sebelumnya di ... Flower + Guys (Part 6)
Aku
kembali ke Neul Paran, sekolah yang nyaris kutinggalkan. Berkutat dengan tugas dan
kesibukan sekolah telah menjadi rutinitasku selama ini. Aku juga semakin sering
mengikuti bimbingan kelompok belajar sebagai persiapan olimpiade. Teman-teman
yang dulu begitu sungkan padaku saat aku masih bersama Siwon kini kembali
memperlakukanku acuh seperti dulu. Aku senang dengan kehidupan lamaku yang
telah kembali, tak ada masalah dan hal-hal yang menambah beban pikiranku selain
belajar dan hanya belajar.
“Ugghhhhhh!!!
Lelahnya kalau terus begini!” gerutu Kyuhyun sambil memijat belakang lehernya
usai kami mengikuti bimbingan belajar.
“Setelah
olimpiade, semua akan berakhir, jadi kau bersabarlah!” ucapku, meski aku juga
sangat lelah dan mataku sudah sangat berat.
“Kau
ada jemputan? Ini sudah malam!” tanya Kyuhyun. Aku diam, sepertinya aku harus
pulang sendiri sebab Yesung Oppa sedang tidak enak badan, aku tidak mau
menyusahkannya.
“Nde…”
jawabku bohong pada Kyuhyun, aku juga tak mau menyusahkannya sebab kulihat dia
sudah kelelahan.
“Oh…
ya sudah, aku mau menelpon supirku dulu!” ucapnya. Kami pun berjalan bersama
menuju parkiran, kulihat ada mobil milik Siwon,
“Hyung…?”
tegur Kyuhyun, dari respon yang diberikan Kyuhyun, aku bisa menebak kalau dia
kaget. “Apa yang Hyung lakukan di sekolah?!” Siwon terlihat gelagapan mendapat
pertanyaan seperti itu dari dongsaengnya.
“Gwansim!”
tiba-tiba ada seseorang yang menegurku, kulihat Donghae datang dengan sepeda
motornya.
“Donghae?!”
ucapku heran.
“Ayo
kita pulang!” ajaknya,
“Oh…
jadi maksudmu yang akan menjemputmu adalah Donghae?” tanya Kyuhyun. Aku jadi
bingung sendiri, padahal aku tidak punya jemputan dan tidak pernah meminta
Donghae untuk menjemputku.
“Sudahlah…
cepat pulang, ini sudah malam. Besok jadwal kita masih padat jadi kau harus
cepat beristirahat!” ucap Kyuhyun. Dengan senyuman khasnya, Donghae menyodorkan
helm padaku. Segera aku memasang helmnya dan naik ke motornya.
“Hyung…!”
tegur Kyuhyun pada Siwon, “Apa yang Hyung lakukan di sini?!” dia mengulang
pertanyaannya yang belum dijawab Siwon tadi.
“Aish…
aku datang untuk menjemputmu! Cepat naik!” jawab Siwon dengan ketus.
“Wah…
Hyung baik sekali, tapi aku sudah menelpon supirku!”
“Telpon
kembali supirmu dan katakan kalau kau sudah ada yang jemput!”
“Em……
kalau begitu kami permisi dulu! Sampai besok Kyuhyun!” aku menyela pembicaraan
mereka dan setelahnya menghilang bersama Donghae.
“Sudah
cepat naik!!!!” masih dapat kudengar Siwon menghardik Kyuhyun.
“Iya,
iya, iya, kasar sekali! Lagi datang bulan ya Hyung?!”
“Kau…..”
>.<
“Donghae~a…kenapa kau menjemputku?”
tanyaku saat kami dalam perjalanan
“Memangnya tidak boleh?” tanyanya
balik
“Bukan begitu, aku hanya kaget saja
kau tiba-tiba datang!”
“I’m care for you so I will do
everythings to protect you!”
