Monday 22 June 2015

FF Flower + Guys (Part 9)

Inspirited from Manga Best Seller Hanayori Dango



Sebelumnya di ff-flower-guys-part-8.


 “Sepertinya memang Siwon cemburu melihatmu bersama Donghae!” ucap Kyuhyun sambil manggut-manggut seperti detektif yang berhasil menemukan petunjuk. “Kau bilang, setiap kali kau janjian dengan Donghae dan sampai ketahuan Siwon Hyung, dia pasti akan mencari berbagai macam alasan sehingga janjianmu itu batal!”
“Apa memang seperti itu? Kalau memang dia punya perasaan padaku, seharusnya dia tidak menjahatiku dan bersikap dingin!” keluhku. Ya… aku menceritakan semuanya pada si magnae tampan ini. Sayang ketampanannya digunakan untuk mempermainkan kaumku.
“Kau seperti tidak tahu bagaimana Siwon Hyung! Dia itu berharga diri tinggi, mana mau dia bersikap manis pada gadis yang telah dicampakkannya!” pllleeetakkk, jitakanku mendarat di kepalanya, aku tidak suka pada kalimat terakhirnya, dia meringis, “Lalu aku harus bilang apa?!” tanyanya sambil mengusap-usap kepalanya. Dari arah belakang, Donghae datang menghampiri kami. Wajahnya lumayan murung,
“Kau pasti kecewa karena sekali lagi aku membatalkan janji denganmu!” sesalku.
“Sudahlah… bisa lain kali lagi ‘kan?”
“Tapi aku merasa tidak enak, setiap kali harus membatalkan janji denganmu!”
“Aku tahu kalau semua ini bukan maumu, tenanglah… aku tidak akan marah!” meski dia berkata begitu, aku tahu Donghae sangat kecewa. Kurasa aku harus membayar utang janjiku padanya lain waktu dan Siwon tidak perlu tahu.
Memasuki pertengahan Oktober, udara di Seoul sudah mulai tidak bersahabat, dingin. Malam ini ada acara kembang api di tepi Sungai Cheonggyecheon, kebetulan sekali sebab hari ini Donghae berulang tahun, kurasa inilah saatnya membayar janji pada Donghae. Dia terlihat begitu senang saat aku mengajaknya jalan, siiip… selama Siwon tidak tahu apa-apa, keadaan akan aman terkendali.
“Oh ya nanti malam kau ada acara? Semua keluargaku tidak ada di rumah dan aku tidak mau sendiri. Bagaimana kalau kita jalan?” ajak Siwon saat kami dalam perjalan pulang dari sekolah. Waduh, gawat…
“Uhm… mainhe, ini kan malam minggu, biasanya restaurant ibuku ramai pengunjung dan aku harus membantu…”
“Oh… ya sudah kalau begitu, memang akhir-akhir ini aku membuatmu jarang tinggal di rumah. Tolong sampaikan permintaan maafku pada ibumu ya!”
“Tidak perlu berlebihan seperti itu, ibuku mengerti akan keadaanmu!” sejujurnya aku tidak enak hati telah berbohong padanya namun mau bagaimana lagi. Aku sudah sering kali membatalkan janji dengan Donghae, kasihan dia yang selalu berharap padaku.

