tersedak meski sedang tak makan apa-apa. “Awww…!!” Sungmin langsung meringis, kurasa Sungyeon menginjak kakinya. “Yaa… kau sudah bosan sekolah di Neul Paran?!” Sungmin melotot.
            “Jangan mengganggu moment mereka!” bisik Sungyeon. Aku mengalihkan pandangan ke arah lain, aku tak bisa terus menerima tatapan Siwon. Tanpa kusadari ternyata Donghae sedang melihat ke arahku sehingga kami bertemu pandang.
            “Teman-teman… aku punya rekaman menarik selama masa latihan kita, aku putarkan untuk kalian ya!” Jessica mengambil alih suasana. Handycam-nya di hubungkan ke LCD dan beberapa saat kemudian menampilkan kegiatan kami selama latihan di klub. Kami semua terbahak-bahak melihat kejadian-kejadian konyol selama latihan beberapa bulan itu. Kapan Jessica merekam semua itu?
            Kini rekamanku, kulihat diriku sedang memperbaiki tirai pertunjukan. Donghae muncul dan meyuruhku istirahat, saat akan menuruni tangga, aku terpeleset dan dia menangkapku. Aku cukup kaget, perasaan saat itu hanya ada aku dan Donghae tapi kenapa Jessica dapat merekam kami. Aku jadi kikuk sebab Siwon tidak berkomentar sama sekali, apa lagi sebagian tatapan member menuju arahku.

            Setelah adegan itu, masih ada aku lagi. Kali ini aku baru keluar dari ruang ganti sambil merapikan tas dan buku-buku yang kubawa. Donghae menghampiriku dan perlahan membelai wajahku. Setelahnya kami berdua tersenyum dan segera meninggalkan ruangan, tunggu… ini kan kejadian saat Donghae membantuku membersihkan tissue di wajahku. Tidak… tapi kenapa gambarnya seperti kami sedang bermesraan?! Kulirik Siwon di sampingku, matanya merah melihat LCD itu, kaleng jus yang diremasnya menjadi remuk.


Kulihat Jessica tersenyum licik, apa maksudnya semua ini? Kapan dia merekam ini? Apa dia melakukannya sembunyi-sembunyi? Masih ada lagi, dalam rekaman itu kulihat aku tertidur di sofa. Ini saat aku sangat kelelahan usai pelajaran olah raga. Perlahan Donghae mendekatiku, dia membuka sepatuku dan dengan hati-hati memijat kakiku. Sesaat dia memandangku, membelaiku dan wajahnya mulai mendekat…
            “Apa maksudmu memutar rekaman itu!” Donghae langsung mematikan rekaman itu dan membentak Jessica.
            “Kenapa kau menghentikannya? Padahal sudah memasuki adegan klimaks!” Jessica berbicara dengan entengnya.
            “Bagaimana bisa kau merekam semua itu? Apa kau membuntuti kami?” aku angkat bicara,
            “Aku curiga pada gerak gerik kalian, ternyata benar kalian berselingkuh. Teganya kau menggoda Donghae yang sudah jelas punya pacar, dan pacarnya itu teman satu klubmu sendiri. Sementara kau… kau juga sudah punya pacar, apa pria seperti Choi Siwon masih belum cukup untukmu?!” ucapnya hati-hati sambil melirik ke arah Siwon. Siwon segera berdiri dan meninggalkan ruangan tanpa berkomentar. Namun kulihat jelas auranya begitu menakutkan.
            “Siwon~ssi…” aku mencoba menghalaunya namun peganganku dihempaskannya dengan kasar.
            “Untuk saat ini, biarkan dia melakukan apa yang diinginkannya!” Kyuhyun memberi nasehat,
            “Uhm… biarkan dia sendiri dulu, dalam keadaan seperti ini dia akan menyendiri!” tambah Sungmin.
            “Aku… aku bisa jelaskan semua, ini tidak seperti yang kalian bayangkan!” ucapku penuh kecemasan.
            “Kau memang harus menjelaskannya!” ucap Kyuhyun.
            “Kau benar-benar jahat!” Sungyeon menampar Jessica,
            “Yaa!!!!” Jessica berang, blug…blug… Sungmin membantu dengan menumpahkan sekaleng jus ke kepala gadis itu.
            “Good job! Ayo pergi!” Kyuhyun menarik tanganku dan di belakang Sungyeon menyusul bersama Sungmin.



to be continued ...

No comments:

Post a Comment