“Wah… sok pakai bahasa Inggris, ya
sudah, terima kasih!” ucapku sambil tertawa. Donghae tiba-tiba menepi,
“Kenapa?” tanyaku heran. Aku pun turun dari motor dan disusul olehnya,
“Aku… ingin berbicara serius
denganmu!” dia menjawab pertanyaanku.
“Apa?”
“Aku…” ucapannya terpotong saat
suara klakson mobil menengahi kami.
“Yaa… kenapa kalian singgah? Apa
motornya mogok?” tanya Kyuhyun, dia singgah saat melihat kami di jalan.
“Aniya… Donghae ingin mengatakan
sesuatu makanya kami singgah dulu!”
“Yaa… Lee Donghae, ini sudah malam,
antar dia pulang secepatnya! Kalau kau ingin mengatakan sesuatu, bicaralah
besok, jangan menyita waktu istirahatnya!”
“Nde, aku hanya sebentar!” balas
Donghae. Tiba-tiba Siwon keluar dari mobilnya. Dia menghampiri aku dan langsung
menarik tanganku.
“Siwon-ssi… apa yang kau lakukan?”
tanyaku heran, apa lagi ini? Memangnya kesalahan apa lagi yang kubuat sehingga
dia menarikku seperti ini. Dia membuka pintu depan dan menyuruh Kyuhyun keluar.
Begitu dongsaengnya keluar, Siwon langsung memasukkan aku ke mobilnya.
“Hyung… aku bagaimana?” tanya
Kyuhyun.
“Cari tumpangan sendiri!” balas
Siwon. Dia langsung masuk ke mobil dan segera meninggalkan lokasi.
“Yaa… hyung, aku sudah membatalkan
supirku tadi, kenapa kau tega padaku?!” teriak Kyuhyun namun percuma karena
kami sudah jauh. Sepanjang jalan aku hanya diam, aku terlalu ragu untuk bicara.
“Em… jangan salah paham padaku, aku
hanya ingin mengantarmu pulang. Ini sudah terlalu larut untuk seorang siswi
pulang sekolah dan kurasa Donghae tidak paham akan hal itu.” Siwon membuka
percakapan, aku hanya mengangguk gugup.
“Gomawo…” ucapku. Setelah beberapa
menit akhirnya aku sampai, begitu turun dari mobil, kuucapkan terima kasih
sekali lagi padanya. Meski ia tidak menggubris dan langsung saja kabur, aku
yakin dia menerima permintaan terima kasihku.
“Baru pulang?!” tiba-tiba Yesung
Oppa muncul saat aku membalik badan.
“Ommo! Oppa, kau membuatku kaget.
Nde… aku ada pelajaran tambahan makanya pulang larut.”
“Diantar Siwon lagi?” tanyanya. Aku
kikuk, apa mesti berbohong agar dia tidak marah? Sebab kulihat sepertinya dia
kurang suka pada Siwon.
“Nde…” jawabku jujur, aku tidak terbisaa
berbohong dan kali ini pun begitu. Tanpa protes lagi Oppaku membalik badan dan
masuk pekarangan. “Oppa… jangan marah, Siwon pria yang baik kok! Dia tidak
pernah bertindak kurang ajar padaku.” ups… baru saja aku bersumpah tidak akan
berbohong tapi apa yang kukatakan barusan telah melanggar sumpahku.
“Dia anak orang kaya, aku takut
kalau kau hanya dipermainkan! Anak dari kalangan jetset seperti dia tentu memiliki banyak teman wanita yang jauh
lebih hebat darimu. Kalau dia bisa mendapatkan yang lebih bagus darimu, lalu
kenapa dia memilihmu? Kau hanya akan dipermainkan!” aku tertegun mendengarnya,
“Siwon tidak seperti itu Oppa!
Jangan selalu menganggap orang kaya adalah orang yang sombong! Jangan
menyamaratakan orang kaya adalah orang yang suka mempermainkan orang lain!”
“Memang begitu kenyataannya, kau
belum merasakannya saja makanya lebih baik berpisahlah sekarang daripada harus
menunggu kau disakiti dulu!”