            Malam ini tepat pukul tujuh Donghae datang menjemputku dan kami pun ke tepi Sungai Cheonggyecheon. Ramai sekali di sini, kebanyakan pengunjung datang secara berpasangan dan kami pun kebetulan sekali datang berpasangan.
            “Aku jadi teringat kembali pada kencan pertama kita!” seru Donghae,
            “Uhm… di tepi Sungai Cheonggyecheon juga!” aku membalas dengan antusias. “Hm… tapi itu dulu dan sekarang semua sudah berubah…” lirihku,
            “Hanya kau yang berubah… sementara aku masih seperti yang dulu…” lirihnya dengan suara berbisik. Aku jadi kikuk meski berpura-pura tidak mendengar perkataannya barusan.
            “Oh ya, kalau lulus SMU nanti, kau akan melanjutkan sekolahmu di mana?” kucoba mengalihkan pembicaraan.
            “Aku ingin ke Seoul Art University, aku ingin memperdalam kemampuan actingku! Kau sendiri akan ke mana?”
            “Sebenarnya aku ingin ke Univeristas Korea dan mengambil jurusan kedokteran seperti Yesung Oppa namun aku tidak ingin menyusahkan orang tuaku, kuliah di sana akan menambah beban saja. Jadi kuputuskan untuk masuk universitas yang dapat memberiku beasiswa!”
            “Kau selalu seperti ini, tidak mau menyusahkan orang lain.”
            “Aku sudah sangat bersyukur Omma dan Appa mau merawatku, aku tidak mau menambah beban mereka dengan biaya pendidikanku.”
            “Omma dan Appamu di surga sana pasti bangga melihatmu!” ucap Donghae sambil menepuk bahuku.
“Oh ya, seangil chukkae!!! Seruku sambil menyodorkan sekotak kado,
“Kau tak perlu sungkan begini, mau menemaniku saja, aku sudah senang!”
“Aku senang kalau kau juga senang, jadi apa salahnya kalau aku menambah rasa senangmu dengan kado ini!” seruku riang. “Semoga kau selalu bahagia dan panjang umur!" Drrttt…drrrt… ponselku bergetar, mataku membulat saat melihat siapa yang memanggilku.
            “Nde Siwon~ssi…”
            “Aku ingin kau segera menemuiku!”
            “Mwo? Tapi…”
            “Aku menunggumu sekarang! Cepat datang!”
            “Siwon~ssi… aku sedang sibuk di restaurant, bagaimana mungkin aku…” cklek, Siwon memutuskan panggilannya.
            “Dari Siwon?” Tanya Donghae, aku mengangguk. “Dia bilang apa?”
            “Dia memintaku datang menemuinya!”
            “Lalu…” Tanya Donghae cemas.
            “Aku tidak akan datang, aku sudah berjanji akan menemanimu malam ini dan aku harus menepatinya.” Keputusanku membuatnya tersenyum, segera kumasukkan ponselku ke dalam tas. Aku melanjutkan perjalananku bersama Donghae di sepanjang aliran Sungai Cheonggyecheon sambil menikmati kembang kapas bersama. Sesekali kami singgah di stand-stand melihat barang-barang, kalau-kalau ada yang menarik hati.
            Sekali lagi kurasakan ponselku bergetar, kulihat ternyata panggilan dari Siwon, diangkat tidak ya? Aku jadi pusing sendiri,
            “Yaak, kau di mana? Kenapa kau belum datang?” bentaknya,
            “Siwon~ssi aku tidak bisa datang!”
            “Wae?”
            “Aku sedang sibuk membantu ibu!”
            “Aku tidak peduli! Kau harus datang sekarang juga!” cklekkk, dia memutuskan panggilannya.
            “Masih menyuruhmu datang?” tanya Donghae, aku mengangguk.
            “Matikan saja ponselmu!”
            “Kalau ibuku yang menelpon bagaimana?”
            “Kalau begitu abaikan saja semua panggilan dari Siwon!” kurasa memang itu satu-satunya jalan. Kembali aku bercengkrama dengan Donghae sambil menunggu letusan kembang api. Beberapa kali kurasakan ponselku bergetar dan kuyakin itu panggilan Siwon, seperti saran dari Donghae, akupun mengabaikannya.
            Fuih… akhirnya pesta kembang api itu berakhir juga, Donghae terlihat begitu bahagia malam ini. Paling tidak aku sudah melunasi utangku padanya. Dia mengantarku sampai di rumah sesuai dengan jam pulang yang diajukan Appa-ku.
            “Oh ya Gwansim…” tegur ibu saat kami berpapasan di depan toilet, “…temanmu yang bernama Siwon tadi datang ke restaurant!”
            “Haaaa?” pekikku,
            “Kenapa kau kaget?”                                                                 
            “Dia mencariku Bu?”
            “Awalnya dia datang untuk makan malam katanya dia suntuk di rumah sendirian makanya mengunjungi restaurant kita, setelah itu dia mencarimu!”
            “Ibu bilang apa?”
            “Ibu bilang kau keluar bersama Donghae untuk nonton pesta kembang api!” kutepuk jidatku, ampun… ya Tuhan… apa yang akan terjadi besok??? Pantas tadi dia ngotot memintaku untuk datang menemuinya.