“Siwon mencintai seorang gadis dan
sampai sekarang pun begitu, meski gadis itu telah tiada namun dia tetap
menyimpan cinta itu dengan utuh! Coba katakan Oppa, apa orang seperti itu masih
tergolong orang yang suka mempermainkan orang lain?!”
“Apa? Siwon mencintai gadis lain?
Lalu kenapa dia masih berhubungan denganmu?” Astaga aku kelepasan bicara,
“Beraninya dia menjadikanmu pacar sementara dia malah mencintai orang lain. Dan
bodohnya lagi kau sudah mengetahuinya namun masih tetap bersamanya!”
“Hyung… apa yang terjadi? Kenapa
kalian bertengkar?” tiba-tiba Jongjin Oppa datang, Yesung Oppa tidak menggubris
adiknya sebab perhatiannya semua kepadaku, matanya menatap tajam dan marah
padaku.
“Karena aku mencintainya! Aku sangat
mencintainya!” jawabku,
“Mwo?”
“Aku ingin pasangan seperti Siwon,
pasangan yang setia sepertinya. Aku ingin dia mencintaiku seperti dia mencintai
Yeonhee meski sekarang Yeonhee telah tiada!”
“Apa?
Jadi kau ingin seperti gadis itu? Kau ingin meninggal demi mendapatkan
cintanya?”
“Iya…
aku rela, aku ingin dia mencintaiku meski kelak aku telah tiada!” wajah Oppa
jadi merah padam, kulihat dia mengayunkan tangannya ke arahku,
“Yaak… Yesung~a hajima!” Eomma
datang dan menghalangi Oppa.
“Oppa mau memukulku?” tanyaku tidak
percaya,
“Karena Oppa tidak suka kau selalu
membelanya!”
“Sudahlah… sudah, jangan bertengkar
lagi! ini sudah malam, semua tetangga nanti tertanggu!” bujuk eomma.
“Hyung, kasihan Gwansim, dia baru
pulang sekolah dan sekarang dia butuh istirahat.” bujuk Jongjin Oppa. Yesung
Oppa tidak punya pilihan, dia masuk ke rumah dengan langkah marahnya.
T__T
Sepanjang
waktu aku terus termenung, entah apa yang merasukiku semalam sehingga aku
berani menetang Oppa. Baru kali ini aku berbicara dengan nada tinggi padanya,
dan baru kali ini dia marah sampai ingin memukulku. Aku hanya tidak suka dia
memandang Siwon seburuk orang kaya kebanyakan, aku lelah berulang kali
menjelaskan padanya bahwa Siwon bukan orang jahat seperti yang dia kira. Entahlah…
apakah aku yang terlalu sensitive atau kah Oppa yang terlalu keras kepala? Aku
tidak suka ada yang menjelek-jelekkan Siwon di depanku, meski itu Oppaku
sendiri.
“Kau
ada masalah?” tiba-tiba Kyuhyun muncul dari belakangku,
“Oh…
bukan masalah besar!” balasku.
“Bukan
masalah besar ya? Tapi sepanjang bimbingan belajar tadi kau kelihatannya tidak
konsentrasi!”
“Kau
memperhatikanku?” tanyaku balik
“Soalnya
kau terlihat aneh!” jawabnya, baru saja aku akan angkat bicara…
“Gwansim~a…
kau bertengkar dengan Yesung Oppa ya?” seru Sungyeon tiba-tiba. Kyuhyun yang
tadinya sudah curiga kalau aku bermasalah akhirnya tahu keadaan yang
sebenarnya.
“Benar
kau bertengkar dengan Oppa-mu?” tanya Kyuhyun.
“Irgh…
kenapa kau ini! Bisa tidak jangan teriak?” aku menegur sahabatku itu.
“Mianhe,
aku hanya kaget soalnya dapat telpon dari eomma-mu, katanya semalam kau baru
saja bertengkar dengan Yesung Oppa!” jawab Sungyeon polos.
“Aduh…
eomma untuk apa melapor padamu?!” desisku.
“Eomma-mu
takut melihat kondisimu yang murung sejak semalam makanya aku diminta untuk
menjagamu!”
“Memangnya
kenapa kau bertengkar dengan oppa-mu? Apa karena pulang larut semalam?” tanya
Kyuhyun. Aku menggeleng,
“Mereka
bertengkar karena Siwon!” Sungyeon yang menjawab pertanyaan Kyuhyun.
“Yaak,
memangnya eommaku bercerita sampai di mana padamu?” aku kaget Sungyeon sampai
tahu sedetail ini.
“Semuanya!
Eomma-mu bilang kau bertengkar karena Yesung Oppa tidak senang kau jalan dengan
Siwon, dan juga kau marah karena Oppa selalu menjelek-jelekkan Siwon…”
buru-buru kusumpal mulut Sungyeon agar Kyuhyun tak perlu dengar lebih banyak.
“Ada
apa kalian menyebut-nyebut namaku?” tiba-tiba Siwon muncul bersama Sungmin, Sungyeon
bergidik dan aku menelan ludah.
“Ah…
tidak ada apa-apa kok Hyung! Kami hanya membahas masalah olimpiade nanti!”
Kyuhyun mencoba memutar topik. Siwon menatap tajam dongsaengnya itu seakan
berkata– memangnya kau pikir aku tuli?- seketika Kyuhyun diam.
“Beritahukan
pada Oppamu, kau dan aku tidak ada hubungan apa-apa lagi!” dia berpaling
menatapku. “Dia tak perlu khawatir lagi aku mendekatimu sebab aku tidak memliki
perasaan apa-apa padamu, sejak dulu sampai sekarang!”
“Yaak…
bisakah kau bicara lebih sopan pada seorang gadis?” tegur Sungyeon, Siwon
lantas meliriknya. Sungyeon memegang tanganku, sepertinya dia ketakutan.
“Aku
hanya mengatakan yang sebenarnya padanya, aku tidak suka Oppa-nya
menjelek-jelekkan aku sementara aku dan gadis ini tidak punya hubungan apa-apa
lagi!”
“Dia
juga tidak suka kalau kau dijelek-jelekkan makanya Gwansim bertengkar dengan
oppa-nya! Sejak bersahabat dengan Gwansim, sekalipun aku tidak pernah mendengar
dia bertengkar dengan oppa-nya. Baru kali ini mereka bertengkar dan itupun
untuk membelamu!” seru sahabatku. Siwon bungkam,
“Kurasa
itu sudah sepantasnya dia lakukan sebab oppa-nya menjelek-jelekkan orang yang
salah!”
“Noe
jeongmal…” Sungyeon geleng-geleng kepala,
“Mwo?”
tantang Siwon.
“Ah
sudahlah… Wonnie bukannya kau ada pertemuan keluarga?” Sungmin menyela, kurasa
dia ingin melindungi Sungyeon.
Untunglah
semua berakhir sebelum kemarahan Siwon datang, setelah si pemimpin Flower Guys
itu pergi seperti bujukan Sungmin, keadaan jadi sedikit kaku.
“Mmmm…
bagaimana kalau kita jalan?” Kyuhyun langsung nyeletuk saat diam menyelimuti
kami.
“Sepertinya
bagus, kau dan Gwansim akhir-akhir ini belajar ekstra untuk menghadapi
olimpiade makanya butuh sedikit refreshing!” Sungmin mengiyakan. Akhirnya kami
berempat menghabiskan sore di Hyundae Depertment Store. Kekakuan Sungyeon dan
Sungmin sangat terlihat jelas pasca ciuman kecelakaan itu, aku dan Kyuhyun pun
hanya dapat tertawa geli secara sembunyi-sembunyi.
Aku
termenung saat melalui outlet perhiasan, jejeran cincin berpasangan yang
terpajang di lemari kaca membuatku teringat dengan cincin pemberian Siwon.