            Sekali lagi jantungku berpacu kuat saat berdiri di depan gerbang sekolah, ini seperti perasaan takut saat aku mendapat memo merah waktu itu. Apa kali ini aku juga akan mendapat memo merah lagi? Aku jadi ragu untuk memasuki gerbang ini…
            “Gwansim!!!” tiba-tiba Sungyeon menghampiriku, “Siwon masuk rumah sakit! Apa kau tidak tahu?”
            “Ha????” aku kaget,
            “Semalam Sungmin menelponku dan memberitahukan berita ini, dia bilang dia mencoba menghubungimu namun ponselmu tidak aktif!” astaga… karena kesal melihat Siwon yang tak berhenti memanggilku, terpaksa kumatikan ponselku.
            “Dia kenapa? Kenapa bisa masuk rumah sakit lagi?”
            “Sudahlah… aku tidak tahu. Lebih baik sekarang kita menyusul ke rumah sakit, biar di sana Sungmin yang menjelaskan!”

            Setelah bertanya pada suster, aku dan Sungyeon akhirnya menemukan ruang inap Siwon. Di sana sudah ada Kyuhyun dan Sungmin, mereka mengenakan seragam sekolah.
            “Huh… kau dari mana? Apa yang kau lakukan semalam sampai ponselmu tidak aktif?” keluh Sungmin begitu melihatku datang.
            “Mianhe, aku…”
            “Dia ada di dalam!!” Kyuhyun langsung menimpali perkataanku yang tidak berpangkal. “Semalam aku menemukannya di taman kota, sepertinya dia tegelincir dan tidak bisa berdiri kembali.”
            “Sedang apa dia di taman kota?” Tanya Sungyeon,
            “Entahlah… hanya dia yang tahu jawabannya!” balas Sungmin.
            “Masuklah lalu kita kembali ke sekolah bersama-sama!” perintah Kyuhyun. Perlahan kugeser pintu itu dan masuk ke ruangannya. Kulihat dia terbaring dengan kaki yang kembali digips.
            “Bagaimana keadaanmu?” tanyaku pelan.
            “Mau apa kau datang ke sini?” tanyanya dingin, aku cukup shock namun aku dapat mengerti kenapa dia harus mengatakan itu.
            “Kejadian semalam itu…” kutarik napasku dalam-dalam, aku tidak boleh bohong lagi. “Aku dan Donghae…”
            “Pergi!!!” perintahnya,
            “Siwon~ssi…” pelasku,
            “Pergi kau!!! Aku tidak ingin melihatmu!”
            “Dengarkan dulu penjelasanku!”
            “Pergi!!!” teriakan Siwon membuat Kyuhyun masuk,
            “Hyung… ada apa?”
            “Siapa yang menyuruhnya datang?!”
            “Em… itu…” Kyuhyun yang tidak tahu permasalahan jadi bingung sendiri.
            “Bawa dia pergi!”
            “Hyung…”
            “Bawa dia pergi! Aku tidak mau melihatnya!”
            “Siwon~ssi beri aku kesempatan untuk menjelaskan…” buru-buru Kyuhyun menarikku keluar saat Siwon melemparkan majalah yang dibacanya ke arahku.

            Aku terduduk lemas di bangku taman sekolah, air mataku sudah hampir jatuh namun sekuat mungkin kutahan. Aku memang salah, tapi aku hanya ingin membahagiakan Donghae. Kami bukan musuh meski kami adalah mantan, jadi apa salahnya kalau aku menemaninya di malam ulang tahunnya?
            “Huhhhmmm… kita hanya bisa menunggu sampai marahnya reda, jadi kau bersabar saja!” ucap Sungmin. Aku telah menceritakan kejadian semalam pada teman-temanku.
            “Padahal keadaan sudah mulai tenang akhir-akhir ini, sekarang kembali keruh!” gerutu si magnae.
            “Semua gara-gara Donghae! Apa maunya anak itu, dia kan sudah putus denganmu, kenapa dia masih mengganggumu?!!!” Sungyeon mengomel.
            “Bukan… ini bukan salahnya, kumohon jangan salahkan dia. Aku tidak ingin mengecewakannya di malam ulang tahunnya itu!”
            “Gwansim~a…” teriakan Donghae menarik perhatian kami, dia berlari cepat ke arah kami. “Katanya Siwon masuk rumah sakit?!” tanyanya, Sungyeon manyun menatapnya, Sungmin dan Kyuhyun saling pandang tak tahu mesti berekspresi apa, sementara aku hanya dapat menarik napas lemah.