“Jangan
bersedih! Semua akan berakhir, namun hanya waktu yang dapat menjawab apakah
akan berakhir dengan kebahagiaan atau kesedihan,” dia merangkul pundakku. Aku
tersenyum tipis, ya… semua akan berakhir namun entah kapan?
“Oppa…!!!”
terdengar suara lengkingan seorang gadis dari belakangku. Buru-buru aku dan
Kyuhyun berbalik, kulihat seorang gadis manis dengan dandanan casual namun berwajah
masam melihatku.
“Hara!”
ucap Kyuhyun.
“Kau
kenal?” tanyaku pada pria di sampingku itu.
“Yaak,
siapa dia? Kenapa kau memeluknya?” bentak gadis manis itu, buru-buru Kyuhyun
melepas rangkulannya dan akupun sedikit menjauh darinya.
“Mmmmm…
dia chingu-ku!” jawab Kyuhyun, aku mengangguk mengiyakan agar dia tidak salah
paham. “Yeoja chingu-ku!” sambung Kyuhyun lagi, mataku membulat, apa kau
bilang? Kutatap Kyuhyun dengan tatapan - sejak kapan aku jadi pacarmu? Kyuhyun
balik menatapku dengan tatapan memohon belas kasihan.
“Mwo?
Jadi dia gadis yang membuatmu menolakku?” desak gadis manis itu.
“Mianhe…
aku tidak bisa meninggalkannya sebab aku lebih mencintainya!”
“Arrggg…
aku tidak terima, baguslah kau membawanya ke hadapanku, dasar gadis jalang!!!”
gadis yang bernama Hara itu langsung menghampiriku dan menjambak rambutku.
“Aaaaaarrrrrgggggg!!!!!!”
teriakku kesakitan,
“Rasakan
ini, dasar kau perebut pacar orang!” bentak gadis itu beringas.
“Yaak,
Hara lepaskan!” Kyuhyun berusaha memisahkan kami. Lama kami bertiga tarik
menarik sehingga sukses menarik perhatian pengunjung mall. Kepalaku serasa mau
pecah, tenaga gadis ini seperti tenaga kuda, dia seperti bersemangat sekali
menyiksaku. Parahnya lagi Kyuhyun belum berhasil juga menjauhkan gadis itu
dariku.
“Yaak!
Apa yang kau lakukan pada Gwansim?!” dari jauh kudengar pekikan Sungyeon yang
tadi sempat terpisah denganku. Greb… kulihat Sungyeon menjambak gadis itu,
“Lepaskan Gwansim!” bentak Sungyeon, jadilah pertengkaran itu semakin seru. Aku
dijambak gadis itu dan gadis itu dijambak Sungyeon.
“Hara~ya
lepaskan! Jangan seperti ini!” Kyuhyun dengan sekuat tenaga berusaha menarik
gadis itu dan sukurlah kali ini dia berhasil. Sementara Sungyeon buru-buru
ditarik Sungmin. Kupegangi kepalaku, apa rambutku masih ada? Kuraba-raba
rambutku, sukurlah masih ada yang tersisa.
“Aku
tidak rela Oppa, aku tidak akan melepaskanmu pada wanita lain! Kau milikku
Oppa, kau tidak boleh berpaling dariku!” gadis itu meronta-ronta dalam pelukan
Kyuhyun.
“Hyung…
bawa Gwansim pergi!” pinta Kyuhyun pada Sungmin. Tanpa banyak protes, Sungmin
membawaku pergi, tak lupa dia menarik Sungyeon untuk ikut.
Setelah
berlari lumayan jauh, kami singgah sejenak mengatur napas. Entah bagaimana
keadaan Kyuhyun sekarang.
“Dia
siapa sebenarnya Sungmin-ssi?” tanyaku ngos-ngosan.
“Tadi
Kyu memanggilnya Hara ya? Berarti dia mantannya Kyu!”
“Dia
seperti bukan perempuan saja!” tambah Sungyeon.
“Dia
memang sedikit tidak waras, dia posesife makanya Kyu meninggalkannya!”
“Pantas
tadi Kyuhyun-ssi berbohong dan mengakui aku sebagai pacarnya di depan gadis
itu,”
“Gila…
Kyuhyun pacaran sama cewek sinting! Ternyata playboy bisa salah pilih juga!” Sungyeon
geleng-geleng kepala.
“Ya
sudah… kita pulang saja!” ajak Sungmin.
“Lha…
Kyuhyun-ssi bagaimana?” tanyaku
“Dia
sudah terbiasa mengurus gadis sinting seperti Hara jadi tidak usah cemas!
Lagian malah tambah gawat kalau kita masih di sini, kalau kedapatan gadis itu,
apa kau masih tahan dijambak?” tanyanya yang kupikir lebih tepat disebut
ancaman.
“Ya
sudah… ayo pergi!” Sungyeon langsung menarik tanganku meninggalkan mall.
>.<
Hari
ini aku tidak ikut bimbingan belajar di sekolah, aku pulang lebih awal dengan
alasan tidak enak badan. Sampai sekarang aku dan Yesung Oppa belum teguran dan
itu sangat mengganggu pikiranku sehingga aku tidak dapat berkonsentrasi. Saat
bus yang kutumpangi melalui taman dekat rumah, kulihat Yesung Oppa bermain
basket. Aku langsung turun, kupikir aku yang harus meminta maaf duluan agar
masalah ini tidak berlarut-larut.
“Apa
kau yang bernama Kim Gwansim?” tanya seorang pria bertampang sangar padaku saat
aku baru akan menyeberang jalan.
“Nde…”
jawabku ragu. Beberapa orang berkostum sama dengannya merapat ke arahku.
“Silakan
ikut kami!” perintahnya.
“Siapa
kalian?” tanyaku, kucoba mundur, perasaanku mulai tidak enak melihat tingkah
mereka. Kulihat orang yang bertanya padaku memberi isyarat pada temannya yang
berada di belakangku. Greb… orang di belakangku membekap mulutku, aku mencoba meronta
namun mereka terlalu kuat untuk kulawan. Gerkk, kugigit tangan orang yang
menyumpal mulutku,
“Oppaaaaaaaaaa…”
teriakku, kuharap Yesung Oppa mendengarnya. Aku dimasukkan ke mobil dan buukkk…
seseorang memukul leherku hingga aku kehilangan kesadaran.
Saat
aku terbangun, kaki dan tanganku sudah terikat, aku duduk di sebuah kursi dan…
jantungku berdegup kencang saat kulihat posisiku berada di ujung seluncuran
yang bermuara di sebuah kolam. Keringat dinginku mengucur, sekali saja aku
bergerak, aku akan terjun.
“Kau
sudah sadar?” suara itu mengagetkanku, dan aku lebih kaget lagi saat kulihat Hara
berdiri sambil melipat tangan.
“Kau?”
tegurku tidak percaya.
“Ternyata
cukup mudah menemukanmu, kau lumayan terkenal di sekolah sehingga gampang
mendapatkan datamu.”
“Apa
maumu?”
“Aku
ingin memberimu pelajaran agar tidak sembarangan merebut pacar orang!”
jawabannya membuatku tertawa miris,
“Kau
salah paham, sebenarnya…”
“Aku
tidak ingin mendengar ceritamu! Aku muak!” perlahan dia ke arahku, kuharap dia
belum berniat mendorongku. Dia angkatnya daguku, diamatinya wajahku kiri dan
kanan. “Cih… kau tak ada cantik-cantiknya tapi kenapa Oppa malah memilihmu?
Lihat kulitmu kotor dan pipimu chaby, hidungmu tidak setinggi hidungku dan
bibirmu tidak secantik bibirku!” gadis itu berceloteh sendiri membandingkan aku
dengan dirinya. Kurasa Sungmin benar, gadis ini memang tidak waras.
“Coba
kalian lihat, cantikan mana, aku atau dia?!” dia bertanya pada orang-orangnya
yang tadi menculikku.