            Tiga hari kemudian Siwon keluar dari rumah sakit dan kembali bersekolah. Seperti yang telah kuprediksikan, sikapnya lebih dingin dibanding saat di marah pertama kalinya. Sungyeon menyarankan agar aku tidak muncul di hadapannya untuk beberapa lama, sebisa mungkin aku harus menghindar. Saran itu diamini oleh Kyuhyun dan Sungmin, mereka khawatir Siwon kembali mengeluarkan memo merah untukku.
            Di sela-sela keresahanku akan kemarahan Siwon, hasil olimpiade sains yang kuikuti akhirnya keluar. Aku menempati posisi ke dua dalam olimpiade biologi sementara Kyuhyun berhasil mengharumkan nama sekolah dengan menempati posisi pertama dalam olimpiade mate-matika.
            “Wahhh, hebat kau Kyu! Selamat ya!” seru Sungmin saat kami sedang berkumpul dan tentu saja tanpa Siwon.
            “Gwansim juga hebat!” Sungyeon tak mau kalah dan ikut memujiku, “Hhhm… Kyuhyun dan Gwansim sekarang dapat bernapas lega, kalian tidak perlu khawatir lagi mengenai ujian masuk perguruan tinggi sebab kalian sudah mendapat beasiswa di Sung Gong Hoe University! Kalau aku…” Sungyeon jadi manyun,
            “Kau pasti bisa!” ucapku memberinya semangat.
            “Sepertinya Gwansim tidak bisa jauh dari Siwon, Sung Gong Hoe adalah yayasan milik ayahnya Siwon!” tambah Kyuhyun. Kutarik napasku dalam-dalam, mau bagaimana lagi, dari pada aku harus memusingkan orang tuaku mengenai biaya kuliah, lebih baik aku menerima hadiah bagi pemenang olimpiade itu.
            “Apa kau akan menerimanya?” Donghae bertanya, aku pun mengangguk.
            “Universitas itu besar ‘kan? Jadi masih ada kemungkinan aku tidak akan bertemu Siwon~ssi apalagi kalau kami beda jurusan!”
            “Bodoh sekali kalau kau menolak beasiswa itu hanya karena kau takut pada Siwon!” timpal Sungyeon.
            “Akan kuterima! Aku akan melanjutkan pendidikanku di Sung Kang Hoe!” seruku. Semua tersenyum melihat semangatku.
            “Oh ya… karena sebentar lagi tahun baru, bagaimana kalau kita liburan sekalian untuk merayakan keberhasilan kami memenangkan olimpiade?!” si magnae mengajukan usul.
            “Memangnya kau mau ke mana?” Tanya Sungmin,
            “Bagaimana kalau kita ke Kanada?!” tawar Kyuhyun.
            “Wah… boleh juga! Bagaimana Gwansim? Kau mau ikut?” tanya Sungmin antusias.
            “Yaak, kalau mau liburan, jangan pergi ke tempat yang tidak bisa kami datangi!” protes Sungyeon, aku mengangguk setuju, Kanada? Sudah jauh, mahal pula.
            “Memangnya kenapa dengan Kanada?” Tanya Kyuhyun polos, aku dan Sungyeon hanya bisa nyengir, “Ah, mengenai biaya… tidak perlu khawatir, aku yang tanggung!” akhirnya si magnae sadar sendiri.
            “Kau serius?” Sungyeon kaget, aku membelalak, Donghae bengong,
            “Apa wajahku seperti orang yang sedang bercanda?” Tanya Kyuhyun.
            “Wah… senangnya, kita seperti ketiban durian runtuh!” Sungyeon kegirangan,
            “Memangnya kami mengajakmu? Apa tadi kau dengar aku menyebut namamu?” Tanya Sungmin yang seketika membuat Sungyeon terdiam,
            “Yaaaaaak…” pekik sahabatku ke arah Sungmin.
♥♥♥
            Ini pertama kalinya aku ke luar negeri, aku sampai tidak tahu harus membawa barang apa saja. Kata Kyuhyun, di Kanada juga sedang musim dingin jadi aku harus membawa jaket dan syal. Alangkah senangnya, aku bahkan tidak pernah berpikir akan liburan sampai ke luar negeri. Barusan Sungyeon menelponku, dia juga kebingungan memilih barang bawaan. Dengan perasaan riang aku menelusuri koridor sekolah. Di sana-sini kudengar siswa lain berdiskusi tentang rencana liburan mereka. Di dalam hatiku, aku berteriak bangga kalau aku juga akan liburan ke Kanada!
            “Mwo??? Jadi kalian mengajak mereka kemudian melupakan aku??” kudengar teriakan Siwon, ternyata aku tak sengaja lewat di depan ruang privat Flower Guys.
            “Bukannya melupakanmu Wonnie~a, kami baru ingin memberitahukanmu!” kudengar Sungmin bicara.
            “Oh… jadi kalian mengajak mereka tanpa persetujuanku?”
            “Hyung mengertilah, apa perlu kami mendiskusikannya dulu denganmu?!” kali ini Kyuhyun yang bicara.
            “Tentu saja! Villa yang akan kalian datangi adalah villa-ku tentu kalian harus minta izin pemiliknya!”
            “Kami tidak mendiskusikannya denganmu karena kami pikir kau tidak mau ikut. Kakimu ‘kan belum sembuh total!” tambah Sungmin.
            “Siapa bilang aku tidak mau ikut? Aku juga ingin liburan!”
            “Ya sudah kalau begitu, habis perkara ‘kan? Kalau Hyung ikut, untuk apa lagi minta izin?!”
            “Tapi aku tidak mau Gwansim dan teman-temannya ikut!” tegas Siwon. Aku kaget di balik tembok, Siwon-ssi… kenapa kau kejam sekali?
            “Wonnie jangan bercanda!” bujuk Sungmin.
            “Aku tidak bercanda! Kalian boleh mengajak siapa saja tapi tidak Gwansim dan teman-temannya!” tutup Siwon. Tiba-tiba pintu terbuka, untung Siwon berjalan ke arah berlawanan denganku sehingga aku tidak ketahuan menguping. Segera aku meninggalkan tempat itu sebelum ketahuan Kyuhyun dan Sungmin.
            Kulihat Sungyeon dan Donghae ngobrol di taman, mereka terlihat gembira, pasti sedang membahas liburan itu. Aku jadi ingin menangis membayangkan bagaimana respon mereka saat mengetahui apa yang baru kudengar.
            “Ya, Gwansim~a!!!” Sungyeon menyadari kehadiranku dan segera memanggilku. Dengan langkah berat aku menghampiri mereka. “Bagaimana persiapanmu? Apa saja yang kau bawa?” tanya sahabatku itu,
            “Apa kau benar-benar ingin ke Kanada?” tanyaku balik.
            “Kenapa kau bertanya begitu? Tentu saja iya!” jawabnya. Aku tertunduk lesu,
            “Apa ada masalah?” tanya Donghae,   
            “Ternyata kalian di sini…” Sungmin dan Kyuhyun akhirnya muncul dari belakang.
            “Ada yang perlu kami sampaikan pada kalian…” Sungmin mencoba bicara, kurasa sudah waktunya. “Mengenai rencana liburan itu…” Sungmin terdengar sulit untuk bicara.
            “Siwon Hyung tidak ingin kalian ikut!” Kyuhyun menggantikan Hyung-nya bicara.
            “Mwo??? Kenapa begitu?” Sungyeon protes,
            “Yeon~a…” kupegang tangannya, dia pun memahami tatapan sedihku padanya.
            “Karena Gwansim ‘kan? Dasar…” sahabatku tersenyum sinis, “Baiklah, tak masalah, aku juga tidak ingin berlibur dengannya. Lagi pula Kanada lumayan jauh apa lagi kami juga tidak tahu kondisi di sana. Ayo Gwansim!” Sungyeon menarik tanganku, “Donghae… ayo pergi!” ajaknya pada Donghae juga.
            “Gwansim~a…” lirih Kyuhyun
            “Mianhe Sungyeon~a!” ucap Sungmin.
            “Kita juga bisa berlibur meski tidak ke Kanada… dia pikir tempat liburan hanya Kanada?” Sungyeon menggerutu sepanjang jalan.