“Tentu
saja nona lebih cantik!” jawab mereka serempak. Ini benar-benar gila! Gadis itu
mengamati wajahku sekali lagi. Aku takut… aku takut dia mendorongku hingga aku
meluncur di kolam, aku tidak tahu berenang.
“Cukur
habis alisnya! Aku ingin membuatnya sejelek mungkin agar Kyu Oppa tidak berminat
lagi padanya,” perintahnya pada beberapa pelayan wanita yang mendampinginya.
“Mwo?
Jangan! Kumohon jangan!” pintaku ketakutan. Pelayan wanitanya mendekat ke
arahku sambil membawa pisau cukur, air mataku mulai menggenang,
“Nona…
ada telpon!” seru bodyguard-nya. Gadis itu cemberut karena merasa terusik,
“Oppa!”
serunya gembira melihat ke layar ponselnya, dia menerima panggilan video. “Coba
lihat siapa yang sedang bersamaku?!” dia mengarahkan ponselnya padaku, di layar
kulihat Kyuhyun dengan wajah cemasnya.
“Gwansim…
kau baik-baik saja?” tanyanya,
“Bagaimana
mungkin dia baik-baik saja kalau dia diculik!” kulihat Sungyeon mengomel di
belakangnya.
“Kyuhyun-ssi
tolong aku!” isakku.
“Oppa,
responmu cepat juga. Perasaan baru sebentar aku mengirim foto gadis ini dalam
penyandraanku, kau sudah menelpon. Sepertinya kau benar-benar menyayanginya!”
“Tidak
Hara~ya… jangan sakiti dia, dia tidak tahu apa-apa, dia tidak salah!”
“Apanya
yang tidak salah? Dia merebutmu dariku dan itu adalah kesalahan paling fatal
yang telah dia lakukan padaku!” gadis itu mendekat ke arahku, “Oppa, bagaimana
kalau alisnya kucukur habis,”
“Mwo?”
pekikan Kyuhyun terdengar jelas,
“Kyaaa…
gadis sinting, jangan sentuh Gwansim! Kalau kau sampai melakukan itu, akan
kugunduli kepalamu!” Sungyeon berteriak,
“Wah…
ide yang bagus, kurasa aku juga harus mencukur habis rambutnya!” ucapnya
membelai rambutku.
“Aduh…
Hyung, bawa Sungyeon pergi!” Kyuhyun berdebat dengan masalahnya di sana
sementara aku di sini hanya bisa pasrah.
“Kau
menganggu saja! Biarkan Kyu bernegosiasi!” kudengar Sungmin angkat bicara.
“Chaggiya…
siapa bilang aku menyayanginya, aku hanya sayang padamu!” Kyuhyun mulai
mengeluarkan gombalannya.
“Bohong!
Kemarin kau bilang dialah gadis yang menarik perhatianmu sehingga kau memilih
meninggalkanku!”
“Kemarin
aku hanya bercanda, mana mungkin aku meninggalkanmu demi dirinya. Katakanlah
kau di mana biar aku menemuimu!”
“Tidak!
Kau pasti hanya membujukku! Aku tahu kau bohong!”
“Aku
tidak mau berbohong, bohong itu dosa ‘kan? Aku sungguh tidak peduli pada gadis
itu, aku hanya mengkhawatirkanmu! Kalau kau menyakitinya, kau bisa masuk penjara,
kalau kau melukainya, tanganmu yang halus bisa lecet!” pllletakkk… ada sepatu
melayang menimpa kepala Kyuhyun,
“Kau
lebih peduli pada tangan gadis itu dibanding keselamatan Gwansim?!” bentak Sungyeon.
“Kyaaak,
Hyung lakukan sesuatu! Bawa Sungyeon pergi!” ringis Kyuhyun. Air mataku
mengalir, kalau begini terus aku tidak akan selamat. “Chaggi… dengarlah, kita
bisa membahas ini bersama-sama! Jangan sakiti Gwansim nanti kau sendiri yang
repot! Jangan buat tanganmu lecet karena melukai dia!”