            Yap, beginilah akhir tragis dari kebahagiaan kami, kami pikir kami dapat bersenang-senang di Kanada, tau-tau Siwon yang notabene sangat membenciku menghancurkan semua harapan kami. Liburan semakin dekat dan aku hanya bisa tersenyum melihat kawan-kawanku berdiskusi tentang rencana mereka. Aku duduk termangu di dalam kelas menghadap ke jendela, kutatap awan putih yang berarak tertiup angin.
            “Jangan menghayal!” tiba-tiba Donghae menegurku.
            “O’ kau!” ucapku.
            “Mau ikut liburan denganku?” tawarnya, aku bengong menatapnya. “Tapi bukan ke luar negeri! Aku hanya bisa mengajakmu ke Mokpo. Di sana bibiku membuka penginapan dan kita bisa menghabiskan liburan di sana!”
            “Jincayeo?” tanyaku meyakinkan.
            “Uhm… Kita ajak juga Sungyeon dan kau juga bisa mengajak Oppamu!”
            “Kau serius?” aku semakin antusias.
            “Uhm… tentu! Aku merasa terlalu banyak menyusahkanmu, kau dimusuhi Siwon karena diriku. Aku hanya ingin memberimu sedikit kejutan untuk menebus rasa bersalahku.”
            “Aku tidak suka kau berkata begitu, kau tidak pernah salah padaku. Kau adalah temanku dan memang sudah sewajarnya teman saling membahagiakan! Tapi… terima kasih atas ajakanmu itu, nanti aku akan memberitahukan Sungyeon. Kuharap rasa kecewanya dapat terobati.”
            Fuih… untung ada Donghae sang penyelamat, Sungyeon akhirnya bisa tersenyum setelah beberapa hari bermuram durja karena tidak jadi liburan. Aku juga mengajak Yesung Oppa dan senangnya dia bersedia menemani. Hanya saja Jongjin Oppa tidak bisa ikut, dia harus menyelesaikan laporan hasil magangnya. Oh ya, tak lupa aku juga menyampaikan kabar ini pada Sungmin dan Kyuhyun agar mereka tidak diliputi perasaan bersalah terus-menerus.
            Aku, Donghae, Sungyeon, dan Yesung Oppa menumpangi bus ke Mokpo. Sepanjang jalan kami bercengkrama dengan gembira, aku menerawang ke langit, kulihat sebuah pesawat yang terbang gagah. Hm, semoga liburanmu menyenangkan Siwon, Sungmin, dan Kyuhyun. Setelah beberapa jam, kami akhirnya tiba di resort sederhana milik paman dan bibinya Donghae, Paman Lee. Kami telah disediakan kamar double bed yang letaknya menghadap ke pegunungan yang telah diliputi salju.
            “Bagaimana? Apa kau senang?” tanyaku pada Sungyeon begitu kami menyusun barang di lemari.
            “Uhm… tempat ini juga bagus, setidaknya aku berlibur bersama orang-orang yang tidak akan menyebalkan seperti Choi Siwon!” jawab temanku itu. Sepertinya dia masih sakit hati pada liburan ke Kanada itu. Ponselku bergetar, ada pesan dari Donghae, dia memanggil kami untuk makan siang.