“Menyakiti
Gwansim?” kudengar ada tambahan suara lagi di ponsel, “Ada apa dengan Gwansim?”
ponselpun sepertinya berpindah tangan dan kulihat wajah Siwon di layar.
“Gwansim?!!!!!!!”
Siwon kaget melihat kondisiku yang terikat.
“Siapa
kau?” tanya Hara.
“Kau
sendiri siapa? Kenapa Gwansim ada padamu?”
“Dia
sandraku, aku akan membuatnya menyesal telah merebut Kyuhyun Oppa dariku!”
“Mwo?
Kyuhyun kau dan Gwansim pacaran?” tanyanya pada Kyuhyun. Astaga… kenapa jadi
semakin ruwet begini?
“Oppa!
Kenapa di sana banyak orang? Kau sengaja memanggil mereka untuk mengeroyokku?!”
Hara mulai kesal.
“Tidak
chaggy! Aku mana berani menyakitimu! Katakan kau di mana biar kita bertemu!”
“Shirro!”
cklik… telpon dimatikan oleh Hara. Dia melirikku, “Kau sungguh menyebalkan!
Yaak, cepat cukur alisnya!” bentaknya pada pelayannya.
“Jangan…
kumohon! aku dan Kyuhyun-ssi tidak punya hubungan apa-apa! Kami hanya teman,
percayalah.” Aku hanya bisa pasrah saat pelayannya mendaratkan pisau cukurnya
di atas mataku.
“Gwansim!!!!!”
kudengar seseorang memanggil namaku, kulihat Yesung Oppa di bawah kelabakan
mencari keberadaanku.
“Oppa!!!”
teriakku, buru-buru Hara menyumpal mulutku namun untung Oppa sudah lebih dulu
melihatku di atas. Oppa pun segera naik ke tempat penyekapanku, dengan napas
ngos-ngosan dia akhirnya berhasil menemukanku.
“Apa
yang kau lakukan pada dongsaengku? Kenapa kau menculiknya?” tanyanya pada gadis
itu.
“Kenapa
dia bisa sampai ke sini? Bagaimana sih cara kerja kalian, sampai kalian tidak
tahu ada yang membuntuti kalian?” bentaknya pada orang-orangnya. “Apa lagi yang
kalian tunggu?! Cepat tangkap dia!” gadis itu memberi perintah. Dalam sekejap
orang-orang itu berduel dengan Oppaku, mereka berhasil melumpuhkan Oppa yang
memang tidak sebanding dengan mereka.
“Jangan
sakiti Oppaku, kumohon!” ringisku pada gadis itu.
Aku
dan Yesung Oppa diikat, tak henti-hentinya aku menangis melihat wajahnya yang
babak belur.
“Uljimarayo…”
bujuknya padaku, “Aku baik-baik saja!”
“Kenapa
Oppa datang? Lihatlah Oppa jadi begini!”
“Aku
mana mungkin berdiam diri saja saat melihat adikku dimasukkan ke mobil dengan
paksa oleh orang-orang yang menyeramkan?”
“Jadi
Oppa mendengar teriakanku?”
“Uhm…”
dia mengangguk, sesekali dia meringis karena memar di wajahnya. “Siapa mereka?
Kenapa mereka menculikmu?”
“Gadis
itu hanya salah paham, dia mantannya Kyuhyun. Kemarin dia melihatku bersama
Kyuhyun di mall dan dia pikir aku telah merebut Kyuhyun darinya hingga dia
marah dan melakukan ini padaku.”
“Sejak
kau berhubungan dengan Siwon dan teman-temannya, kau…”
“Oppa,
tolong jangan menjelek-jelekkan teman-temanku lagi, kumohon!” kupotong
perkataan Oppa-ku sebab aku sungguh tidak ingin mendengar ia menghina
teman-temanku.
to be continued ...
No comments:
Post a Comment