            Malam menjelang dan resort Paman Lee semakin ramai, maklum karena resortnya memang berada dalam kompleks arena ski. Paman Lee juga membuka sebuah kedai ramyeon sederhana yang malam ini kedatangan banyak tamu. Aku jadi tidak enak kalau harus menagih janji Donghae sekarang, dia mengajak kami ke pemandian air panas di seberang jalan.
            “Paman, Bibi, terima kasih karena sudah menyambut kami dengan hangat!” tak sengaja kudengar percakapan mereka.
            “Sudahlah, kau ini tidak perlu terlalu formal seperti ini. Lagi pula kau bersedia membantu di sini tanpa minta bayaran, jadi paman rasa semua ini sudah impas…”
            “Untung Paman dan Bibi mau memberi tumpangan sehingga kami dapat berlibur!”
            “Ya sudah, lebih baik kau selesaikan tugasmu, bukannya kau sudah mengajak teman-temanmu ke pemandian air panas?”
            “Iya Bibi!!!”
            Aku termangu, jadi Donghae bersedia tidak dibayar saat bekerja part time di resort ini demi mengajak kami liburan?
            “Gwansim?” Donghae mengagetkan aku yang masih termangu di depan dapur.
            “Kenapa harus berlebihan begini Donghae~a, aku tidak pernah mengira kau mengajak kami berlibur dan bersedia tidak dibayar…”
            “Bukan… bukan begitu, kau jangan salah paham!”
            “Salah paham apa lagi? Aku mendengar semuanya, aku tidak mau menyusahkanmu, kenapa kau tidak terus terang saja padaku. Sebenarnya tanpa liburan pun, aku dan Sungyeon tidak akan bermasalah jadi kau tidak perlu seperti ini.”
            “Gwansim… aku hanya ingin membantu kalian, tolong beri aku kesempatan untuk membuat kalian senang sepanjang liburan kali ini. Jangan merasa tidak enak hanya karena keadaan ini, nikmatilah, bersenang-senanglah.”
            “Donghae~a…”
            “Sebenarnya pembatalan liburan kalian ke Kanada sedikit banyak disebabkan olehku juga. Seandainya aku tidak memaksamu menemaniku di malam ulang tahunku maka kau dan Siwon tidak akan bertengkar.”
            “Itu tidak ada hubungannya…”
            “Dengar! Kau cukup menikmati liburan ini, jangan pikirkan keadaanku. Kalau kau masih merasa tidak enak, anggap saja liburan ini adalah ucapan terima kasihku kepadamu karena kau mau menemaniku di saat malam ulang tahunku. Atau anggap saja ini sebagai hadiah dariku atas keberhasilanmu dalam olimpiade sains! Arachi?”
            “Itu…”
            “Sudahlah… aku sedang sibuk, tunggu aku bersama yang lain di kamar kemudian kita akan ke pemandian air panas. Khaja! Kha!!!” dia mendorongku dan memintaku pergi. Aku sungguh tidak enak hati padanya. Aku tidak menuruti perintahnya, kuamati dia dari dekat jendela yang sedang sibuk melayani tamu. Dia begitu kewalahan, meski sudah ada beberapa pelayan namun pengunjung masih lebih banyak.
            “Donghae ini ramyeonnya!!! Teriak paman dari jendela dapur. Donghae tidak mendengar karena sedang menyambut tamu,
            “Paman, ini untuk meja nomor berapa?” tanyaku, kuputuskan untuk ikut membantu.
            “Kenapa kau…” Paman Lee terkejut melihatku,
            “Aku akan membantu, ayo cepat katakan sebelum mie-nya mengembang!” desakku.
            “Meja nomor 10!”
            “Nde!” dengan riang aku mengantarkan pesanan ke meja pelanggan. Donghae juga tak luput dari keterkejutan melihatku, kukerlipkan mata kepadanya dan memberi isyarat, “Hwaiting!!!”

            Keceritakan semua pada Tayeon dan Yesung Oppa mengenai keadaan yang sebenarnya, mereka bereaksi sama denganku, tidak setuju. Untung mereka juga mengerti dengan keadaan ini sehingga bersedia membantu, dan akhirnya kami berempat menjadi tenaga sukarela di resort Paman Lee. Jam sibuk resort hanya di saat makan siang dan makan malam, sehingga selain dari jam itu kami bisa keluar bersenang-senang.
            Pagi tadi Paman Lee mendapat telepon pemesanan kamar untung rombongan siswa SMU. Beberapa pelayan sudah bersiap sedari tadi menyediakan kamar, dan para koki kelihatan sibuk menyiapkan makan siang.
            “Maaf… seharusnya kalian datang untuk berlibur bukannya untuk bekerja seperti ini!” lirih Donghae saat kami berdiri di mulut pintu untuk menyambut tamu.
            “Aku tidak suka kalau kau bicara seperti itu, kita sudah sepakat kan tidak akan mengungkit hal itu. Lagi pula kita masih bisa bersenang senang jadi kau tidak perlu resah. Menginap di resort bagus seperti ini, bukannya kami yang harus berterima kasih kepadamu?” seru Yesung Oppa sambil merangkul bahu Donghae.
            “Nde… kau tidak perlu berkecil hati, Yesung Oppa benar, justru kami yang harus berterima kasih!”
            “Kalau kau masih terus merasa tidak enak pada kami, kami akan segera pulang!” ancamku. Donghae tersenyum, sesaat kemudian sebuah bus tiba. Kurasa merekalah rombongan itu, kamipun bersiap-siap menyambut mereka.
            “Selamat datang!!!” seru kami bersamaan sambil setengah membungkuk.
            “Terima kasih Gwansim!” jawab salah satu dari rombongan, seperti suara Kyuhyun. Segera kuangkat kepalaku, aku bengong…
            “Hallo Gwansim!!!” seru Sungmin, “Oooo Yesung Hyung! Senangnya dapat bertemu denganmu di sini!” dia langsung memegang tangan Oppa-ku.
            “Lepaskan!!!” Sungyeon buru-buru menepis tangan Sungmin yang bergelayut di lengan Oppa-ku. Rombongan Siswa Neul Paran High School begitulah yang tertulis di badan bus saat kubaca, bukannya Flower Guys ke Kanada? 
            “Di mana kamarnya? Aku ingin beristirahat!” ucap Siwon dengan angkuhnya.
            “Ba..baik!” ucapku sedikit bergetar. Segera kuantarkan rombongan itu ke kamar mereka masing-masing sementara yang lain membantu mengangkat barang. 

to be continued ...

No comments:

Post a Comment